Liputan6.com, Jakarta - Ketukan dalam seni musik adalah berupa panjang atau pendeknya durasi sebuah nada atau suara. Istilah ketukan umum digunakan untuk menyebut pola ritmik yang membentuk dasar irama dalam sebuah komposisi musik. Dalam musik, ketukan sering digunakan untuk mengatur pergerakan waktu dan memberikan struktur pada lagu atau karya musik.
Satu ketukan dalam musik mewakili gerakan satu kali bolak-balik pulang dan pergi, dan pola ketukan ini membentuk dasar ritme dan perasaan musik yang dihasilkan. Pentingnya ketukan dalam seni musik terletak pada kemampuannya untuk menciptakan ritme yang teratur dan terukur.
Advertisement
Ketukan adalah membantu menjaga kestabilan dalam permainan musik, memastikan para musisi dan pendengar dapat mengikuti pola ritmik dengan mudah. Ketukan juga membantu dalam mengatur komponen musik lainnya, seperti melodi dan harmoni, sehingga menciptakan kesatuan dan koherensi dalam sebuah karya musik.
Advertisement
Berikut Liputan6.com ulas lebih mendalam tentang ketukan dalam seni musik dan nama lainnya, Selasa (25/7/2023).
Mengatur Irama Musik
Ketukan dalam seni musik adalah istilah yang digunakan untuk menyebut panjang pendeknya durasi nada. Panjang atau pendeknya sebuah nada tidak diukur menggunakan dimensi, tetapi dengan menggunakan ketukan. Satu ketukan berarti nada bergerak satu kali bolak balik pulang dan pergi.
Sebagai contoh, dalam sebuah lagu, ketukan adalah sesuatu yang akan terasa seperti detak jantung yang teratur dan membantu mengatur irama keseluruhan. Secara sederhana, ketukan adalah sesuatu yang mengatur irama.
Learning Music Ableton, sebuah sumber belajar musik, menjelaskan bahwa "ketukan" umumnya dikenal sebagai "pola (atau ritme) yang dimainkan oleh drum." Pola ritmik yang dibuat dan dimainkan dalam pembelajaran musik sering disebut sebagai "ketukan." Ini menunjukkan betapa pentingnya peran ketukan dalam menciptakan dasar ritme dalam musik.
Dalam seni musik, istilah ketukan adalah sering disebut sebagai birama. Penggunaan istilah ini dijelaskan dalam buku berjudul Konsep Dasar Seni Musik, birama secara etimologi diartikan sebagai ketukan-ketukan. Ini berupa pola ketukan yang teratur yang membentuk dasar ritme dalam sebuah komposisi musik.
Secara etimologi, istilah birama berasal dari bahasa Belanda "Maat" dan bahasa Latin "Metrum." Kedua kata ini memiliki arti yang sama, yaitu "ketukan-ketukan." Maka bisa dipahami, istilah birama atau ketukan adalah merepresentasikan pembagian waktu dalam musik yang mempengaruhi ritme keseluruhan.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan atau Kemdikbud RI juga memberikan pengertian birama sebagai jumlah ketukan dalam setiap ruas lagu. Penulisan birama atau ketukan adalah menggunakan angka pecahan seperti 2/4, 3/4, 4/4, dan lain-lain. Angka pada pecahan tersebut menunjukkan jumlah ketukan dalam satu ruas lagu, sementara angka pecahan menentukan jenis ketukan yang digunakan.
Garis pada angka pecahan birama menunjukkan jumlah ketukan, sedangkan angka tersebut menentukan nilai nada yang harus dimainkan. Dalam buku diktat berjudul Ritme oleh Pratik Hari Yuwono, birama diartikan sebagai pembagian ketukan yang sudah dikelompokkan dalam waktu. Birama mencakup cara ketukan diatur dan dielompokkan dalam suatu lagu untuk menciptakan pola ritmik yang teratur dan terukur.
Dalam buku berjudul Pembelajaran Seni Musik Tematik sebagai Implementasi Kurikulum 2013 oleh Ridwan, dijelaskan bahwa terdapat empat jenis birama atau ketukan-ketukan yang perlu diketahui, yaitu 2/4, 3/4, 4/4, dan 6/8. Setiap jenis birama memiliki pola ketukan yang berbeda dan memberikan karakteristik tersendiri pada komposisi musik.
Â
Advertisement
1. Ketukan 2/4:
Birama atau ketukan 2/4 adalah salah satu jenis birama yang sering digunakan dalam musik. Pada birama ini, tiap birama terdiri dari dua ketukan, dan setiap hitungan atau ketukanannya memiliki nilai seperempat. Ketukan yang berulang-ulang dalam pola 2/4 menciptakan ritme yang berdenyut dan dinamis.
Contoh lagu yang menggunakan ketukan 2/4 termasuk lagu nasional "Hari Merdeka," yang merayakan kemerdekaan Indonesia. Selain itu, lagu daerah seperti "Cik Cik Periuk" dari Kalimantan Barat, "Ampar-Ampar Pisang" dari Kalimantan Selatan, dan "Manuk Dadali" dari Jawa Barat juga menggunakan birama 2/4.
2. Ketukan 3/4:
Birama atau ketukan 3/4 adalah jenis birama yang memiliki tiga ketukan dalam setiap biramanya, dan setiap ketukan bernilai seperempat. Pola ketukan ini sering menghasilkan perasaan irama yang mengalun dengan aliran yang stabil dan teratur.
Beberapa contoh lagu yang menggunakan ketukan 3/4 adalah "Burung Tantina" dari Maluku, "Burung Kakak Tua" dari Maluku, "Tumpi Wayu" dari Kalimantan Tengah, dan "Lisoi" dari Sumatra Utara. Birama 3/4 sering digunakan dalam lagu-lagu daerah dan lagu-lagu dengan nuansa santai dan romantis.
3. Ketukan 4/4:
Birama atau ketukan 4/4 adalah salah satu jenis birama yang paling umum dan sering digunakan dalam berbagai genre musik. Pada birama ini, notasi lagu menunjukkan adanya empat ketukan dalam setiap birama, dengan setiap ketukan bernilai seperempat.
Kestabilan dan keteraturan pola ketukan 4/4 sering kali menjadi dasar dalam banyak lagu pop, rock, jazz, dan genre musik populer lainnya. Beberapa contoh lagu yang menggunakan ketukan 4/4 adalah "Bungong Jeumpa" dari Aceh, "Butet" dari Sumatra Utara, "Injit-Injit Semut" dari Jambi, dan "Si Jali-Jali" dari DKI Jakarta.
4. Ketukan 6/8:
Birama atau ketukan 6/8 adalah jenis birama yang menarik karena ada enam ketukan dalam setiap satu hitungan, dan setiap ketukan bernilai 1/8. Pola ketukan ini menciptakan ritme yang bergerak dengan cepat dan dinamis, dan sering digunakan dalam musik etnik dan tari-tarian tradisional.
Beberapa contoh lagu yang menggunakan ketukan 6/8 adalah "Naik-Naik ke Puncak Gunung" dari Maluku, "Desaku yang Kucinta" dari Nusa Tenggara Timur, serta "Oh Amelia." Lagu-lagu dengan birama 6/8 cenderung memiliki nuansa yang ceria dan energik.
Â