Liputan6.com, Jakarta Difteri adalah penyakit infeksi akut yang sangat menular dan bisa mengancam nyawa jika tidak segera ditangani. Gejalanya bisa timbul tergantung pada tempat bakteri tersebut berkembang biak, misalnya di tenggorokan, hidung, dan terkadang pada kulit dan telinga.Â
Baca Juga
Difteri adalah penyakit yang dapat dialami oleh siapa saja. Namun, risiko terserang difteri akan lebih tinggi bila seseorang tidak mendapat vaksin difteri secara lengkap. Di mana, penyakit ini bisa dicegah melalui imunisasi.Â
Advertisement
Difteri adalah penyakit yang timbul tergantung pada tempat bakterinya berkembang biak. Oleh karena itu, kamu perlu mengenali beberapa tipe difteri untuk mengetahui gejalanya secara spesifik. Gejala difteri biasanya berupa munculnya selaput abu-abu yang melapisi tenggorokan dan amandel.
Berikut Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Jumat (19/3/2021) tentang difteri adalah.
Difteri
Difteri adalah penyakit yang cukup sering terjadi di Indonesia. Bahkan menurut WHO, Indonesia menjadi negara uratan ke-2 terbanyak yang memiliki kasus difteri setelah India. Tercatat 3.353 kasus difteri dilaporkan dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2016. Dari 3.353 orang yang menderita difteri, dan 110 di antaranya meninggal dunia. Hampir 90% dari orang yang terinfeksi, tidak memiliki riwayat imunisasi difteri yang lengkap.
Difteri adalah infeksi bakteri yang menyerang membran mukus pada tenggorokan dan hidung. Penyakit menular ini disebabkan oleh bakteri Corynebacterium Diphthetiae, di mana penyebarannya melalui cairan yang keluar melalui hidung dan mulut. Oleh sebab itu, kamu harus berhati-hati ketika berbagi gelas dengan orang lain dan sebaiknya hindari penggunaan tisu yang telah dipakai.
Â
Advertisement
Gejala Difteri
Difteri adalah penyakit yang gejalanya sendiri biasanya muncul 2 sampai 5 hari setelah seseorang terinfeksi. Walaupun begitu, tidak semua oran yang terinfeksi menunjukkan gejala difteri. Salah satu gejala yang serign terjadi adalah terbentuknya lapisan tipis berwarna abu-abu yang menutupi tenggorokan dan amandel penderita.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, gejala difteri tergantung di mana bakteri tersebut berkembang biak. Oleh karena itu, gejala difteri bisa kamu lihat dari beberapa tipenya, sebagai berikut:
Difteri Hidung
Gejala difteri hidung biasanya bermula dari gejala flu, tetapi kemudian cairan hidung yang keluar tercampur darah sedikit.
Difteri Faring dan Tonsil
Gejala difteri faring dan tonsil biasanya berupa radang pada selaput lendir dan tidak membentuk jaringan tipis.
Difteri Laring dan Trakea
Gejala difteri laring dan trakea biasanya membuat penderita mengalami kesulitan mengeluarkan suara, sesak napas, napas berbunyi, demam tinggi hingga 40 derajat Celcius, kulit tampak kebiruan, dan pembengkakan pada kelenjar leher.
Difteri Kulit
Gejala difteri ini menimbulkan luka mirip sariawan pada kulit dan alat kelamin, disertai dengan timbulnya jaringan di atasnya. Pada kondisi ini, luka yang terjadi cenderung tidak terasa apa-apa.
Penyebab Difteri
Difteri adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri berbentuk batang yang bernama Corynebacterium diphtheria. Bakteri ini dapat menyebar dari orang ke orang, melalui beberapa cara, yaitu:
Bersin
Seseorang bisa tertular difteri bila tidak sengaja menghirup atau menelan percikan air liur yang dikeluarkan penderita difteri saat batuk atau bersin.
Kontaminasi barang pribadi
Difteri juga bisa tertular melalui barang-barang pribadi orang yang terinfeksi. Misalnya, jika kamu menggunakan gelas bekas penderita yang belum dicuci.
Kontaminasi barang rumah tangga
Difteri bahkan juga bisa menyebar melalui barang-barang rumah tangga yang biasanya dipakai secara bersamaan, misalnya handuk atau mainan. Walaupun hal ini cukup jarang terjadi.
Menyentuh luka orang yang sudah terinfeksi
Selain itu, berbagai faktor risiko penyebab difteri juga perlu kamu perhatikan, di antaranya jika kamu hidup di area padat penduduk yang kebersihannya kurang terjaga, bepergian ke wailayah yang sedang terjadi wabah difteri, hingga jika memiliki kekebalan tubuh yang rendah, seperti AIDS. Hal ini bisa membuat kamu lebih rentan terkena penyakit difteri ini.
Advertisement
Komplikasi Penyakit
Difteri adalah penyakit yang dapat menimbulkan berbagai komplikasi berbahaya. Ada beberapa penyakit yang bisa timbul akibat difteri yang tidak segera ditangani. Kamu bisa mengalami komplikasi seperti masalah pernapasan. Hal ini karena sel-sel yang mati akibat racun yang diproduksi bakteri difteri membentuk jaringan berwarna abu-abu. Jaringan ini dapat menghambat pernapasan.
Selain itu, kamu juga bisa mengalami kerusakan jantung jika tidak segera mengatasi difteri. Racun difteri berpotensi masuk ke jantung dan menyebabkan masalah, seperti detak jantung yang tidak teratur, gagal jantung, dan kematian mendadak.
Bahkan, racun dapat menyebabkan penderita sulit menelan, mengalami masalah saluran kencing, kelumpuhan pada diafragma, serta pembengkakan saraf tangan dan kaki. Komplikasi terparahnya adalah saat kamu mengalami difteri hipertoksik yang dapat memicu pendarahan yang parah dan gagal ginjal.
Pengobatan dan Pencegahan Difteri
Pengobatan Difteri
Pengobatan difteri bisa dilakukan dengan mengisolasi penderita selama 2-3 minggu. Dalam masa isolasi ini, penderita difteri harus beristirahat dengan berbaring, mencukupi kebutuhan cairan, menerapkan diet yang sesuai dengan petunjuk dokter, dan menjaga agar napas tetap bebas.
Penderita juga akan diberikan antitoksin anti-diphtheria serum (ADS) yang diberikan segera setelah terbukti terjangkit. Steroid diberikan bila terdapat gejala sesak pada saluran napas. Selain itu, pasien disarankan untuk tidak dirawat di rumah agar tidak menularkan kepada orang lain.
Setelah pulih dari difteri, kamu harus melakukan vaksin difteri secara penuh untuk mencegah kekambuhan. Difteri adalah penyakit yang memang perlu dicegah sejak dini.
Pencegahan Difteri
Difteri adalah penyakit yang dapat dicegah dengan pemberian imunisasi DPT (difteri, pertusis, dan tetanus). Imunisasi ini diberikan sebanyak lima kali sejak anak berusia dua bulan hingga enam tahun.
Beberapa anak mungkin akan mengalami efek samping seperti demam ringan, rewel, terlihat lemah, dan bengkak pada area bekas suntikan. Oleh karena itu, kamu bisa berkonsultasi dengan dokter tentang cara meminimalisir efek samping tersebut.
Advertisement