Liputan6.com, Jakarta Memahami kata kerja dalam bahasa Jepang sangat penting karena kata kerja merupakan bagian yang sangat krusial dalam membentuk kalimat dan percakapan sehari-hari. Dalam bahasa Jepang, kata kerja tidak hanya memiliki satu bentuk saja, melainkan mengalami perubahan bentuk tergantung pada waktu, keadaan, maupun jenis kalimat yang digunakan. Oleh karena itu, memahami perubahan bentuk kata kerja adalah kunci untuk dapat menggunakan kata kerja dengan tepat dalam kalimat-kalimat yang kita gunakan.
Selain perubahan bentuk, kata kerja dalam bahasa Jepang juga dibagi ke dalam beberapa golongan berdasarkan pola konjugasinya. Setiap golongan memiliki aturan perubahan bentuk yang berbeda-beda, sehingga pemahaman mengenai golongan kata kerja sangat penting untuk dapat menggunakan kata kerja dengan benar. Dengan memahami golongan kata kerja, kita dapat dengan mudah mengonjugasikan kata kerja sesuai dengan kebutuhan dalam percakapan sehari-hari.
Advertisement
Baca Juga
Memahami kata kerja bahasa Jepang juga akan membantu kita untuk mengetahui arti dari kata kerja secara lebih luas. Sebagai contoh, dengan memahami akhiran kata kerja -masu, kita dapat menggunakan kata kerja dengan bentuk yang sopan dan formal dalam berbicara dengan orang yang lebih tua atau atasan. Oleh karena itu, pemahaman akan kata kerja bahasa Jepang secara mendalam akan sangat berpengaruh dalam pembentukan kalimat dan percakapan sehari-hari.
Untuk memahami tentang kata kerja dan bagaimana penggunaannya, simak penjelasan selengkapnya berikut ini seperti yang telah dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Senin (18/12/2023).
Bentuk Kata Kerja Bahasa Jepang
Kata kerja Bahasa Jepang, atau dalam bahasa Jepang disebut "doushi", adalah bagian yang penting dalam pembentukan kalimat dalam bahasa Jepang. Kata kerja ini memiliki beberapa bentuk dan golongan yang perlu kita pahami. Dalam artikel ini, kita akan membahas mengenai perubahan kata kerja dalam bahasa Jepang, golongan kata kerja beserta contohnya, serta kata kerja dengan akhiran -masu beserta contohnya. Dengan memahami konsep dan bentuk kata kerja dalam bahasa Jepang, pembelajar bahasa Jepang akan dapat menggunakan kata kerja dengan lebih tepat dan akurat dalam percakapan sehari-hari. Yuk, simak lebih lanjut artikel ini untuk lebih memahami bentuk kata kerja dalam bahasa Jepang!
1. Bentuk Dasar
Bagian selanjutnya akan membahas tentang bentuk dasar kata kerja dalam bahasa Jepang. Pada bagian ini, akan dijelaskan bagaimana bentuk dasar kata kerja digunakan dalam kalimat dan bagaimana cara untuk mengidentifikasi bentuk dasar tersebut.
Untuk menulis bagian ini, pastikan untuk menyertakan penjelasan singkat tentang apa itu bentuk dasar kata kerja dalam bahasa Jepang, dan bagaimana bentuk dasar ini digunakan dalam pembentukan kalimat. Sebagai contoh, bentuk dasar kata kerja adalah bentuk dasar yang tidak mengalami perubahan dan digunakan sebagai dasar untuk membentuk bentuk-bentuk lainnya.
Beberapa contoh kalimat dalam bahasa Jepang yang menggunakan kata kerja bentuk dasar seperti:
q. 食べる。Taberu. (Saya makan.)
b. 書く。Kaku. (Dia menulis.)
c. 走る。Hashiru. (Anak-anak berlari.)
d. 泳ぐ。Oyogu. (Kami berenang.)
f. 聞く。Kiku. (Dia bertanya.)
Penambahan kata kerja bentuk dasar dalam artikel ini akan membantu membahas berbagai aspek penting dari kata kerja bahasa Jepang, sesuai dengan keyword yang telah ditetapkan.
2. Bentuk Negatif
Bentuk negatif dalam tata bahasa Jepang disebut sebagai "Bentuk Nai". Untuk membentuk kata kerja dalam bentuk negatif, kita perlu menambahkan akhiran "nai" setelah bentuk dasar kata kerja. Contoh, kata kerja "taberu" (makan) akan menjadi "tabenai" (tidak makan) dalam bentuk negatif.
Berikut beberapa contoh kalimat dalam bahasa Jepang yang menggunakan kata kerja bentuk negatif:
a. 食べない。Tabenai. (Saya tidak makan.)
b. 行かない。Ikanai. (Dia tidak pergi.)
c. 読まない。Yomanai. (Kami tidak membaca.)
d. 見ない。Minai. (Mereka tidak melihat.)
e. 書かない。Kakanai. (Aku tidak menulis.)
Dengan menggunakan Bentuk Nai, kita dapat mengekspresikan tindakan yang tidak dilakukan atau tidak akan dilakukan. Tata bahasa Jepang mewajibkan penggunaan Bentuk Nai untuk menyampaikan kalimat negatif. Dengan memahami konsep ini, kita dapat memahami dan menggunakan kata kerja dalam bentuk negatif dengan tepat.
3. Bentuk Imperatif
Dalam bahasa Jepang, bentuk imperatif digunakan untuk memberikan perintah langsung atau instruksi kepada seseorang. Pola kalimat untuk bentuk imperatif ini adalah dengan menggunakan bentuk dasar dari kata kerja tanpa mengubah apapun. Sebagai contoh, ketika seseorang ingin memberikan perintah untuk duduk, kata kerja "duduk" akan tetap menggunakan bentuk dasarnya yaitu "suwatte".
Beberapa contoh kalimat dalam bentuk imperatif dalam bahasa Jepang adalah sebagai berikut:
a. 食べろ。Tabero. (Makanlah.)
b. 書け。Kake. (Tulislah.)
c. 開け。Ake. (Bukalah.)
d. 走れ。Hashire. (Berlarilah.)
e. 言え。Ie. (Katakanlah.)
Dengan menggunakan bentuk imperatif, seseorang dapat dengan jelas memberikan instruksi atau perintah kepada orang lain dalam bahasa Jepang. Hal ini menunjukkan bahwa bentuk imperatif memiliki peranan yang penting dalam struktur kalimat bahasa Jepang dalam konteks memberikan instruksi atau perintah.
4.Bentuk -masu
Dalam bahasa Jepang, kata kerja biasanya mengalami perubahan bentuk tergantung pada waktu dan keadaan. Salah satu bentuk kata kerja yang umum digunakan adalah bentuk -masu. Bentuk -masu digunakan untuk menyatakan tindakan yang sopan atau formal, dan juga untuk menyatakan tindakan yang sedang terjadi atau akan terjadi.
Contoh pola kalimat untuk menggunakan bentuk -masu adalah dengan menambahkan -masu pada akhir kata kerja. Misalnya, kata kerja 行く (iku) yang berarti "pergi" akan berkata menjadi 行きます (ikimasu) untuk menyatakan "saya pergi" dalam bahasa yang sopan.
Beberapa contoh kalimat dalam bahasa Jepang yang menggunakan kata kerja bentuk -masu adalah:
a. 行きます (ikimasu) - Saya pergi.
b. 食べます (tabemasu) - Saya makan.
c. 読みます (yomimasu) - Saya membaca.
Bentuk -masu digunakan untuk kata kerja golongan pertama (kata kerja yang diakhiri dengan suku kata hiragana seperti う, る, dan つ). Ini adalah bentuk yang sering digunakan dalam percakapan sehari-hari dan dalam situasi formal.
5. Bentuk -te
Bentuk -te dalam bahasa Jepang merupakan salah satu konjugasi kata kerja yang digunakan untuk membuat variasi kalimat dalam percakapan sehari-hari. Bentuk -te ini tidak memiliki arti tertentu sendiri, namun dapat memberikan makna atau ekspresi tertentu dalam kalimat saat digabungkan dengan kata-kata lain.
Misalnya, ketika kata kerja konjugasi -te digunakan dengan kata sambung "kara" (dari), maka digunakan untuk menyatakan urutan waktu atau kondisi sebelum kejadian atau situasi tertentu. Selain itu, bentuk -te juga digunakan untuk memberikan instruksi atau perintah.
Beberapa contoh kalimat dalam bahasa Jepang yang menggunakan kata kerja bentuk -te adalah:
a. 食べてください (tabete kudasai) - Tolong makan.
b. 歩いてから家に来てください (aruite kara ie ni kite kudasai) - Tolong datang setelah jalan kaki.
c. 飲んで、歌って、踊って楽しんだ (nonde, utatte, odotte tanoshinda) - Minum, menyanyi, menari, dan bersenang-senang.
Dengan menggunakan bentuk -te, variasi kalimat dalam bahasa Jepang dapat lebih bervariasi dan memberikan nuansa yang berbeda dalam percakapan sehari-hari.
6. Bentuk Pasif
Bentuk Pasif dalam bahasa Jepang merupakan salah satu konjugasi kata kerja yang mengubah kata kerja menjadi bentuk pasif atau kata kerja yang menerima aksi. Untuk membentuk bentuk pasif dari sebuah kata kerja, terlebih dahulu kita harus mengubah kata kerja tersebut ke dalam bentuk dasar (kosakata) dan kemudian menambahkan akhiran -reru atau -rareru. Contohnya, kata kerja 書く (kaku) yang berarti "menulis" jika diubah ke bentuk pasif akan menjadi 書かれる (kakareru) yang berarti "ditulis".
Beberapa contoh kalimat dalam bentuk pasif:
a. 本が買われました。(Hon ga kawaremashita.) - Buku dibeli.
b. ケーキが食べられますか?(Kēki ga taberaremasu ka?) - Apakah kue bisa dimakan?
c. 彼女が招待された。 (Kanojo ga shoutai sareta.) - Dia diundang.
Dengan menggunakan bentuk pasif, kita dapat menunjukkan bahwa subjek dari kalimat tersebut menerima aksi dari kata kerja. Dalam pola kalimat, kita dapat menggunakan kata kerja dalam bentuk negatif (kata kerja + nai) dan dalam bentuk positif (kata kerja + masu) sesuai dengan kebutuhan kalimat yang ingin disampaikan. Bentuk pasif ini sangat penting dan umum digunakan dalam percakapan sehari-hari di bahasa Jepang.
Advertisement
Golongan Kata Kerja dalam Bahasa Jepang dan Contohnya
Dalam bahasa Jepang, kata kerja atau "doushi" merupakan bagian penting dari tata bahasa. Kata kerja ini digunakan untuk menyatakan aksi atau keadaan yang berlangsung. Ada tiga golongan kata kerja dalam bahasa Jepang, yaitu golongan pertama, kedua, dan ketiga. Golongan kata kerja ini mempengaruhi cara perubahan bentuk dari kata kerja tersebut. Contohnya, kata kerja golongan pertama seperti "taberu" (makan), kata kerja golongan kedua seperti "miru" (melihat), dan kata kerja golongan ketiga seperti "kuru" (datang). Setiap golongan kata kerja memiliki pola perubahan bentuk yang berbeda, dan penting untuk memahami karakteristik masing-masing golongan agar dapat menggunakan kata kerja dengan benar dalam percakapan sehari-hari.
Kata kerja golongan I
Kata kerja golongan I dalam bahasa Jepang terdiri dari kata kerja yang pola dasar atau bentuk dasarnya berakhir dengan huruf U. Contoh dari kata kerja golongan I adalah taberu (makan), nomu (minum), dan kaku (menulis).
Berikut adalah beberapa contoh kalimat dalam bahasa Jepang yang menggunakan kata kerja golongan I:
1. 食べる (taberu) - Watashi wa ramen o tabemasu. (Saya makan ramen.)
2. 飲む (nomu) - Watashi wa ocha o nomimasu. (Saya minum teh.)
3. 書く (kaku) - Watashi wa tegami o kakimasu. (Saya menulis surat.)
Kata kerja golongan I ini memiliki akhiran -u dan beberapa juga memiliki akhiran -ku. Pengetahuan mengenai kata kerja golongan I sangat penting karena pola konjugasi dan penggunaannya dalam kalimat keseharian. Jadi, untuk menguasai bahasa Jepang dengan baik, penting untuk memahami dan menguasai penggunaan kata kerja golongan I.
Kata kerja golongan II
Kata kerja golongan II dalam bahasa Jepang adalah kata kerja yang berakhiran dengan "iru" atau "eru". Kata kerja golongan II ini sering digunakan untuk menyatakan aktivitas yang dilakukan oleh orang atau objek yang tidak berwujud. Sebagai contoh, kata kerja "taberu" (食べる) yang berarti "makan" dan kata kerja "kiku" (聞く) yang berarti "mendengar" merupakan contoh dari kata kerja golongan II.
Berikut beberapa contoh kalimat dalam bahasa Jepang yang menggunakan kata kerja golongan II:
1. 日本語を勉強します。 (Nihongo wo benkyou shimasu.) - Saya belajar bahasa Jepang.
2. 毎日音楽を聞きます。 (Mainichi ongaku wo kikimasu.) - Saya mendengarkan musik setiap hari.
3. 友達と映画を見ます。 (Tomodachi to eiga wo mimasu.) - Saya menonton film dengan teman-teman.
Dengan kata kerja golongan II, kita dapat menyatakan aktivitas sehari-hari dengan jelas dan tepat dalam bahasa Jepang. Jadi, sangat penting untuk memahami penggunaan kata kerja golongan II dalam percakapan sehari-hari.
Kata kerja golongan III
Dalam bahasa Jepang, kata kerja golongan III dikenal sebagai "Fokusoku Doushi". Kata kerja golongan III ini memiliki ciri khas yaitu tidak mengalami perubahan bentuk apapun saat digunakan dalam kalimat, baik untuk waktu, kategori, maupun bentuk. Selain itu, kata kerja golongan III juga dapat diidentifikasi dari akhiran kata kerja yang berupa huruf "iru" atau "eru".
Beberapa contoh kata kerja golongan III antara lain adalah "taberu" (makan), "miru" (melihat), dan "hanasu" (berbicara). Selain kata kerja tersebut, kata kerja "suru" juga termasuk dalam golongan III. Kata kerja "suru" sendiri memiliki fungsi khusus yaitu untuk merubah kata benda menjadi kata kerja, sehingga sering digunakan dalam berbagai konteks dalam bahasa Jepang.
Contoh kalimat dalam bahasa Jepang yang menggunakan kata kerja golongan III antara lain:
1. 食べる (taberu) - Saya suka makan sushi. (Watashi wa sushi o taberu no ga suki desu.)
2. 見る (miru) - Saya ingin melihat pemandangan Gunung Fuji. (Watashi wa Fuji-san no keshiki o miru no ga hoshii desu.)
3. する (suru) - Dia sering melakukan olahraga di sore hari. (Kare wa yuugata ni yoku supootsu o suru.)
Dengan demikian, kata kerja golongan III dalam bahasa Jepang memiliki peran khusus dalam membentuk kalimat dan menyampaikan makna dengan jelas.
Kata Kerja Bahasa Jepang Akhiran -masu dan Contohnya
Dalam bahasa Jepang, kata kerja memiliki peranan yang sangat penting dalam pembentukan kalimat. Salah satu akhiran yang sering digunakan dalam kata kerja bahasa Jepang adalah -masu. Akhiran -masu digunakan untuk membentuk kata kerja dalam bentuk present tense yang sopan dan formal. Dalam artikel ini, kita akan membahas secara lebih mendalam tentang kata kerja bahasa Jepang dengan akhiran -masu, beserta contoh-contohnya.
1. Kata kerja masu untuk golongan I
Dalam bahasa Jepang, kata kerja golongan I dapat diubah menjadi kata kerja masu dengan cara yang sederhana. Pertama, ubahlah akhiran u pada kata kerja menjadi akhiran i. Setelah itu, tambahkanlah akhiran masu. Sebagai contoh, kata kerja utau (歌う) yang berarti "menyanyi" akan menjadi utaimasu (歌います) ketika diubah menjadi kata kerja masu. Proses ini dapat diterapkan pada kata kerja lain dalam golongan I sehingga mereka menjadi kata kerja masu yang dapat digunakan dalam situasi formal dalam bahasa Jepang. Dengan memahami cara merubah kata kerja dalam bahasa Jepang menjadi kata kerja masu, kita dapat menghindari penggunaan yang kurang sopan dan memperluas kemampuan berkomunikasi dalam bahasa Jepang.
2. Kata kerja masu untuk Golongan II
Golongan II dalam kata kerja bahasa Jepang terdiri dari kata kerja yang berakhiran ru. Untuk merubah kata kerja Golongan II menjadi kata kerja masu, kita perlu menghilangkan akhiran ru dan menambahkan akhiran masu. Contohnya adalah kata kerja Taberu (食べる) yang berarti makan, menjadi Tabemasu (食べます) dalam bentuk kata kerja masu. Sedangkan untuk kata kerja Miru (見る) yang artinya melihat, akan menjadi Mimasu (見ます) setelah menghilangkan akhiran ru dan menambahkan akhiran masu. Dengan demikian, perubahan kata kerja Golongan II menjadi kata kerja masu dapat dilakukan dengan cara sederhana yaitu dengan mengubah akhiran ru menjadi masu. Jadi, untuk menggunakan kata kerja Golongan II dalam keadaan formal atau sopan, kita dapat menggunakan bentuk kata kerja masu dengan mudah.
3. Kata kerja masu untuk golongan III
Kata kerja golongan III dalam bahasa Jepang dapat diubah menjadi kata kerja masu dengan beberapa langkah perubahan. Pertama-tama, untuk kata kerja dalam bentuk dasar golongan III seperti suru (する), langkah pertama adalah mengganti bunyi "su" dengan "shi", sehingga menjadi "shimasu". Contoh lain adalah kata kerja kuru (来る), yang dalam bentuk dasar golongan III menjadi "koyou / 来よう".
Kemudian, langkah kedua adalah menambahkan akhiran "masu" setelah perubahan bunyi. Sehingga kata kerja suru menjadi "shimasu" dan kata kerja kuru menjadi "koyoumasu".
Dengan demikian, kata kerja golongan III dapat diubah menjadi kata kerja masu dengan langkah-langkah perubahan yang sesuai. Dengan memahami cara perubahan ini, kita dapat menggunakan kata kerja golongan III dalam berbagai situasi formal dalam percakapan sehari-hari.
Advertisement