Liputan6.com, Jakarta Pohon pule (alstonia scholaris), juga dikenal sebagai pulai atau devil tree, merupakan spesies pohon yang memiliki nilai ekologis dan ekonomis tinggi di Asia Tenggara. Pohon ini dapat tumbuh hingga mencapai ketinggian 40 meter dengan diameter batang mencapai 125 cm, menjadikannya salah satu pohon tertinggi di habitatnya. Daunnya yang hijau gelap dan mengkilap, tersusun dalam bentuk spiral pada cabang-cabangnya, memberikan kesan rimbun dan teduh, sehingga sering dijadikan sebagai pohon peneduh di taman-taman kota dan area publik.
Advertisement
Baca Juga
Advertisement
Selain nilai estetikanya, pohon pule juga dikenal memiliki berbagai manfaat dalam pengobatan tradisional di beberapa negara Asia. Kulit batang dan daunnya mengandung alkaloid yang telah digunakan secara turun-temurun untuk mengobati berbagai penyakit seperti malaria, disentri, dan gangguan pencernaan. Namun, penggunaan ekstrak pohon pule untuk tujuan pengobatan harus dilakukan dengan hati-hati dan di bawah pengawasan ahli, karena beberapa kandungan kimianya dapat bersifat toksik jika dikonsumsi dalam dosis yang tidak tepat.
Dari segi ekonomi, kayu pohon pule memiliki nilai komersial yang cukup tinggi karena karakteristiknya yang ringan namun kuat, menjadikannya bahan ideal untuk pembuatan perabotan, alat musik, dan kerajinan tangan.
Berikut ini Liputan6.com ulas mengenai pohon pule dan manfaatnya yang telah dirangkum dari berbagai sumber, Senin (26/8/2024).
Mengenal Pohon Pule
Pohon pulai, yang juga dikenal luas sebagai pohon pule, merupakan spesies tumbuhan berkayu dengan karakteristik batang yang sangat padat dan kokoh. Tanaman ini, yang dalam dunia ilmiah dikenal dengan nama Latin Alstonia Scholaris, termasuk dalam famili Apocynaceae yang memiliki banyak anggota dengan potensi medis.
Persebaran pohon ini cukup luas, mulai dari wilayah timur Tiongkok, melintasi subkontinental India, menjangkau berbagai negara di Asia Tenggara, hingga mencapai pesisir utara benua Australia, menunjukkan kemampuan adaptasinya terhadap berbagai kondisi iklim tropis dan subtropis.
Di lingkungan perkotaan yang padat, pohon pule umumnya tumbuh mencapai ketinggian sekitar 20 meter dengan lebar kanopi sekitar 10 meter, menjadikannya pilihan populer untuk penghijauan kota dan penyedia naungan alami. Namun, ketika berada dalam habitat alaminya di hutan-hutan primer, pohon ini mampu mencapai ketinggian yang jauh lebih impresif, yakni antara 40 hingga 50 meter, menjulang di antara kanopi hutan tropis.
Identifikasi pohon pule dapat dilakukan dengan mengamati struktur batangnya yang bercabang secara khas, kulit kayu berwarna cokelat dengan tekstur yang tidak rata dan cenderung kasar, serta keberadaan getah putih seperti susu yang keluar ketika kulit kayunya tergores, suatu ciri khas yang juga dimiliki oleh beberapa anggota famili Apocynaceae lainnya.
Daun pohon pule memiliki karakteristik yang menarik, dengan bagian atas berwarna hijau tua yang mengilap, sementara permukaan bawahnya menampilkan warna hijau pucat cenderung keabu-abuan, menciptakan kontras yang indah ketika tertiup angin. Bentuk daunnya lonjong elips dengan ujung meruncing, memiliki permukaan atas yang licin dan mengkilap, serta pola pertulangan daun menyirip yang jelas terlihat.
Panjang daun pohon ini bervariasi, umumnya berkisar antara 10 hingga 23 sentimeter, menjadikannya cukup besar untuk ukuran daun pohon tropis. Keunikan lain dari pohon pule terletak pada bunganya yang hadir dalam beragam warna, mulai dari putih bersih, kuning lembut, krem dengan sentuhan hijau, hingga hijau cerah yang menyegarkan.
Bunga-bunga ini memancarkan aroma yang kuat dan harum, menjadikannya daya tarik bagi berbagai jenis serangga penyerbuk. Selain itu, pohon ini menghasilkan biji dalam jumlah besar yang memiliki karakteristik unik - berukuran kecil, berbentuk pipih, dan dilengkapi dengan rambut-rambut halus di ujungnya yang membantu penyebaran biji oleh angin ke area yang luas.
Di berbagai belahan dunia, pohon pule dikenal dengan beragam nama lokal yang mencerminkan karakteristik atau kepercayaan setempat tentang pohon ini. Sebutan "white cheesewood" merujuk pada warna kayunya yang pucat, sementara "blackboard tree" mengacu pada penggunaan tradisional kayunya untuk membuat papan tulis.
Julukan yang lebih kontroversial adalah "pohon iblis" atau "devil's tree", sebuah nama yang berasal dari kepercayaan bahwa berbagai bagian pohon ini dapat membahayakan manusia atau hewan jika tidak digunakan dengan tepat. Meskipun demikian, pandangan ini cenderung terlalu menyederhanakan sifat kompleks dari pohon pule.
Faktanya, di balik reputasi yang kontroversial ini, pohon pule menyimpan potensi manfaat yang luar biasa, terutama dalam bidang kesehatan dan pengobatan tradisional. Berbagai penelitian modern telah mulai mengungkap kandungan bioaktif dalam kulit kayu, daun, dan getah pohon ini yang memiliki sifat anti-inflamasi, anti-malaria, dan bahkan potensi anti-kanker, menunjukkan bahwa "pohon iblis" ini mungkin justru menyimpan kunci untuk berbagai solusi pengobatan di masa depan.
Advertisement
Manfaat Pohon Pule
1. Bahan baku keperluan industri dan kerajinan
Karakteristik kayu pule yang cenderung ringan dan mudah diolah membuatnya menjadi bahan baku ideal untuk berbagai konstruksi ringan dan produk kayu. Fleksibilitas dan ketahanannya yang unik memungkinkan penggunaannya dalam pembuatan beragam peralatan. Mulai dari papan tulis yang tahan lama, bangku sekolah yang ergonomis, pensil berkualitas tinggi, hingga aneka kerajinan kayu tradisional seperti wayang golek yang penuh detail artistik. Ketersediaan dan kemudahan pengolahan kayu pule juga mendorong inovasi dalam industri furnitur dan dekorasi interior, menawarkan alternatif berkelanjutan untuk kayu keras yang lebih langka.
2. Mengobati malaria
Kulit batang pohon pule, yang terkenal dengan rasa pahitnya yang khas, mengandung alkaloid yang telah terbukti memiliki sifat anti-malaria. Kandungan ini, terutama alkaloid seperti echitamine dan scholaricine, telah menarik perhatian peneliti sebagai potensi pengganti atau pelengkap kina dalam pengobatan malaria. Studi farmakologis modern terus mengeksplorasi efektivitas dan keamanan ekstrak pule ini, membuka jalan bagi pengembangan obat anti-malaria baru yang lebih terjangkau dan mudah diproduksi secara lokal di daerah endemik malaria.
3. Dapat meredakan demam
Dalam pengobatan tradisional, kulit bagian dalam pohon pule dimanfaatkan sebagai obat penurun demam yang efektif. Cara pengaplikasiannya yakni mulai dengan pengikisan kulit luar untuk mengekspos bagian dalam yang kaya akan senyawa bioaktif. Kulit pohon yang telah dibersihkan kemudian direbus bersama dengan sepotong kecil kayu putih untuk meningkatkan khasiatnya dan biji jintan yang dikenal memiliki sifat anti-inflamasi.
Ramuan herbal ini biasanya dikonsumsi setiap empat jam sekali dengan dosis yang direkomendasikan antara 15-20 mililiter, menawarkan pendekatan holistik untuk menurunkan suhu tubuh dan meredakan gejala demam. Efektivitasnya yang telah teruji secara empiris selama generasi menjadikan ramuan ini pilihan populer dalam pengobatan rumahan di banyak komunitas.
4. Mencegah obesitas dan menurunkan kolesterol
Ekstrak dari kulit dan daun pohon pule telah menarik perhatian dalam penelitian kesehatan modern karena potensinya dalam mencegah obesitas dan menurunkan kadar kolesterol. Metode tradisional melibatkan penumbukan kedua bagian tanaman ini untuk mengekstrak senyawa bioaktifnya secara optimal. Kandungan betulin dan lupeol asetat yang ditemukan dalam pohon pule berperan penting dalam regulasi metabolisme glukosa, membantu menurunkan kadar gula darah serta menjaga kesehatan pankreas.
Selain itu, senyawa-senyawa ini juga menunjukkan efek positif terhadap profil lipid, menawarkan pendekatan alami untuk manajemen kolesterol. Penelitian lebih lanjut sedang dilakukan untuk mengembangkan suplemen atau obat berbasis pule yang dapat membantu dalam pencegahan dan pengelolaan penyakit metabolik.
5. Dapat meredakan nyeri dada
Dalam praktek pengobatan tradisional, batang pohon pule digunakan sebagai salah satu bahan untuk mengurangi nyeri di area dada. Proses penggunaannya melibatkan pembersihan menyeluruh batang pohon untuk menghilangkan kontaminan, diikuti dengan pengunyahan bersama daun pinang yang dikenal memiliki sifat analgesik alami.
Kombinasi ini dipercaya memiliki efek sinergis dalam meredakan berbagai jenis nyeri dada, termasuk yang disebabkan oleh ketegangan otot atau gangguan pernapasan ringan. Meskipun metode ini telah digunakan secara turun-temurun di beberapa komunitas, penting untuk dicatat bahwa nyeri dada dapat menjadi gejala kondisi medis serius, sehingga konsultasi dengan profesional kesehatan sangat dianjurkan sebelum menggunakan remedi tradisional ini.