Liputan6.com, Jakarta Pada 8 September lalu, sebuah gempa bumi dahsyat mengguncang Maroko yang terletak. Wilayah yang terdampak gempa Maroko antara lain Provinsi Al-Houz, Marrakech, Ouarzazate, Azilal, Chichaoua, dan Taroudant dan menewaskan nyaris 3.000 orang.
Di desa Kettou, momen kebahagiaan seharusnya berubah menjadi duka. Namun, cerita luar biasa ini membuktikan bahwa bahkan dalam momen kegelapan terdalam, cahaya solidaritas dan harapan masih bisa bersinar terang.Â
Pernikahan antara Habiba Ajdir dan Mohammed Boudad, yang seharusnya adalah puncak dari sebuah perayaan yang meriah, secara tak terduga menjadi penyelamat bagi seluruh penduduk desa yang terkena dampak gempa Maroko tersebut.
Advertisement
Untuk informasi lengkapnya, berikut ini telah Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber kisah menakjubkan dimana pesta pernikahan menjadi faktor penyelamat satu desa dari gempa yang mematikan, pada Kamis (14/9/2023).Â
Pesta Pernikahan Menyelamatkan Penduduk Desa Maroko dari Gempa
Pada tanggal 12 September, desa Maroko yang terletak di Kettou mengalami momen yang mendebarkan ketika sebuah gempa bumi berkekuatan 6,8 skala Richter mengguncang wilayah tersebut. Gempa tersebut menghancurkan rumah-rumah batu dan bata lumpur penduduk desa, yang pada saat itu tengah merayakan pernikahan Habiba Ajdir, 22 tahun, dengan petani apel, Mohammed Boudad, 30 tahun.Â
Pernikahan ini seharusnya berlangsung di desa pada hari Sabtu, namun, sesuai tradisi, keluarga mempelai wanita mengadakan pesta pranikah pada malam sebelumnya. Sebuah video yang terekam oleh seorang tamu pernikahan menunjukkan momen tragis ketika gempa tiba-tiba melanda.Â
Saat itu, para musisi mengenakan pakaian tradisional sedang memainkan seruling dan genderang kulit kambing di halaman luar ruangan. Namun, suasana penuh keceriaan berubah menjadi kekacauan dan kegelapan ketika gempa bumi tiba-tiba mengguncang desa tersebut.
Boudad dan Ajdir, yang masih mengenakan pakaian pernikahan mereka, selamat dari gempa tersebut. Namun, pengalaman traumatis itu telah meninggalkan mereka dalam kebingungan dan ketakutan. Boudad, yang berbicara sambil memegang tangan istrinya, mengungkapkan perasaannya, "Kami ingin merayakannya. Lalu gempa terjadi. Saya tidak tahu apakah harus mengkhawatirkan desa atau desa saya."
Ajdir sendiri sangat terpukul oleh gempa tersebut hingga enggan berbicara dengan orang asing. Meskipun pernikahan mereka hampir berantakan oleh bencana alam ini, Boudad hanya berkomentar bahwa mereka "dipertemukan oleh takdir." Mereka berdua adalah salah satu dari sedikit yang selamat di desa Ighil Ntalghoumt.
Advertisement
Dampak Gempa di Desa Ighil Ntalghoumt
Ighil Ntalghoumt adalah desa yang miskin, dan gempa bumi yang melanda telah mengubahnya menjadi reruntuhan yang hancur berantakan. Banyak penduduknya kini kehilangan tempat tinggal mereka. Meskipun demikian, berita baiknya adalah tidak ada korban jiwa atau cedera serius yang dilaporkan di desa ini, berbeda dengan wilayah-wilayah lain yang lebih dekat dengan pusat gempa.
Gempa ini merupakan yang paling mematikan di Maroko sejak tahun 1960, yang menyebabkan lebih dari 2.900 orang tewas, sebagian besar di pemukiman terpencil di pegunungan High Atlas di selatan Marrakesh. Meskipun ada kepanikan di tengah pernikahan Habiba Ajdir dan Mohammed Boudad, hanya satu orang anak berusia delapan tahun, Ahmed Ait Ali Oubella, yang terluka ketika sebuah batu jatuh menimpa kepalanya. Dia segera dilarikan ke tempat aman oleh ayahnya.
Â
Meskipun bencana alam ini menghancurkan sebagian besar persiapan pernikahan, Boudad, saudara laki-lakinya, dan istrinya tetap melanjutkan perjalanan ke Kettou pada hari Sabtu. Mereka tiba di desa dengan harapan yang penuh kekhawatiran, dan saat melihat kerusakan yang melanda desa, mereka menyadari betapa beruntungnya mereka masih hidup.
Solidaritas dan kebersamaan menjadi kunci kelangsungan hidup di tengah bencana ini. Banyak penduduk desa dari sekitar Ighil Ntalghoumt datang untuk merayakan pernikahan Habiba Ajdir dan makan bersama sup daging sapi tagine. Ini juga menyelamatkan mereka dari terjebak di rumah mereka yang menjadi reruntuhan akibat gempa.
Meskipun nasib mereka masih sangat tidak pasti, penduduk desa Ighil Ntalghoumt tetap bersatu dalam menghadapi tantangan ini. Mereka membutuhkan bantuan segera, terutama mengingat cuaca yang lebih dingin dan lebih basah yang diperkirakan akan datang. Namun, semangat dan kekuatan komunitas mereka tetap kokoh, dan mereka bersama-sama berjuang untuk bangkit dari puing-puing bencana alam yang menghantam desa mereka.