Liputan6.com, Jakarta Generasi muda bangsa saat ini tidak dapat dipandang sebelah mata, karena mereka memiliki berbagai potensi dan bakat di bidang fashion. Terlebih lagi, Indonesia kaya akan wastra dan berbagai jenis kain tradisional yang dapat dijadikan inspirasi untuk menciptakan tren mode yang unik.
Salah satu contoh yang menonjol adalah Adinda Tri Lovely Mulyadi, yang berhasil menjadi finalis dalam ajang Tata Wastra 2024 yang diselenggarakan oleh Fimela.Setelah melewati tahapan seleksi dan penjurian yang ketat serta pertimbangan yang cermat, Adinda Tri Lovely Mulyadi berhasil meraih posisi sebagai pemenang kedua dalam acara ini.
Sebagai seorang perempuan yang lahir pada tahun 2001, dia merupakan bagian dari generasi Z yang memiliki segudang pengalaman dalam mengolah wastra. Minatnya terhadap dunia desain fashion sudah muncul sejak kecil, namun dia mulai menekuninya dengan lebih serius saat melanjutkan pendidikan di universitas, dihimpun Liputan6.com dari berbagai sumber, Kamis (15/8/2024).
Advertisement
Mempelajari Kriya Tekstil di ITB
Adinda menempuh pendidikan di Jurusan Kriya Tekstil di ITB, yang tampaknya membentuknya untuk mengekspresikan kreativitas dengan cara yang signifikan. Selain itu, ia juga mulai berkenalan dengan wastra. Ia menyatakan bahwa sejak bergabung dengan jurusan kriya, ia mulai mengeksplorasi berbagai jenis wastra Indonesia dan beranggapan bahwa kain-kain tersebut dapat dirancang menjadi busana yang menarik dan modern, sejalan dengan tren mode saat ini.
Dalam sebuah pertemuan di kantor Fimela, Adinda menyampaikan, "Desain khas saya berfokus pada pola, karena saya percaya bahwa pola dapat memberikan daya tarik lebih pada kain, terutama dengan memadukan berbagai warna. Saya mendapatkan inspirasi warna dari alam, dan saya sangat menyukai warna-warna yang cerah dan penuh keceriaan."
Advertisement
Meraih Banyak Kemenangan dalam Kompetisi Desain
Gadis yang kini aktif sebagai freelance dalam pembuatan desain batik di Bandung ini ternyata bukanlah pendatang baru dalam dunia kompetisi wastra. Sebelumnya, ia telah meraih banyak penghargaan dalam lomba desain fashion dan ilustrasi fashion. Kegiatan yang awalnya dianggap sekadar hobi ini justru membawanya meraih juara pertama, yang tentunya telah menguatkan mentalnya.
Ketika ditanya mengenai partisipasinya dalam Tata Wastra 2024 serta tantangan merancang kain dari daerah Paser, Adinda menjelaskan, "Sebenarnya saya tidak menyangka bisa mendapatkan batik Paser, karena saat melihat warnanya yang cukup kontras, saya merasa ini adalah tantangan bagi saya untuk menciptakan desain seperti ini."
Kesulitan dalam Mendesain Kain Tradisional Pasar
Karya yang dipajang pada manekin di belakangnya dengan jelas mencerminkan cara Adinda merancang busana menggunakan kain tersebut. Ia menjelaskan, "Inspirasi saya berasal dari batik itu sendiri, yang mengandung makna kewibawaan, kebahagiaan, dan kesejahteraan. Selain itu, desain busana ini merupakan hasil pengembangan dari perpaduan pakaian tradisional Kalimantan dan kebaya, sehingga menciptakan akulturasi dari kedua elemen tersebut."
Pengalaman Adinda dalam Tata Wastra 2024 ini tentunya semakin memperkaya kemampuannya dalam merancang busana berbahan kain nusantara. Di akhir pernyataannya, Adinda juga mengungkapkan harapannya untuk generasi muda saat ini terkait dengan wastra.
"Wastra dan kain tradisional bukanlah sesuatu yang usang, melainkan sangat indah jika di pelajari dan dalami lebih jauh. Saya berharap ke depan mereka dapat lebih mencintai dan menghargai," tutup Adinda.
Pengalaman Adinda Tri Lovely Mulyadi ini jelas menjadi sumber inspirasi dan bukti bahwa generasi muda memiliki kesadaran akan pentingnya melestarikan warisan budaya Indonesia, khususnya dalam konteks wastra.
Advertisement