4 Bulan Baik untuk Menikah Menurut Primbon Jawa, Rajab Salah Satunya

Bulan baik untuk menikah menurut primbon Jawa didasarkan pada keyakinan bahwa energi positif pada bulan-bulan tersebut akan memberikan berkah dan keberuntungan bagi pasangan yang menikah.

oleh Fitriyani Puspa Samodra diperbarui 15 Jan 2024, 18:45 WIB
Diterbitkan 15 Jan 2024, 18:45 WIB
Ilustrasi pernikahan, menikah, pengantin
Ilustrasi pernikahan, menikah, pengantin Jawa. (Photo by Yudha Allam on Pexels.com)

Liputan6.com, Jakarta Primbon merupakan bagian penting dari tradisi masyarakat Jawa, termasuk ketika mereka merencanakan pernikahan. Salah satu aspek yang sangat diperhatikan dalam primbon Jawa adalah pemilihan bulan untuk menggelar hajatan, khususnya pernikahan. Masyarakat Jawa meyakini bahwa ada bulan yang dianggap baik dan bulan yang kurang baik untuk melangsungkan pernikahan.

Bulan baik untuk menikah menurut primbon Jawa didasarkan pada keyakinan bahwa energi positif pada bulan-bulan tersebut akan memberikan berkah dan keberuntungan bagi pasangan yang menikah. Hal ini mencerminkan hubungan erat antara tata cara pernikahan dan pandangan kosmologi dalam budaya Jawa.

Bulan baik untuk menikah menurut primbon Jawa maupun bulan kurang baik untuk menikah tidak hanya dipandang sebagai suatu tradisi, tetapi juga memiliki makna atau arti khusus di dalamnya. Kitab-kitab Primbon Jawa menyajikan simbolisme serta nilai-nilai yang terkandung dalam pemilihan bulan tertentu. 

Kepercayaan pada primbon Jawa ini mencerminkan kekayaan budaya dan spiritualitas masyarakat Jawa yang turun-temurun diwariskan melalui generasi. Berikut bulan-bulan baik untuk menikah menurut primbon Jawa yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Senin (15/1/2024).


1. Besar

Ilustrasi budaya, Jawa
Ilustrasi budaya, Jawa. (Photo by Renda Eko Riyadi: https://www.pexels.com/photo/people-wearing-traditional-dress-2912492/)

Bulan Besar atau Dzulhijjah menjadi salah satu bulan yang sangat dihormati dalam tradisi masyarakat Jawa, khususnya dalam konteks pernikahan menurut primbon Jawa. Dalam pandangan primbon Jawa, bulan ini dianggap membawa peruntungan yang baik bagi pasangan yang memutuskan untuk menikah di dalamnya.

Menurut keyakinan masyarakat Jawa, pernikahan yang dilangsungkan di bulan Besar akan membawa berkah dan kemudahan dalam kehidupan rumah tangga. Keberuntungan ini tidak hanya terbatas pada aspek keuangan, namun juga mencakup keberlimpahan harta dan kelancaran hidup. Bulan Besar dipandang sebagai periode yang penuh keberkahan, di mana pernikahan yang dilakukan pada waktu ini diharapkan dapat membawa kebahagiaan dan kesuksesan bagi kedua mempelai.


2. Jumadil Akhir

Parade Busana Pengantin Jawa dari Putra Bungsu Pakualaman, Gelar Royal Wedding Sarat Makna Selama Dua Hari Berturut-Turut
Melihat busana pengantin Jawa yang dikenakan putra bungsu Pakualaman di Royal Wedding Jogja (@humasjogja)

Bulan Jumadil Akhir yang merupakan bulan keenam dalam kalender Jawa dan Hijriyah, memiliki keistimewaan khusus dalam tradisi pernikahan masyarakat Jawa, menurut pandangan primbon Jawa. Bulan ini dianggap sebagai waktu yang baik untuk melangsungkan pernikahan, dengan keyakinan bahwa pernikahan yang diadakan di bulan ini akan membawa keberuntungan dalam hal harta, keharmonisan, dan kebahagiaan.

Menurut pandangan primbon Jawa, bulan Jumadil Akhir dianggap membawa peruntungan yang baik dalam aspek keuangan. Pernikahan yang dilakukan di bulan ini diharapkan dapat membawa kelimpahan rezeki bagi kedua mempelai. Kepercayaan ini mencerminkan keterkaitan erat antara waktu pelaksanaan pernikahan dan keyakinan terhadap energi positif yang diyakini hadir pada bulan Jumadil Akhir.

Selain itu, bulan Jumadil Akhir juga dianggap memiliki pengaruh positif terhadap keharmonisan dalam rumah tangga. Pasangan yang menikah di bulan ini dipercaya akan mampu menyelesaikan permasalahan dengan kepala dingin dan ketenangan, menciptakan suasana rumah tangga yang harmonis dan damai. Keberkahan yang dihubungkan dengan bulan Jumadil Akhir tidak hanya terbatas pada aspek materi, tetapi juga mencakup keberkahan dalam hubungan dan kehidupan keluarga.


3. Rajab

Parade Busana Pengantin Jawa dari Putra Bungsu Pakualaman, Gelar Royal Wedding Sarat Makna Selama Dua Hari Berturut-Turut
Melihat busana pengantin Jawa yang dikenakan putra bungsu Pakualaman di Royal Wedding Jogja (@humasjogja)

Bulan Rajab dalam pandangan primbon Jawa menjadi waktu yang sangat baik untuk melangsungkan pernikahan. Keyakinan ini mengandung makna mendalam yang mencakup berbagai aspek. Pertama, bulan Rajab dianggap sebagai bulan yang membawa berkah dalam hal kelahiran anak-anak. 

Pasangan yang menikah di bulan ini diyakini akan diberikan anugerah keturunan yang banyak, menciptakan kebahagiaan dan kelengkapan dalam keluarga. Kepercayaan ini mencerminkan harapan akan kelanjutan keturunan yang dianggap sebagai keberuntungan dan keberkahan.

Selanjutnya, bulan Rajab dipandang sebagai bulan istimewa yang penuh dengan keberkahan. Pernikahan yang dilangsungkan di bulan ini dianggap membawa kebahagiaan dalam rumah tangga. Selain itu dari aspek ekonomi, pasangan yang menikah di bulan Rajab diyakini akan mendapatkan usaha bisnis yang besar dan lancar. Dukungan dari orang-orang baik di sekitar mereka juga diyakini akan mengiringi perjalanan hidup mereka, menciptakan kondisi ekonomi yang menguntungkan.


4. Ruwah

Amanda Gonzales menikah
Pernikahan mengusung adat Jawa kental. Tampak kedua yang berbahagia mengenakan busana pengantin warna putih. [Foto: Instagram/djanjisoetji.photography]

Bulan Ruwah menurut pandangan primbon Jawa dianggap sebagai waktu yang sangat baik untuk melangsungkan pernikahan. Keyakinan ini tidak hanya berfokus pada aspek kebahagiaan, tetapi juga menekankan keselamatan, kedamaian, dan perlindungan terhadap potensi gangguan dari luar.

Pasangan yang memilih untuk menikah di bulan Ruwah diyakini akan mendapatkan keselamatan dan kedamaian seumur hidup. Ini mencerminkan harapan akan keberlanjutan hubungan yang damai dan harmonis dalam rumah tangga mereka. Bulan Ruwah dipandang sebagai waktu yang penuh berkah, di mana pernikahan yang dilangsungkan diharapkan dapat membawa ketenangan batin dan perlindungan dari berbagai ancaman.

Selain itu dalam pandangan primbon Jawa, pernikahan di Bulan Ruwah juga dihubungkan dengan harapan untuk mendapatkan keturunan dengan cepat. Pasangan yang menikah di bulan ini diyakini akan diberikan momongan secepatnya, menambah kelengkapan dalam keluarga mereka. Kepercayaan ini mencerminkan nilai-nilai keluarga dan keturunan yang dianggap sebagai anugerah dan keberuntungan.

Pernikahan di Bulan Ruwah juga dianggap dapat menjauhkan perasaan iri dan dengki dari pihak luar yang mungkin ingin mengganggu kedamaian rumah tangga mereka. Hal ini mencerminkan kepercayaan pada kekuatan spiritual bulan tersebut untuk melindungi hubungan pasangan dari energi negatif dan gangguan luar. Pandangan ini menciptakan kesan bahwa pernikahan yang dilangsungkan di Bulan Ruwah tidak hanya menjadi momen bahagia, tetapi juga dianggap sebagai langkah yang penuh keberkahan, kedamaian, dan perlindungan untuk memulai perjalanan hidup bersama.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya