Kata Bilangan atau Numeralia, Pahami Jenis-Jenisnya

Numeralia digunakan untuk menerangkan jumlah atau urutan suatu benda, orang, atau peristiwa.

oleh Laudia Tysara diperbarui 26 Des 2023, 11:10 WIB
Diterbitkan 25 Des 2023, 14:20 WIB
Anak belajar
Tiga siswa sekolah ini mengerjakan soal matematika di papan tulis. Foto: taztic.com)

Liputan6.com, Jakarta - Kata bilangan atau numeralia adalah bagian penting dalam tata bahasa yang digunakan untuk menyatakan jumlah atau urutan. Numeralia digunakan untuk menerangkan jumlah atau urutan suatu benda, orang, atau peristiwa.

Fungsi utama kata bilangan adalah untuk memberi informasi tentang berapa banyak atau dalam urutan keberapa suatu objek atau peristiwa tersebut berada. Numeralia juga digunakan dalam berbagai jenis kalimat, seperti kalimat deskriptif, kalimat perbandingan, atau kalimat perbandingan.

Kata bilangan sangat penting dalam membuat kalimat yang tepat untuk menjelaskan sebuah situasi atau kejadian. Numeralia bisa merinci jumlah orang, benda, atau peristiwa dengan tepat sehingga pendengar atau pembaca bisa memperoleh gambaran yang jelas tentang informasi yang disampaikan.

Berikut Liputan6.com ulas lebih mendalam tentang kata bilangan atau numeralia, lengkap perbedaan numeralia pokok dan turunan, serta jenis-jenis numeralia, Senin (25/12/2023).

Kata Bilangan atau Numeralia

Anak Belajar
Anak Belajar Berhitung di Meja Belajar. Credit: pexels.com/AndreaPiacquadio

Kata bilangan atau numeralia merupakan istilah yang merujuk pada kata-kata yang digunakan untuk menyatakan jumlah benda atau kumpulan, baik yang terkait dengan entitas bernyawa maupun tidak bernyawa. Melansir dari Narabahasa dan ung.ac.id, bahwa numeralia adalah kata bilangan yang menunjukkan jumlah, baik entitas bernyawa maupun tidak bernyawa.

Ini menegaskan bahwa fungsi utama dari numeralia adalah sebagai penunjuk jumlah atau kuantitas dari sesuatu dalam suatu konteks. Fungsi kata bilangan atau numeralia dalam bahasa juga tercermin dalam frasa-frasa yang terbentuk oleh dua kata atau lebih yang memiliki kemampuan untuk menggantikan kategori numeralia.

Menurut Khairah dan Ridwan dalam buku "Sintaksis: Memahami Satuan Kalimat Perspektif Fungsi" (2014), frasa numeralia adalah satuan sintaksis yang terbentuk dari dua kata atau lebih dan mampu menggantikan kategori numeralia. Frasa ini sering kali melibatkan penambahan kata penggolong, adverbia, atau kata gugus setelah numeralia untuk menghasilkan makna yang lebih spesifik atau terperinci.

Pada umumnya, frasa numeralia terbentuk dengan mempergunakan kata penggolong, adverbia, atau kata gugus setelah kata bilangan. Hal ini membantu dalam memberikan informasi lebih rinci tentang jumlah atau kuantitas yang diinginkan dalam suatu kalimat. Misalnya, dalam kalimat "lima buah apel" atau "dua kali lipat," kata-kata tambahan setelah kata bilangan (lima, dua) membantu dalam memberikan detail tentang jumlah atau penggandaan dari objek yang dibicarakan.

Definisi dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia juga menegaskan bahwa numeralia adalah kata atau frasa yang menunjukkan bilangan atau kuantitas. Penegasan ini sejalan dengan pemahaman umum bahwa numeralia atau kata bilangan digunakan untuk menggambarkan jumlah secara jelas, baik itu jumlah benda, orang, atau bahkan konsep-konsep yang dapat dihitung.

Dalam pemakaian sehari-hari, kata bilangan atau numeralia memiliki peran penting dalam menyampaikan informasi kuantitatif dengan tepat dan jelas. Ini membantu dalam memberikan gambaran yang spesifik tentang jumlah benda atau entitas tertentu dalam suatu konteks pembicaraan.

Kesimpulannya, kata bilangan bukan hanya sekadar angka. Akan tetapi juga merupakan elemen penting dalam menyusun kalimat yang informatif dan jelas bagi pendengar atau pembaca.

Beda Bilangan Pokok dan Tingkat

Dalam buku berjudul "Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi Keempat" (2017) oleh Moeliono dkk., jenis-jenis numeralia ini dijelaskan secara rinci terdiri dari bilangan pokok dan tingkat, yakni:

Numeralia Pokok:

  1. Numeralia Pokok Tentu: Merujuk pada bilangan utuh seperti 1, 2, 3, 10, dan 100. Contoh: "Dia memiliki 3 kucing di rumah."
  2. Numeralia Pokok Kolektif: Ditandai dengan prefiks 'ke-', seperti "kedua anak" atau "ketiga sahabat."
  3. Numeralia Pokok Distributif: Terbentuk melalui pengulangan numeralia, seperti "masing-masing" dan "setiap." Contoh: "Mereka datang satu demi satu."
  4. Numeralia Pokok Taktentu: Mengacu pada jumlah yang tidak pasti, seperti "banyak" atau "sedikit." Contoh: "Dia memiliki banyak teman di sekolah."
  5. Numeralia Pokok Klitik: Diserap dari bahasa Jawa Kuno dan menempel di depan nomina, misalnya "eka-" atau "tri-."
  6. Numeralia Pokok Pecahan: Dicirikan dengan kata "per-", seperti "satu perempat" atau "seperlima."

Numeralia Tingkat:

  1. Serupa dengan numeralia pokok kolektif dengan awalan 'ke-', tetapi ditempatkan di belakang nomina, misalnya "pemain ketiga" atau "anggota keempat."
  2. Perbedaan utama terletak pada penggunaan kata "pertama" dan "kesatu." Numeralia pokok kolektif tidak menggunakan kata "pertama," sedangkan dalam numeralia tingkat, kata "pertama" dan "kesatu" hanya digunakan dalam frasa.

Perbedaan Antara Bilangan Pokok dan Tingkat:

  1. Penempatan dalam Kalimat: Numeralia pokok kolektif diletakkan di muka nomina, sementara numeralia tingkat diletakkan di belakang nomina.
  2. Penggunaan Kata Pertama dan Kesatu: Kata "pertama" tidak digunakan dalam numeralia pokok kolektif, tetapi digunakan dalam frasa numeralia tingkat, seperti "pemain pertama."
  3. Contoh Frasa yang Berbeda: Numeralia tingkat memungkinkan penggunaan frasa seperti "anggota kesatu," sedangkan dalam numeralia pokok kolektif, kata "pertama" tidak digunakan dalam frasa.

Penjelasan ini didasarkan pada pemahaman dari buku tersebut dan memberikan gambaran yang jelas tentang perbedaan antara numeralia pokok dan tingkat dalam konteks penggunaannya dalam bahasa Indonesia.

 

Jenis-Jenis Bilangan atau Numeralia

Menggunakan Media Pembelajaran dengan Gambar
Anak membaca buku dengan kacamata di perpustakaan sekolahnya. Credit: pexels.com/August

Numeralia, atau kata bilangan, merupakan bagian penting dalam bahasa yang digunakan untuk mengungkapkan jumlah atau bilangan. Ada dua jenis numeralia yang Liputan6.com lansir dari berbagai sumber, yakni kata bilangan takrif dan kata bilangan tak takrif.

1. Kata Bilangan Takrif

Kata bilangan ini mengacu pada angka atau jumlah yang dinyatakan secara pasti dan terukur. Dalam klasifikasi ini, terdapat dua variasi, yakni kata bilangan utama dan kata bilangan tingkat.

  1. Kata Bilangan Utama: Jenis ini mengacu pada angka yang spesifik dan terdefinisi. Contoh penggunaannya adalah dalam kalimat seperti "Tiga buah apel" atau "Lima puluh lembar kertas." Kata-kata semacam ini langsung menunjukkan jumlah yang terukur.
  2. Kata Bilangan Tingkat: Lebih cenderung merujuk pada urutan, rangking, atau peringkat. Contohnya adalah "Tim kesatu," "Pemenang kedua," atau "Runner-up ketiga." Kata-kata ini lebih menekankan posisi atau peringkat dalam suatu rentetan.

2. Kata Bilangan Tak Takrif

Sementara itu, jenis kata bilangan ini lebih bersifat umum dan tidak terikat pada angka spesifik. Digunakan untuk menggambarkan jumlah yang tidak jelas, tidak pasti, atau tidak terukur.

Contohnya termasuk kata-kata seperti "banyak," "beberapa," "sebagian," atau "sejumlah." Penggunaan kata-kata semacam ini tidak mengindikasikan jumlah yang terukur atau pasti, tetapi memberikan gambaran umum tentang sejumlah yang tidak spesifik.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya