Cherophobia Artinya Takut Bahagia, Ini Ciri dan Cara Mengatasinya

Mengetahui cherophobia adalah langkah awal yang penting dalam upaya meningkatkan kesehatan mental dan kualitas hidup seseorang.

oleh Laudia Tysara diperbarui 26 Mar 2024, 13:30 WIB
Diterbitkan 26 Mar 2024, 13:30 WIB
Cenderung Terlihat Murung
Wanita Terlihat Murung Credit: pexels.com/Liza

Liputan6.com, Jakarta - Cherophobia artinya takut bahagia, sebuah kondisi psikologis yang menjadi perhatian dalam bidang kesehatan mental. Dalam perspektif psikologi, cherophobia adalah ketakutan yang tidak rasional terhadap kebahagiaan, sering kali dipicu oleh trauma masa lalu atau pengalaman negatif.

Berdasarkan pandangan psikologi, cherophobia adalah mekanisme pertahanan yang muncul dalam otak sebagai langkah melindungi diri dari potensi pengulangan trauma atau pengalaman negatif di masa lalu. Hal ini tercermin dalam perilaku individu yang menghindari situasi yang dapat membawa kebahagiaan, karena takut bahwa momen bahagia akan diikuti oleh kesedihan yang mendalam.

Mengetahui cherophobia adalah langkah awal yang penting dalam upaya meningkatkan kesehatan mental dan kualitas hidup seseorang. Adanya pemahaman yang lebih baik tentang kondisi ini, individu yang memiliki fobia ini dan orang-orang di sekitarnya dapat mencari bantuan profesional dan mengambil langkah-langkah konkrit untuk mengatasi cherophobia serta mendorong pemulihan yang berkelanjutan.

Berikut Liputan6.com ulas lebih mendalam tentang cherophobia artinya takut bahagia, lengkap ciri dan cara mengatasinya, Selasa (26/3/2024).

Cherophobia Artinya Takut Bahagia

Cherophobia artinya adalah kondisi di mana seseorang mengalami ketakutan yang tidak rasional terhadap kebahagiaan. Ini bisa disebabkan oleh trauma masa lalu atau pengalaman negatif yang membuat individu tersebut mengasosiasikan kebahagiaan dengan kesedihan yang akan datang.

Pengidap cherophobia akan berusaha menjauh dari segala hal yang dapat memicu kebahagiaan atau emosi positif, karena mereka percaya bahwa setelah momen kebahagiaan berakhir, kesedihan akan segera mengikuti. Cherophobia adalah jenis gangguan kecemasan yang diakui oleh beberapa ahli kesehatan mental, termasuk Dr. Rahul Chandhok seperti yang dilaporkan oleh Health Shots.

Menurut PijarPsikologi, situasi ketika seseorang mengalami cherophobia artinya dapat bervariasi. Mereka ada yang enggan untuk berpartisipasi dalam aktivitas sosial yang dapat membawa kebahagiaan, seperti pesta atau konser. Individu dengan cherophobia ada yang merasa bahwa menunjukkan kebahagiaan tidaklah tepat, baik untuk diri mereka sendiri maupun bagi orang-orang di sekitar mereka.

Hal ini dapat menjadi mekanisme pertahanan otak untuk melindungi diri dari potensi pengulangan trauma atau pengalaman negatif di masa lalu.

Meskipun cherophobia belum secara resmi terdaftar dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5), beberapa ahli menganggapnya sebagai bentuk gangguan kecemasan. Psikiater biasanya menggunakan kriteria dalam DSM-5 untuk mendiagnosis gangguan kesehatan mental.

Namun, seperti dilaporkan oleh Healthline, bahwa cherophobia artinya tidak secara eksplisit disebutkan dalam manual tersebut. Meskipun begitu, pengakuan terhadap cherophobia sebagai sebuah gangguan kesehatan mental masih dibahas secara luas di kalangan profesional.

Penting untuk dicatat bahwa cherophobia tidak selalu termanifestasi sebagai kesedihan yang konstan. Individu yang mengalami cherophobia artinya tidak selalu terlihat sedih, namun mereka cenderung menghindari situasi yang dapat membawa kebahagiaan. Hal ini menunjukkan kompleksitas dari kondisi ini dan pentingnya pemahaman yang lebih dalam tentang cara manifestasinya dalam kehidupan sehari-hari.

Ciri Cherophobia

Ilustrasi stres
Wanita ini menutup wajahnya karena frustasi. (Sumber foto: unsplash.com/Francisco Moreno)

Ciri-ciri seorang pengidap cherophobia meliputi:

1. Menghindari kegiatan yang dapat menyenangkan

Individu yang mengalami cherophobia cenderung menghindari situasi atau kegiatan yang berpotensi membawa kebahagiaan. Mereka mungkin menolak untuk ikut serta dalam acara sosial, seperti pesta atau konser, karena takut bahwa kebahagiaan yang mereka rasakan akan diikuti oleh kesedihan.

Contoh kasus: Seorang wanita bernama Maya, yang mengalami trauma berat akibat kehilangan orangtua dalam kecelakaan mobil, menghindari undangan ke pesta ulang tahun temannya. Meskipun teman-temannya yakin bahwa acara tersebut akan membuat Maya senang, dia merasa tidak nyaman dan takut bahwa momen kebahagiaan di pesta tersebut akan diikuti oleh perasaan sedih yang mendalam.

2. Ketidakmampuan untuk menikmati momen bahagia

Pengidap cherophobia mungkin tidak mampu sepenuhnya menikmati momen bahagia atau merasa bersalah ketika mereka merasa bahagia. Mereka cenderung terjebak dalam siklus pikiran negatif yang membuat mereka sulit untuk merasakan kegembiraan secara autentik.

Contoh kasus: Dalam perjalanan liburan ke pantai bersama keluarga, seorang pria bernama Reza merasa tidak nyaman dan gelisah meskipun lingkungan di sekitarnya penuh dengan keindahan alam dan suasana santai. Reza tidak dapat sepenuhnya menikmati momen-momen tersebut karena terus-menerus terganggu oleh pikiran tentang kemungkinan terjadinya sesuatu yang buruk setelahnya.

3. Mengalami kecemasan yang berlebihan terhadap kebahagiaan

Pengidap cherophobia sering kali mengalami kecemasan yang berlebihan terkait dengan perasaan bahagia. Mereka mungkin merasa bahwa mengekspresikan kebahagiaan akan membawa konsekuensi negatif, seperti hukuman atau kesedihan yang akan datang.

Contoh kasus: Ketika teman-temannya mengajak Rina untuk pergi ke konser musik favoritnya, dia merasa sangat cemas dan tidak nyaman dengan ide tersebut. Meskipun dia sebenarnya sangat menyukai grup musik tersebut, Rina merasa bahwa merasa bahagia di konser tersebut akan membuatnya rentan terhadap pengalaman emosional yang menyakitkan di masa depan.

 

Cara Mengatasi Cherophobia

Melansir dari Psychology Today, mengutip pernyataan psikiatri Carrie Barron begini cara mengatasi cherophobia:

1. Terapi Perilaku Kognitif

Terapi ini melibatkan pengidentifikasian pola pikir negatif atau irasional yang mendasari cherophobia. Dalam terapi ini, individu bekerja sama dengan seorang terapis untuk mengenali dan mengubah pola pikir yang tidak sehat atau tidak realistis.

Misalnya, individu dapat mempelajari untuk mengidentifikasi pikiran negatif tentang kebahagiaan dan menggantinya dengan pemikiran yang lebih realistis dan positif. Praktik ini akan membantu individu untuk memahami bahwa kebahagiaan tidak selalu diikuti oleh kesedihan dan bahwa pengalaman positif adalah bagian alami dari kehidupan.

Praktik dalam kehidupan sehari-hari: Setiap kali individu merasa cemas atau menghindari situasi yang berpotensi membawa kebahagiaan, mereka dapat mencatat pikiran-pikiran negatif yang muncul dalam pikiran mereka. Kemudian, mereka bisa mencoba untuk menantang pemikiran-pemikiran tersebut dengan pertanyaan seperti, "Apakah pemikiran ini realistis?" atau "Apakah ada bukti yang menunjukkan bahwa kebahagiaan akan diikuti oleh kesedihan?" Dengan demikian, mereka dapat mulai mengubah pola pikir mereka secara bertahap.

2. Terapi Pemajanan

Terapi pemajanan atau eksposur mengharuskan individu untuk menghadapi ketakutan mereka secara langsung. Dalam konteks cherophobia, ini berarti menghadapi situasi atau kegiatan yang biasanya dihindari karena potensi untuk membawa kebahagiaan. Dengan terus melakukan eksposur terkontrol terhadap situasi-situasi ini, individu dapat memperoleh pengalaman positif yang membuktikan bahwa kebahagiaan tidak selalu diikuti oleh kesedihan.

Praktik dalam kehidupan sehari-hari: Individu dapat membuat daftar situasi atau kegiatan yang biasanya mereka hindari karena alasan cherophobia. Setelah itu, mereka dapat mulai secara bertahap mengekspos diri mereka pada situasi-situasi tersebut, mulai dari yang paling sedikit menakutkan hingga yang paling menakutkan.

Misalnya, jika seseorang merasa cemas dalam situasi sosial yang ramai, mereka bisa mulai dengan menghadiri acara kecil dengan beberapa teman terdekat terlebih dahulu sebelum memperluas eksposur mereka ke acara yang lebih besar.

3. Intervensi Berbasis Perhatian

Intervensi ini melibatkan pelatihan untuk meningkatkan kesadaran diri dan perhatian terhadap momen ini. Dengan fokus pada keadaan saat ini, individu dapat mengurangi kecemasan yang terkait dengan pikiran tentang masa depan atau potensi kesedihan setelah kebahagiaan. Ini membantu individu untuk lebih menikmati momen-momen bahagia tanpa terganggu oleh kekhawatiran.

Praktik dalam kehidupan sehari-hari: Individu dapat mencoba latihan meditasi atau mindfulness untuk meningkatkan kesadaran diri mereka. Mereka dapat menghabiskan beberapa menit setiap hari untuk duduk diam dan fokus pada pernapasan mereka atau sensasi tubuh mereka. Ketika mereka merasa pikiran mereka melayang ke pikiran negatif tentang kebahagiaan, mereka dapat kembali ke pernapasan mereka untuk membantu mereka kembali ke momen ini.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya