Ramai Kasus Kopi Sianida, Ternyata 6 Makanan Ini Mengandung Sianida Alami

Makanan alami yang mengandung sianida, terutama buah-buahan bagian bijinya dan kacang-kacangan.

oleh Laudia Tysara diperbarui 10 Okt 2023, 18:00 WIB
Diterbitkan 10 Okt 2023, 18:00 WIB
Camilan Ini Bikin Anda Panjang Umur
Segenggam kacang almond kaya manfaat (Foto: Huffington Post)

Liputan6.com, Jakarta - Kasus kontroversial kopi sianida Jessica Wongso mencuat kembali pada awal Oktober 2023 dengan tayangan film dokumenter "Ice Cold: Murder, Coffee and Jessica Wongso" di Netflix. Kasus ini melibatkan sianida sebagai zat yang diduga merenggut nyawa korban.

Namun, perlu dicatat bahwa beberapa makanan alami juga mengandung sianida, terutama buah-buahan dan kacang-kacangan.

Makanan yang mengandung sianida bisa berbahaya bagi tubuh, terutama jika dikonsumsi dalam kadar tertentu. Menghimpun data dari berbagai literatur kesehatan, dosis sianida sekitar 1–2 miligram per kilogram berat badan dapat menyebabkan kematian. Sementara dosis yang lebih kecil pun dapat berdampak negatif pada jantung, otak, bahkan bisa menyebabkan koma.

Selain itu, penting untuk menjaga makanan agar tidak bersentuhan dengan zat padat, cair, atau gas yang berpotensi mengandung sianida. Terutama jika makanan tersebut disimpan dalam wadah non-logam seperti plastik, kertas, atau kain. Makanan yang berada dalam wadah kaca atau logam yang tertutup rapat dan tidak rusak tidak akan terpengaruh oleh pelepasan sianida.

Selalu pastikan untuk membersihkan bagian luar wadah sebelum digunakan. Berikut Liputan6.com ulas lebih mendalam tentang sederet makanan yang mengandung sianida alami melansir dari WebMD, Health, dan Bon Appetit, Selasa (10/10/2023).

1. Singkong

FOTO: Melihat Proses Pembuatan Tape Singkong
Pekerja sedang memproses pembuatan tape singkong kuning di Kampung Poncol, Desa Curug, Gunung Sindur, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu (7/10/2020). Tape singkong kuning tersebut didistribusikan ke wilayah Jakarta dan sekitarnya dengan harga Rp 10 ribu per kilogram. (merdeka.com/Dwi Narwoko)

Singkong dapat menjadi berbahaya jika tidak diolah dengan benar atau dikonsumsi dalam jumlah berlebihan. Ini karena singkong mengandung glikosida sianogenik atau sianida, yang dapat melepaskan zat sianida dalam tubuh saat dikonsumsi.

Di beberapa negara, singkong juga terkenal karena dapat menyerap bahan kimia berbahaya dari tanah, seperti arsenik dan kadmium, yang dapat meningkatkan risiko kanker. Namun, dengan cara pengolahan yang benar, singkong tetap aman untuk dikonsumsi.

Pengolahan yang benar melibatkan pengupasan kulit singkong hingga bersih, karena kulit singkong mengandung sianida paling tinggi. Setelah itu, singkong perlu direndam setidaknya dua hari sebelum dimasak dan dimasak hingga matang. Mengonsumsi singkong bersama dengan makanan yang mengandung protein juga dapat membantu menghilangkan sianida dari tubuh.

2. Kacang Almond

Kacang almond, baik yang pahit maupun manis, mengandung amygdalin yang dapat berubah menjadi sianida. Meskipun keduanya memiliki senyawa yang sama, kacang almond pahit memiliki kadar yang lebih tinggi. Kacang almond manis masih aman untuk dikonsumsi, tetapi mengonsumsi kacang almond pahit tanpa pengolahan dapat menyebabkan gejala seperti kram, mual, dan diare.

Sianida juga dapat dihasilkan oleh beberapa jenis bakteri jamur dan alga tertentu. Senyawa kimia ini juga dapat ditemukan dalam beberapa makanan seperti bayam, rebung, kacang lima, dan tapioka.

Menurut laporan Bon Appetit, hidrogen sianida memiliki tingkat kefatalan pada kisaran sekitar 1,52 miligram (mg) per kilogram (kg) berat tubuh. Artinya, diperlukan sedikit lebih dari 0,1 gram racun untuk dapat mengakibatkan kematian pada manusia yang memiliki berat sekitar 150 pon atau sekitar 68 kg.

3. Biji Buah Persik dan Aprikot

Buah Persik
Petani ini sedang memanen buah persik yang dilakukan setiap empat minggu. (Joe Raedle/Getty Images/AFP)

Biji dari buah persik dan aprikot mengandung senyawa glikosida sianogenik, yang jika tidak diolah dengan benar dapat menghasilkan sianida ketika dikonsumsi. Namun, biji ini masih dapat aman dikonsumsi dalam jumlah yang wajar, yaitu sekitar 6-10 biji per hari.

Bahkan, biji aprikot dianggap sebagai superfood karena diketahui memiliki sifat antikanker dan dapat mendukung proses detoksifikasi tubuh.

4. Elderberry

Elderberry, selain dikenal sebagai bahan untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan mengatasi gejala flu serta sembelit, juga memiliki kandungan sianida. Buah Elderberry mentah, kulit kayu, dan daunnya mengandung senyawa kimia seperti lektin dan sianida. Kedua senyawa ini dapat menyebabkan masalah pencernaan seperti mual, muntah, dan diare jika tidak diolah dengan benar.

5. Biji Buah Ceri

Biji buah ceri juga mengandung zat yang dikenal sebagai asam prussic atau sianida. Meskipun demikian, jika biji ini tertelan secara tidak sengaja, tidak perlu khawatir, karena tubuh cenderung memprosesnya tanpa masalah. Untuk menghindari risiko, sebaiknya hindari mengunyah atau menghancurkan biji saat menikmati buah ceri.

6. Biji Buah Apel

Perhatikan tekstur dan konsistensi buah
Buah apel merah di dalam keranjang. (foto: Pexels/maria Lindsey)

Apel adalah salah satu buah yang mengandung senyawa sianida, terutama pada bijinya. Namun, jangan khawatir, biji apel memiliki lapisan pelindung yang efektif untuk mencegah sianida masuk ke dalam sistem tubuh ketika biji tersebut tidak sengaja termakan.

Meskipun demikian, penting untuk tetap berhati-hati karena bahkan dalam dosis kecil, sianida dapat menyebabkan gejala seperti pernapasan yang cepat, kejang, dan dalam kasus yang parah, kematian.

6. Kentang Hijau

Kentang hijau mengandung zat beracun yang disebut glikoalkaloid, yang dapat ditemukan pada daun, kecambah, dan batang bawah tanah (umbi) kentang. Biasanya, kentang menjadi hijau saat terkena cahaya, mengalami kerusakan, atau sudah menua.

Mengkonsumsi kentang yang mengandung tingkat glikoalkaloid yang tinggi dapat menyebabkan sejumlah masalah kesehatan, termasuk mual, diare, kebingungan, sakit kepala, dan dalam kasus yang ekstrem, bahkan kematian.

Oleh karena itu, penting untuk membuang bagian-bagian yang mengandung glikoalkaloid tinggi sebelum mengolah dan mengonsumsi kentang.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya