Liputan6.com, Jakarta - Belum lama ini, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI melaporkan adanya temuan dua suspek kasus antraks di Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang meninggal dunia. Kasus meninggal tersebut diketahui setelah keduanya mengonsumsi daging dari ternak sapi yang mati.
Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes Maxi Rein Rondonuwu mengkonfirmasi adanya kasus kematian yang diduga tertular antraks.
Baca Juga
"Keduanya berdomisili di Kecamatan Semanu, Gunungkidul," ujar Maxi dalam keterangan yang diterima Health Liputan6.com pada Selasa, 4 Juli 2023.
Advertisement
Laporan tersebut menurut Maxi, diterima Kemenkes dengan kejadian temuan kasus tertanggal 23 Juni 2023.
Sementara itu, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes RI Siti Nadia Tarmizi menambahkan, hasil tes serologi menunjukkan ada 93 orang positif antraks di Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
"Sejauh ini baru kasus di Gunungkidul yang terjadi pada tahun ini dengan total 93 positif serologi dan kami masih melakukan penyelidikan epidemiologi," kata Nadia.
Nadia juga mengungkapkan bahwa sebagian orang yang terkena antraks kini sudah sembuh. Namun, masih ada juga yang dirawat. Sayangnya, dari kasus antraks ini ada tiga orang yang meninggal.
Kemudian, menyikapi kemunculan antraks di Gunungkidul tersebut, Nadia mengingatkan masyarakat sebaiknya mengolah daging ternak seperti sapi itu tidak boleh setengah matang.
Artinya, kata Nadia, mengelola daging harus matang demi mencegah terjadinya penularan virus dan bakteri yang terdapat pada daging ternak.
"Mengelola daging sapi harus matang juga penting seperti halnya pada daging kurban saat Idul Adha," ucap Nadia.
Sebab, bisa saja sapinya sakit mendadak saat disembelih meski sudah menjalani pemeriksaan kesehatan hewan.
Berikut sederet pernyataan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI terkait adanya temuan kasus antraks di Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dihimpun Liputan6.com:
Â
1. Terima Laporan Kasus Suspek Kasus Antraks di Gunungkidul Meninggal Usai Makan Ternak Sapi Mati
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI melaporkan adanya temuan dua suspek kasus antraks di Gunungkidul, DI Yogyakarta yang meninggal dunia. Kasus meninggal tersebut diketahui setelah keduanya mengonsumsi daging dari ternak sapi yang mati.
Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes Maxi Rein Rondonuwu mengkonfirmasi adanya kasus kematian yang diduga tertular antraks. Keduanya berdomisili di Kecamatan Semanu, Gunungkidul.
Laporan ini diterima Kemenkes dengan kejadian temuan kasus tertanggal 23 Juni 2023.
"Ini kasus pertama di tahun ini dan masih suspek karena masih pemeriksaan lab," kata Maxi dalam keterangan yang diterima Health Liputan6.com pada Selasa, 4 Juli 2023.
Kasus suspek pertama yang meninggal merupakan seorang lansia berusia 73 tahun. Ia mengeluhkan gejala mengalami demam, pusing, dan batuk pada 29 Mei 2023 dan sempat dirawat di rumah sakit setempat pada 1 Juni 2023.
Lansia tersebut dirujuk ke rumah sakit karena mengalami kaku leher bagian belakang. Kemudian tanggal 4 Juni 2023 meninggal dunia.
Dugaan penularan antraks sejauh ini mengarah pada sapi di warga sekitar yang mati. Sapi yang mati tersebut akhirnya disembelih bersama-sama dan dagingnya dibagikan ke warga sekitar.
Kasus suspek kedua antraks di Gunungkidul merupakan lansia berusia 78 tahun. Pada awalnya, ia mengeluhkan mual dan badan membengkak.
Sebagaimana laporan yang diterima Kemenkes, lansia ini juga mengonsumsi daging sapi yang sama seperti pada kasus suspek berusia 73 tahun. Sayangnya, pada tanggal 29 Mei 2023 saat dirawat di rumah sakit setempat. Namun, nyawanya tak tertolong. Ia mengembuskan napas terakhir pada 29 Mei 2023.
Â
Advertisement
2. Temukan 93 Orang Positif Antraks di Gunung Kidul Yogyakarta
Kemenkes RI menyebutkan bahwa hasil tes serologi menunjukkan ada 93 orang positif antraks di Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
"Sejauh ini baru kasus di Gunungkidul yang terjadi pada tahun ini dengan total 93 positif serologi dan kami masih melakukan penyelidikan epidemiologi," kata Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes RI Siti Nadia Tarmizi.
Nadia juga mengungkapkan bahwa sebagian orang yang terkena antraks kini sudah sembuh. Namun, masih ada juga yang dirawat.
Sayangnya, dari kasus antraks ini ada tiga orang yang meninggal. Hasil pemeriksaan terhadap seluruh kasus meninggal melalui genom sekuensing menunjukkan hasil positif antraks.
"Dalam pemeriksaan, menunjukkan hasil positif antraks di dalam tubuhnya," kata Nadia seperti mengutip Antara.
Â
3. Lakukan Penyelidikan Epidemiologi
Kemenkes hingga saat ini masih melakukan penyelidikan epidemiologi kasus antraks di dua yang ada di Gunung Kidul yakni Kecamatan yakni Semanu dan Karangmojo untuk mengukur sebaran hingga penyebab pasti penularan virus.
Dugaan sementara kejadian itu disebabkan konsumsi daging sapi yang berlangsung saat perayaan Idul Adha 1444H/2023, sebab Kabupaten Gunung Kidul termasuk dalam daerah endemi antraks.
"Sapi bisa tertular saat memakan rumput yang mengandung virus antraks. Ada juga kemungkinan virus antraks yang selama ini mengendap di bawah tanah terangkat karena aktivitas penggarap, sebab antraks bisa bertahan hidup lama di permukaan tanah," kata Nadia.
Nadia mengatakan agar selektif memilah kualitas daging sapi, khususnya yang berasal dari peternakan di kawasan endemi antraks.
Kepada masyarakat yang beternak, Nadia berpesan agar menggunakan alat pelindung diri seperti sepatu bot, sarung tangan, hingga pakaian yang menutup seluruh bagian tubuh ketika beternak.
Â
Advertisement
4. Bertambah Jadi Tiga Orang Meninggal Dunia
Kemenkes RI mencatat kasus antraks di Gunungkidul, DI Yogyakarta bertambah menjadi tiga orang meninggal dunia. Sebelumnya, dilaporkan dua suspek kasus antraksi di Kecamatan Semanu, Gunungkidul meninggal usai makan daging dari ternak sapi yang mati.
Siti Nadia Tarmizi mengungkapkan, tiga orang yang meninggal karena antraks sama-sama berdomisili di Kecamatan Semanu. Sementara kasus lain terdapat di Karangmojo, namun tidak ada kasus yang meninggal di sana.
Laporan tiga kasus meninggal ini tidak disebutkan lebih rinci oleh Nadia, apakah ketiganya positif antraks atau tidak. Sebab, pada dua kasus sebelumnya masih tercatat sebagai suspek.
"Jadi kasus antraks yang baru muncul ini ada di Gunungkidul yang tersebar di dua kecamatan. Kecamatan Semanu dan kecamatan Karangmojo ya," ungkap Nadia di Media Center MPR/DPR/DPD RI, Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta pada Selasa, 4 Juli 2023.
"Yang meninggal itu tiga orang di Kecamatan Semanu, yang Karangmojo tidak ada yang meninggal. Tapi ada yang dalam pemeriksaannya itu positif antraks di dalam tubuhnya," sambung dia.
Lebih lanjut, Nadia mengatakan, laporan tiga kasus antraks di Gunungkidul merupakan kasus pertama di tahun 2023.
"Baru tiga orang yang meninggal. Ini baru kasus pertama antraks yang terjadi di tahun 2023 ya," kata Nadia.
Â
5. Wanti-Wanti Masyarakat
Apabila terdapat kejadian hewan ternak seperti sapi mati mendadak di daerah endemis antraks seperti di gunung-gunung, Kemenkes RI meminta masyarakat untuk selalu waspada. Hal ini menyusul temuan tiga orang meninggal karena kasus antraks di Kecamatan Semanu, Gunungkidul, DI Yogyakarta baru-baru ini.
Siti Nadia Tarmizi menyampaikan, harus ada kecurigaan bahwa sapi yang mati mendadak bisa jadi terinfeksi antraks.
Kemungkinan ini mesti dibangun karena bakteri Bacillus anthracis (B. anthracis) penyebab antraks bersifat zoonosis, yakni dapat ditularkan dari hewan ternak ke manusia.
"Kita tahu bahwa bakteri antraks menyebabkan sakit pada sapi. Sapi yang mati mendadak atau sapi yang sakit mendadak tiba-tiba, apalagi kalau di daerah gunung-gunung, termasuk daerah yang endemis antraks, kita harus curiga seperti itu (ada kasus antraksnya)," ujar Nadia.
Adanya kecurigaan sapi mati mendadak di daerah endemis, masyarakat sebaiknya tidak membeli sapi yang harganya lebih murah.
"Yang selalu kami sampaikan kepada masyarakat, jangan membeli sapi yang biasanya harganya lebih murah. Karena harga sapi yang lebih murah bisa saja sakit atau bergejala antraks," terang dia.
"Saat Idul Adha kemarin saja, kan kita selalu mengatakan bahwa sapi yang mau digunakan untuk kurban harus sehat. Jadi memang dinas peternakan harus memeriksa semua sapi kurban," sambung Nadia.
Â
Advertisement
6. Ingatkan Terkait Bakteri Antraks
Siti Nadia Tarmizi menekankan, bakteri Bacillus anthracis (B. anthracis) penyebab antraks dapat terbawa pada sapi tatkala si sapi sedang merumput atau dari sapi mati positif antraks yang dikubur di dalam tanah.
"Ini kan antraks menular dari daging sapi yang tertular bakteri antraks. Nah, biasanya bakteri antraks itu bisa menular ke sapi saat sapi itu makan rumput pada daerah-daerah yang tanahnya ada bakteri antraksnya," terang dia.
"Bisa jadi juga apakah (penyakit antraks) itu dari sapi yang kena bakteri antraks terus dikubur di situ atau kemudian karena dia mengolah tanah ya. Jadi tanah yang lapisan bawahnya naik sehingga bakteri antraksnya ada," sambung Nadia.
Masyarakat juga perlu memahami bahwa bakteri antraks tidak mudah mati. Dia akan terus ada di dalam tanah.
"Karena bakteri antraks itu sangat kuat di dalam tanah, maka dia tidak gampang mati. Bakteri ini akan tetap ada di dalam tanah," papar dia.
Â
7. Tegaskan Olah Daging Tak Boleh Setengah Matang
Nadia mengingatkan, masyarakat sebaiknya mengolah daging ternak seperti sapi itu tidak boleh setengah matang. Artinya, mengelola daging harus matang demi mencegah terjadinya penularan virus dan bakteri yang terdapat pada daging ternak.
Menurut Siti Nadia Tarmizi, mengelola daging sapi harus matang juga penting seperti halnya pada daging kurban saat Idul Adha. Sebab, bisa saja sapinya sakit mendadak saat disembelih meski sudah menjalani pemeriksaan kesehatan hewan.
"Kita kadang-kadang tidak tahu juga, walaupun sudah diperiksa sapinya sehat, tiba-tiba bisa sakit atau bagaimana. Jadi, mengelola dagingnya harus masak (matang), benar-benar masak. Tidak boleh setengah matang," kata Nadia.
Menilik pada hewan kurban, pemeriksaan sebelum penyembelihan mesti dilakukan oleh dinas peternakan setempat. Upaya ini demi memastikan hewan kurban sehat, termasuk bebas dari gejala antraks.
"Kita tahu konsumsi terbesar ini kan terjadi pada saat biasanya momen berkurban (Idul Adha). Makanya, kita selalu mengatakan, semua hewan kurban harus dilakukan pemeriksaan, pengecekan ke dinas peternakan," ucap Nadia.
"Jadi, kita pastikan bahwa hewan yang dikurbankan itu adalah hewan kurban yang sehat," sambung dia.
Menilik pada hewan kurban, pemeriksaan sebelum penyembelihan mesti dilakukan oleh dinas peternakan setempat. Upaya ini demi memastikan hewan kurban sehat, termasuk bebas dari gejala antraks.
"Kita tahu konsumsi terbesar ini kan terjadi pada saat biasanya momen berkurban (Idul Adha). Makanya, kita selalu mengatakan, semua hewan kurban harus dilakukan pemeriksaan, pengecekan ke dinas peternakan," lanjut Nadia.
"Jadi, kita pastikan bahwa hewan yang dikurbankan itu adalah hewan kurban yang sehat," sambungnya.
Selain itu, untuk memotong daging hewan kurban yang disembelih juga harus menggunakan Alat Pelindung Diri (APD), salah satunya sarung tangan.
"Penting juga mengolah makanan, maksudnya mengolah daging. Itu harus sesuai menggunakan APD. Seringkali kita tidak pakai sarung tangan," pungkas Nadia.
Â
Advertisement
8. Langganan Antraks, Kemenkes: Yang Positif, Kita Lacak Kontak Eratnya
Daerah Gunungkidul, DI Yogyakarta termasuk salah satu daerah yang seringkali kejadian temuan kasus antraks yang ditularkan dari hewan ternak seperti sapi kepada manusia.
Kasus antraks di Gunungkidul baru-baru ini ditemukan pada 2023, sebelumnya terjadi juga di tahun 2022 dan 2019.
Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI Maxi Rein Rondonuwu menerangkan, adanya temuan kasus antraks di Gunungkidul terus dilakukan surveilans dan pelacakan kontak erat.
Sampel atau spesimen dari masyarakat setempat juga masih diperiksa di laboratorium. Kemenkes juga bekerja sama dengan Kementerian Pertanian (Kementan) untuk menangani kasus antraks.
"Ya, kami melakukan yang paling penting penguatan surveilans. Penguatan surveilans itu yang positif, kita lacak kontaknya," terang Maxi di Gedung DPR RI, Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta pada Rabu, 5 Juli 2023.
"Kemudian diobati dikirim ke rumah sakit. Dan tentu koordinasi dengan Kementan untuk (penanganan) hewannya," sambung dia.
Seperti diketahui, Kemenkes melaporkan tiga kasus meninggal karena antraks di Gunungkidul dan 93 lainnya positif. Ketiga kasus meninggal ini sama-sama berdomisili di Kecamatan Semanu.
Sementara data Pemerintah Kabupaten Gunungkidul menunjukkan perbedaan. Dinas kesehatan setempat memastikan jumlah warga yang meninggal karena paparan penyakit antraks hanya satu orang saja, bukan tiga orang sebagaimana laporan Kemenkes.
Pasien positif antraks merupakan warga Jati, Candirejo, Semanu, Gunungkidul meninggal pada 4 Juni 2023.
Maxi Rein Rondonuwu menambahkan, tiga kasus meninggal karena antraks di Gunungkidul terlihat bergejala antraks. Namun, tetap menunggu hasil pemeriksaan laboratorium.
"Ya ada tiga orang hari ini yang sudah kami terima, ketiganya itu yang meninggal. Kalau dari gejala dia meninggal ya memang kelihatan positif untuk antraks, tapi untuk hasil labnya itu kan menuunggu," ucap dia.
Adanya kejadian antraks ini pun, Kemenkes sudah berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan setempat dan Kementan.
"Kami koordinasi sudah dengan dinas kesehatan termasuk di lintas sektor ya, terutama Kementan untuk melakukan tindak lanjut penanganan antraks ini," jelas Maxi.
Â
(Miranda Pratiwi)