Gejala COVID-19 JN.1 yang Picu Lonjakan Kasus di Singapura, Sudah Ada di Indonesia

Kasus COVID-19 JN.1 ini pertama kali terkonfirmasi di Jakarta Selatan pada 11 November 2023, di Jakarta Timur pada 23 November 2023, dan di Batam pada 13 Desember 2023.

oleh Laudia Tysara diperbarui 20 Des 2023, 18:25 WIB
Diterbitkan 20 Des 2023, 18:25 WIB
Batuk sebagai Penyakit Sehari-Hari Masyarakat dengan Mobilitas Tinggi
Pria berkacamata menutup mulut dan hidungnya saat batuk. (Foto: Unsplash/Towfiqu barbhuiya)

Liputan6.com, Jakarta - WHO Technical Lead, Maria Van Kerkhove sebut kasus COVID-19 saat ini sedang mengalami peningkatan di seluruh dunia.

"Penyakit ini kembali mengalami peningkatan disebabkan oleh berbagai faktor. Virus SARS-CoV-2 terus berevolusi, berubah, dan menyebar di seluruh negara," ujarnya dalam video yang diunggah di akun Instagram centang biru WHO pada Senin, 18 Desember 2023.

Menghimpun data dari laman Emerging Kemenkes pada 19 Desember 2023, terdapat 2.204 kasus aktif COVID-19 yang telah terkonfirmasi di Indonesia. Dari jumlah tersebut, 116 pasien berhasil sembuh, sementara dua pasien lainnya meninggal dunia.

Pada tanggal yang sama, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Indonesia mengonfirmasi penemuan COVID-19 varian JN.1 di negara Indonesia. Varian ini sebelumnya telah terdeteksi oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS di 12 negara, dan diyakini menjadi penyebab lonjakan kasus COVID-19 di Singapura.

"COVID-19 varian JN.1 ditemukan di Jakarta Selatan, Jakarta Timur, dan Batam, Kepulauan Riau," ungkap Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes Maxi Rein Rondonuwu, dikutip pada Rabu (20/12/2023).

Kasus COVID-19 JN.1 ini pertama kali terkonfirmasi di Jakarta Selatan pada 11 November 2023, di Jakarta Timur pada 23 November 2023, dan di Batam pada 13 Desember 2023.

Maxi imbau masyarakat untuk tetap waspada, mengikuti protokol kesehatan yang telah ditetapkan, dan memperhatikan perkembangan informasi terkini dari otoritas kesehatan. Selain itu, penting memahami gejala dari COVID-19 varian JN.1 ini.

Berikut Liputan6.com ulas gejala COVID-19 JN.1 yang picu lonjakan kasus di Singapura dan saat ini sudah masuk Indonesia, Rabu (20/12/2023).

Gejala COVID-19 JN.1 yang Harus Diwaspadai

Ilustrasi vertigo pusing
Wanita berbaju putih ini memegang kepala karena merasa pusing. Copyright shutterstock/Parkin Srihawong

Berdasarkan laporan CDC pada 20 Desember 2023, gejala COVID-19 varian JN.1 tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan dibandingkan dengan varian lainnya. Secara umum, gejala COVID-19 JN.1 yang muncul bersifat ringan dan memiliki karakteristik mirip flu, pilek, atau infeksi saluran pernapasan.

1. Batuk

Merupakan gejala umum yang sering terkait dengan infeksi saluran pernapasan, termasuk COVID-19.

2. Sakit Tenggorokan

Rasa tidak nyaman atau nyeri di tenggorokan dapat menjadi salah satu tanda infeksi.

3. Sakit Kepala

Gejala ini dapat muncul sebagai respons terhadap infeksi virus, termasuk yang disebabkan oleh varian JN.1.

4. Nyeri Otot

Sensasi nyeri atau kelemahan pada otot tubuh dapat menjadi gejala yang dialami.

5. Demam

Kenaikan suhu tubuh yang diukur dengan termometer dapat menandakan adanya infeksi.

6. Hilangnya Indera Rasa atau Bau

Salah satu ciri khas COVID-19 adalah perubahan atau kehilangan kemampuan merasakan dan mencium bau.

7. Pilek

Gejala seperti hidung tersumbat atau rinore dapat muncul pada beberapa individu yang terinfeksi.

8. Kelelahan

Merupakan gejala umum dalam banyak kasus infeksi virus.

9. “Brain Fog” (Merasa Kurang Terjaga dan Sadar)

Beberapa individu melaporkan pengalaman "brain fog" atau rasa kurang terjaga dan kesadaran.

10. Sesak Napas

Kesulitan bernapas atau perasaan sesak napas dapat terjadi pada sebagian kasus.

11. Gejala Gastrointestinal (Sakit Perut, Diare Ringan)

Beberapa individu dengan infeksi varian JN.1 juga melaporkan gejala gastrointestinal seperti sakit perut atau diare ringan.

Meskipun gejala COVID-19 JN.1 bersifat ringan, penting untuk tetap waspada dan mengikuti protokol kesehatan yang ditetapkan oleh otoritas kesehatan guna meminimalkan risiko penyebaran. Jika seseorang mengalami gejala atau memiliki kekhawatiran, sebaiknya berkonsultasi dengan profesional kesehatan atau melakukan pemeriksaan COVID-19 sesegera mungkin.

 

Tidak Hanya COVID-19 yang Harus Diwaspadai

Khawatir Virus Corona COVID-19, Warga Malaysia Beraktivitas Pakai Masker
Seorang pria menjual masker di tengah kekhawatiran akan penyebaran virus corona COVID-19, di Kuala Lumpur, Malaysia, Kamis, (13/2/2020). Pasien pertama adalah turis China yang masuk ke Johor setelah melintasi Singapura. (AFP/Mohd Rasfan)

Profesor penyakit menular di Vanderbilt University Medical Center, AS, William Schaffner, melansir dari Today menjelaskan bahwa varian JN.1 merupakan bagian dari kelompok Omicron. Lebih lanjut, JN.1 berasal dari BA.2.86, yang merupakan subgaris keturunan dari varian Omicron BA.2.

"Anggap saja (varian-varian tersebut) sebagai anak dan cucu Omicron. Mereka adalah bagian dari keluarga besar yang sama, tetapi masing-masing memiliki kepribadian yang berbeda," ungkapnya.

Di sisi lain, Profesor dan wakil ketua di Departemen Mikrobiologi Molekuler dan Imunologi Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health, Andrew Pekosz, menyatakan bahwa COVID-19 JN.1 mengalami mutasi tambahan pada protein spike.

Protein spike memiliki peran kunci dalam membantu virus menempel pada sel manusia dan berperan penting dalam kemampuan COVID-19 untuk menginfeksi manusia. "Mutasi ini dapat mempengaruhi sifat pelarian kekebalan tubuh JN.1," jelas Pekosz.

Selain COVID-19, Maria Van Kerkhove menyoroti adanya penyakit lain yang sedang menyebar di seluruh dunia. Situasi ini menjadi semakin mengkhawatirkan karena negara-negara dengan empat musim telah memasuki periode musim dingin.

"Iya, bukan hanya COVID-19 yang sedang beredar. Ada influenza, virus, dan bakteri lain yang juga menjadi perhatian kita. Di beberapa wilayah di dunia, kita memasuki bulan-bulan musim dingin, di mana orang-orang mulai berkumpul untuk merayakan liburan," ujarnya.

Maria menjelaskan bahwa saat orang-orang berkumpul, biasanya mereka lebih sering berada di dalam ruangan. Ini berbahaya terutama jika sirkulasi udaranya kurang bagus. Dia menegaskan bahwa kuman-kuman bisa menyebar atau menginfeksi dengan mudah antar individu lewat udara dalam situasi seperti itu.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya