Liputan6.com, Jakarta Bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve (The Fed), menegaskan bahwa besar kemungkinan suku bunga akan dipangkas pada 2024, meskipun belum dapat dipastikan kapan tepatnya hal tersebut akan terjadi. Saat ini, suku bunga The Fed berada pada kisaran 5,25-5,5%, yang telah dipertahankan sebanyak tiga kali sejak September 2023. Para pejabat The Fed juga mencatat bahwa inflasi di AS, yang diukur melalui Consumer Price Index (CPI), terus menunjukkan tren penurunan dari waktu ke waktu, terutama setelah mencapai puncaknya pada pertengahan 2022 dengan tingkat 9,1% year on year (yoy).
Lebih lanjut, penurunan inflasi ini mencerminkan adanya kemajuan dalam menyeimbangkan pasar tenaga kerja, meskipun proses tersebut masih berlangsung. The Fed mencatat bahwa pengelolaan suku bunga merupakan alat penting untuk mengendalikan inflasi dan menjaga stabilitas ekonomi. Oleh karena itu, meskipun keputusan untuk memangkas suku bunga pada tahun 2024 belum memiliki tanggal pasti, langkah ini dipertimbangkan sebagai bagian dari strategi jangka panjang untuk memastikan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Baca Juga
Di tengah upaya ini, The Fed terus memantau berbagai indikator ekonomi untuk menentukan langkah kebijakan yang paling tepat. Inflasi yang melandai dan kondisi pasar tenaga kerja yang semakin stabil memberikan sinyal positif, namun tantangan global dan domestik tetap menjadi faktor yang dipertimbangkan secara hati-hati.
Advertisement
Agar lebih paham, berikut Liputan6.com ulas mengenai suku bunga The Fed dipangkas dan pergerakan Rupiah hari ini yang telah dirangkum dari berbagai sumber, Rabu (17/7/2024).
Bos The Fed Buka-bukaan soal Rencana Pemangkasan Suku Bunga
Dikutip dari CNBC International, Rabu (17/7/2024) Jerome Powell mengatakan bahwa bank sentral Amerika Serikat tidak akan menunggu sampai inflasi mencapai 2% untuk menurunkan suku bunga. Ia merujuk pada gagasan bahwa kebijakan bank sentral bekerja dengan kelambatan yang panjang dan bervariasi.
"Implikasinya adalah jika Anda menunggu sampai inflasi turun hingga 2%, Anda mungkin menunggu terlalu lama, karena pengetatan yang Anda lakukan, atau tingkat pengetatan yang Anda miliki, masih belum berjalan. dampaknya yang mungkin akan mendorong inflasi di bawah 2%," kata Powell dalam kegiatan Economic Club of Washington D.C.
Di sisi lain, dalam dokumen dot plot yang diajukan, hampir semua peserta mengindikasikan bahwa, mencerminkan perbaikan dalam perkiraan inflasi para pejabat The Fed, proyeksi dasar mereka menyiratkan bahwa kisaran target yang lebih rendah untuk suku bunga The Fed akan sesuai pada akhir tahun 2024.
Namun, risalah tersebut juga mencatat adanya "tingkat ketidakpastian yang luar biasa tinggi" mengenai jalur kebijakan moneter di masa mendatang. Beberapa anggota menyatakan bahwa mungkin perlu untuk mempertahankan suku bunga pada tingkat yang tinggi jika inflasi tidak menunjukkan tanda-tanda penurunan yang signifikan, sementara anggota lainnya mencatat potensi kenaikan suku bunga tambahan tergantung pada bagaimana kondisi ekonomi dan inflasi berkembang dalam waktu dekat.
Para peserta secara umum menekankan pentingnya mempertahankan pendekatan yang hati-hati dan bergantung pada data dalam setiap pengambilan keputusan kebijakan moneter. Mereka menegaskan kembali bahwa kebijakan akan tetap berada dalam posisi yang membatasi sampai ada bukti yang jelas bahwa inflasi bergerak turun secara berkelanjutan menuju tujuan yang ditetapkan oleh Komite. Oleh karena itu, kebijakan moneter akan terus disesuaikan berdasarkan data ekonomi terbaru untuk memastikan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Dalam situasi yang penuh ketidakpastian ini, para anggota The Fed sepakat untuk terus memantau indikator ekonomi dengan cermat dan siap untuk menyesuaikan kebijakan sesuai kebutuhan. Hal ini mencerminkan komitmen mereka untuk menjaga stabilitas ekonomi sambil memastikan bahwa inflasi dapat ditekan menuju tingkat yang lebih terkendali. Keseluruhan pendekatan ini menunjukkan betapa pentingnya fleksibilitas dan adaptabilitas dalam kebijakan moneter di tengah dinamika ekonomi yang terus berubah. Dengan demikian, The Fed berupaya untuk menavigasi tantangan ekonomi dengan pendekatan yang didasarkan pada data dan analisis yang komprehensif.
Kendati ada nada peringatan dari pejabat Fed, pasar memperkirakan bank sentral akan melakukan pemotongan secara agresif pada tahun 2024. Survei pasar yang tercermin dari CME FedWatch Tool menunjukkan bahwa pelaku pasar berekspektasi terjadi pemangkasan suku bunga ratusan basis poin (bps) hingga ke level 3,75-4% atau dengan kata lain terjadi cut rate sebanyak enam kali dengan masing-masing 25 bps.
Advertisement
Gerak Rupiah Hari Ini 17 Juli 2024
Dari kebijakan tersebut, Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) atau disebut BNI, Royke Tumilaar menyadari adanya dampak terhadap pelemahan nilai tukar terhadap dolar AS. Termasuk dampak terhadap rupiah yang sempat tembus Rp 16.450 per dolar AS pada 11 Juli 2024.
Dia mengantongi data pelemahan Rupiah ini terjadi lebih dalam dibandingkan dengan depresiasi mata uang negara berkembang lainnya.
"Year to date hingga akhir Juni, rupiah telah melemah 6,4 persen dan lebih dalam daripada rata-rata negara berkembang lainnya 5,3 persen," bebernya yang dikutip dari laman Bisnis Liputan6.com pada Rabu (17/7/2024).
Jika dilihat dari data terbaru, Rupiah terpantau melemah tipis 9 poin pada perdagangan Selasa sore, 16 Juli 2024 walaupun sebelumnya sempat melemah 45 poin di level Rp 16.179 dari penutupan sebelumnya rupiah di level Rp 16.170. Rupiah terpantau melemah tipis 5 poin pada perdagangan pada Rabu siang, 17 Juli 2024 yakni sebesar Rp 16.125 diligat dari data terakhir pada pukul 13:51 WIB.
USD melemah ketika spekulasi meningkat tentang kemungkinan penurunan suku bunga The Fed bulan September mendatang, menyusul pembacaan inflasi yang lemah dan sinyal yang agak dovish dari bank sentral.