Liputan6.com, Jakarta Antraks adalah penyakit infeksi serius yang disebabkan oleh bakteri Bacillus anthracis. Penyakit ini tergolong zoonosis, yaitu penyakit yang dapat menular dari hewan ternak ke manusia. Hewan-hewan seperti sapi, kambing, domba, dan kuda yang merumput di tanah yang terkontaminasi bakteri ini dapat terinfeksi. Penularan kepada manusia dapat terjadi apabila seseorang menyentuh atau mengonsumsi daging dari hewan yang telah terinfeksi antraks.
Baca Juga
Advertisement
Meskipun antraks adalah penyakit yang sangat serius dan dapat menyebabkan kematian, kasus infeksi ini tergolong jarang terjadi. Hingga saat ini, belum ada bukti yang menunjukkan bahwa bakteri penyebab antraks dapat menular dari manusia ke manusia lainnya. Risiko penularan langsung antar manusia sangat rendah.
Mengingat dampak serius yang dapat ditimbulkan oleh penyakit ini, pencegahan penularan dari hewan ke manusia menjadi sangat penting, terutama bagi mereka yang berinteraksi langsung dengan hewan ternak atau produk hewan. Berikut ulasan lebih lanjut tentang antraks adalah Penyakit infeksi bakteri dari hewan ternak yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Senin (1/7/2024).
Jenis-jenis Antraks Berdasarkan Cara Penularannya
Antraks adalah penyakit yang berasal dari bakteri Bacillus anthracis, dapat menular dengan tiga cara, berikut diantaranya.Â
1. Antraks Kulit
Antraks kulit adalah jenis antraks yang paling umum dan biasanya terjadi pada orang yang memiliki luka terbuka di kulit. Penularan terjadi ketika seseorang menyentuh kulit, bulu, tulang, atau daging hewan yang terinfeksi.Â
Ada kemungkinan bahwa seseorang juga dapat terinfeksi antraks kulit melalui kontak dengan luka di kulit penderita antraks. Meskipun antraks kulit paling sering terjadi, jenis ini tidak berbahaya dibandingkan dengan jenis lainnya. Gejala antraks kulit biasanya muncul 1-7 hari setelah paparan.
2. Antraks Pencernaan
Antraks pencernaan terjadi ketika seseorang memakan daging hewan yang sudah terinfeksi atau mati akibat antraks, terutama jika daging tersebut dimasak kurang matang. Gejala antraks pencernaan umumnya muncul 1-7 hari setelah paparan bakteri. Infeksi ini bisa menyebabkan gejala serius pada saluran pencernaan dan memerlukan perhatian medis segera.
3. Antraks Pernapasan
Antraks pernapasan merupakan jenis antraks yang paling berbahaya. Penularan terjadi ketika seseorang menghirup serbuk (spora) dari bakteri antraks, misalnya saat memproses bulu atau kulit dari hewan ternak yang terinfeksi. Infeksi akibat antraks pernapasan biasanya baru berkembang setelah 7 hari hingga 2 bulan setelah paparan terhadap spora. Gejala antraks pernapasan sangat serius dan membutuhkan penanganan medis segera untuk mencegah komplikasi fatal.
Advertisement
Gejala Antraks Berdasarkan Cara Penularannya
Antraks memiliki gejala yang berbeda-beda tergantung pada cara infeksi bakteri ke dalam tubuh manusia. Berikut adalah gejala-gejala antraks berdasarkan cara penularannya.
1. Antraks KulitÂ
Antraks kulit adalah jenis antraks yang paling umum. Gejala awal meliputi munculnya banyak benjolan pada permukaan kulit yang disertai dengan rasa gatal. Benjolan-benjolan ini paling sering terlihat pada area leher, lengan, dan wajah. Dalam beberapa hari, benjolan dapat berubah menjadi borok dengan warna kehitaman yang tidak disertai rasa nyeri.
2. Antraks Pencernaan
Antraks pencernaan, atau antraks gastrointestinal, terjadi ketika bakteri antraks masuk melalui saluran pencernaan. Gejala awalnya meliputi mual, muntah, sulit menelan, tenggorokan terasa sakit, penurunan nafsu makan, sakit perut, demam, sakit kepala, dan munculnya benjolan pada bagian leher. Jika kondisi memburuk, penderita dapat mengalami diare parah bahkan buang air besar berdarah.
3. Antraks Pernapasan
Antraks pernapasan merupakan jenis antraks yang paling berbahaya. Gejala awalnya mirip dengan flu biasa, seperti demam, nyeri saat menelan, nyeri otot, dan kelelahan. Gejala lanjutannya dapat mencakup sesak napas, dan jika tidak segera ditangani, dapat menyebabkan syok. Antraks pernapasan juga dapat menyebabkan peradangan pada selaput otak dan sumsum tulang belakang, yang dikenal sebagai meningitis.
Memahami gejala-gejala antraks berdasarkan cara penularannya sangat penting untuk diagnosis dini dan penanganan yang tepat. Meskipun gejala awal antraks bisa mirip dengan penyakit umum lainnya, keparahan dan karakteristik uniknya, seperti benjolan kehitaman pada kulit atau diare berdarah pada antraks pencernaan, memerlukan perhatian medis segera. Pencegahan dan kewaspadaan adalah kunci untuk mengurangi risiko infeksi dan dampak serius dari penyakit ini.
Cara Pengobatan Antraks
Antraks adalah penyakit yang jarang terjadi, namun sangat serius dan memerlukan penanganan cepat. Seorang yang mengalami gejala antraks, terutama setelah kontak dengan hewan ternak atau mengonsumsi daging hewan yang kurang matang, sangat dianjurkan untuk segera memeriksakan diri ke dokter. Berikut adalah langkah-langkah diagnosis dan pengobatan antraks.
Untuk mendiagnosis antraks, dokter akan melakukan beberapa langkah berikut.
1. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik
Dokter akan menanyakan gejala yang dialami pasien dan riwayat kontak dengan hewan ternak. Pemeriksaan fisik juga akan dilakukan untuk mengevaluasi tanda-tanda klinis antraks.
2. Tes Kulit
Jika dicurigai mengalami antraks kulit, dokter akan mengambil sampel cairan atau kulit dari luka yang terinfeksi untuk diperiksa di laboratorium.
3. Tes Darah
Tes darah dilakukan untuk mendeteksi keberadaan bakteri Bacillus anthracis dalam darah.
4. Rontgen Dada
Rontgen dada digunakan untuk mendeteksi kelainan pada paru-paru yang disebabkan oleh antraks pernapasan.
5. Pemeriksaan Feses
Jika pasien dicurigai mengalami antraks pencernaan, dokter akan memeriksa sampel feses untuk mendeteksi bakteri antraks.
6. Pungsi Lumbal
Pungsi lumbal dilakukan dengan mengambil cairan dari saraf tulang belakang untuk memeriksa adanya bakteri antraks, terutama jika ada kecurigaan meningitis akibat antraks.
sPengobatan antraks umumnya dilakukan dengan antibiotik. Semakin cepat penanganan dilakukan, semakin besar peluang kesembuhan. Jenis antibiotik yang digunakan untuk mengobati antraks, seperti Penisilin, Doxycycline, dan Ciprofloxacin.
Tingkat keberhasilan pengobatan antraks sangat tergantung pada beberapa faktor, seperti usia pasien, kondisi kesehatan pasien secara umum, dan luas tubuh yang terinfeksi. Dengan diagnosis dan pengobatan yang tepat, antraks dapat disembuhkan. Namun, penanganan cepat sangat penting untuk mencegah komplikasi serius dan meningkatkan peluang kesembuhan.Â
Advertisement
Komplikasi Antraks
Jika antraks tidak ditangani dengan cepat dan tepat, dapat terjadi komplikasi serius yang berpotensi fatal. Antraks dapat menyebabkan peradangan pada selaput otak dan tulang belakang, yang dikenal sebagai meningitis. Kondisi ini sangat serius dan dapat mengakibatkan perdarahan hebat di otak, yang dapat berujung pada kematian jika tidak segera diobati.
Pencegahan AntraksUntuk mencegah infeksi antraks, penting untuk menghindari faktor-faktor risiko dan mengambil langkah-langkah pencegahan yang tepat. Berikut adalah beberapa upaya yang bisa dilakukan.
1. Tidak Mengonsumsi Daging Hewan Ternak yang Sudah Mati
Menghindari konsumsi daging hewan yang telah mati tanpa diketahui penyebabnya adalah langkah penting dalam mencegah antraks. Hewan yang mati mungkin telah terinfeksi antraks, dan konsumsi dagingnya dapat menyebabkan penularan penyakit.
2. Memastikan Daging Telah Dimasak Hingga Matang
Memastikan bahwa daging telah dimasak hingga matang dapat membunuh bakteri antraks yang mungkin ada dalam daging. Memasak daging dengan suhu yang cukup tinggi adalah langkah penting untuk mencegah infeksi.
3. Vaksinasi Hewan Ternak
Memberikan vaksin antraks kepada seluruh hewan ternak yang sehat adalah cara efektif untuk mencegah wabah antraks di peternakan. Vaksinasi dapat membantu melindungi hewan dari infeksi dan mencegah penyebaran bakteri ke manusia.
4. Menggunakan Alat Pelindung Diri
Saat kontak dengan hewan yang terinfeksi antraks atau produk hewan yang mungkin terkontaminasi, penting untuk menggunakan alat pelindung diri yang memadai. Ini termasuk sarung tangan, masker, dan pakaian pelindung untuk mengurangi risiko infeksi.
Â