Liputan6.com, Jakarta Dalam era industri tekstil modern, polyester telah menjadi salah satu bahan paling umum digunakan dalam produksi pakaian dan produk tekstil lainnya. Dikenal karena sifatnya yang tahan lama, mudah dirawat dan relatif murah, polyester telah mendominasi pasar fashion global selama beberapa dekade terakhir.Â
Advertisement
Baca Juga
Advertisement
Benarkah bahan polyester diklaim berbahaya? Di balik popularitasnya yang luas, terdapat kekhawatiran yang semakin meningkat, mengenai potensi bahaya yang ditimbulkan oleh kain sintetis ini terhadap kesehatan manusia. Salah satu masalah utama yang dikaitkan dengan penggunaan polyester adalah efeknya terhadap fungsi alami kulit.
Bahan polyester diklaim berbahaya benar atau tidak? Peru diketahui, bahwa sifat non-porous dari serat polyester menciptakan semacam penghalang yang menghambat sirkulasi udara normal, antara kulit dan lingkungan sekitarnya. Akibatnya, kulit yang tertutup kain polyester cenderung mengalami peningkatan suhu dan kelembaban.
Kondisi ini tidak hanya menyebabkan ketidaknyamanan, tetapi juga menciptakan lingkungan ideal bagi pertumbuhan bakteri dan jamur, yang dapat memicu berbagai masalah kulit. Lebih mengkhawatirkan lagi, proses produksi yang melibatkan penggunaan berbagai bahan kimia sintetis, membuat bahan polyester diklaim berbahaya.
Berikut ini bahaya bahan polyester bagi kesehatan yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Kamis (19/9/2024).
Â
Mengenal Apa Itu Bahan Polyester
Polyester adalah salah satu jenis kain yang sangat populer dan sering digunakan dalam berbagai sektor, seperti industri mode, desain interior, hingga barang-barang rumah tangga. Kain ini menjadi pilihan utama karena sifatnya yang kuat, tahan lama, dan multifungsi. Meskipun demikian, bagi mereka yang kurang familiar dengan dunia tekstil, polyester kerap kali dipandang negatif. Salah satu alasan utama stigma ini muncul adalah karena polyester merupakan bahan sintetis atau buatan manusia, berbeda dengan bahan alami seperti sutra, katun, atau wol.Â
Polyester sendiri bukanlah penemuan baru dan pertama kali ditemukan pada tahun 1941 oleh dua ahli kimia asal Inggris, John Rex Whinfield dan James Tennant Dickson. Inovasi mereka dalam mengembangkan serat sintetis ini kemudian menjadi landasan dari perkembangan industri tekstil modern. Popularitas polyester mencapai puncaknya pada tahun 1970-an, ketika sebuah iklan terkenal menyebutkan bahwa "serat ajaib ini bisa dipakai berturut-turut selama 68 hari tanpa perlu disetrika dan tetap terlihat rapi." Kalimat ini menjadi daya tarik utama bagi konsumen yang menginginkan bahan pakaian yang praktis, mudah dirawat, dan tetap nyaman digunakan dalam jangka waktu lama.
Meskipun istilah "polyester" mungkin belum begitu akrab bagi sebagian orang, hampir setiap orang pasti sudah pernah menggunakan produk yang terbuat dari bahan ini. Selain digunakan sebagai bahan utama dalam pembuatan pakaian, polyester juga banyak digunakan untuk berbagai barang rumah tangga seperti sprei, karpet, sofa, selimut, hingga tali makrame. Hal ini membuktikan betapa fleksibelnya bahan polyester dalam berbagai keperluan. Jika kita melihat label pada pakaian atau produk rumah tangga, sering kali kita akan menemukan komposisi bahan yang mencakup polyester. Bahan kain ini juga sering kali dicampur dengan bahan alami seperti katun atau wol, untuk menciptakan kain dengan karakteristik terbaik dari kedua bahan tersebut, seperti kekuatan dan daya tahan polyester yang dikombinasikan dengan kelembutan dan kenyamanan bahan alami.
Â
Advertisement
Bahan Polyester Diklaim Berbahaya, Benar atau Tidak?
Bahan polyester merupakan salah satu bahan tekstil sintetis yang paling banyak digunakan dalam industri fashion dan tekstil di seluruh dunia. Proses produksi bahan polyester melibatkan reaksi kimia yang mengubah etilen glikol dan asam tereftalat yang berasal dari minyak bumi menjadi serat sintetis. Proses ini tidak hanya menggunakan sumber daya alam yang terbatas, tetapi juga menghasilkan zat berbahaya seperti formaldehida dan ftalat. Formaldehida, misalnya, diketahui dapat menyebabkan iritasi pada kulit dan saluran pernapasan, terutama saat poliester dipanaskan, seperti dalam produk pakaian yang dikenakan sehari-hari. Zat ini bahkan berpotensi memicu reaksi alergi pada beberapa individu. Sementara itu, ftalat yang sering ditambahkan untuk meningkatkan elastisitas bahan, telah dikaitkan dengan gangguan hormon dan masalah perkembangan, terutama pada anak-anak.
Sebagai tambahan, menurut Studi Literatur Mikroplastik dalam Rantai Makanan Manusia yang diunggah oleh Universitas Airlangga pada tahun 2023, mikroplastik dari bahan polyester dapat masuk ke rantai makanan kita. Partikel-partikel mikroplastik ini telah ditemukan dalam produk makanan seperti garam, madu, dan bir. Mengkonsumsi mikroplastik secara berkala dapat memicu masalah kesehatan serius, termasuk stres oksidatif, peradangan dan peningkatan risiko kanker. Tubuh manusia tidak mampu memproses partikel mikroplastik dengan baik, yang menyebabkan akumulasi dalam tubuh dan berpotensi menimbulkan risiko kesehatan jangka panjang. Dari sudut pandang kesehatan kulit, polyester juga diketahui dapat memicu alergi dan iritasi. Hal ini disebabkan oleh penggunaan bahan kimia seperti pewarna dan zat anti-kusut selama proses produksi.
Gejala umum yang sering muncul termasuk gatal-gatal, kemerahan, ruam pada kulit, kulit kering, hingga pengelupasan. Bagi individu dengan kulit sensitif, paparan ini dapat memperparah kondisi, terutama jika mereka sering mengenakan pakaian yang terbuat dari polyester, terutama dalam kondisi panas dan lembap. Polyester sendiri memiliki sifat tidak menyerap keringat dengan baik, yang menyebabkan kulit menjadi lembab dan memicu tumbuhnya bakteri serta infeksi kulit. Dalam kasus ekstrem, orang yang alergi terhadap bahan ini bisa mengalami sesak napas atau bahkan pembengkakan pada beberapa bagian tubuh. Selain dampak kesehatannya, dampak lingkungan dari bahan polyester juga tidak kalah mengkhawatirkan. Polyester merupakan bahan sintetis yang diproduksi dari bahan bakar fosil, yang proses produksinya memerlukan energi besar dan menghasilkan emisi gas rumah kaca.
Kontribusi polyester terhadap perubahan iklim sangat signifikan, terutama dalam industri fashion cepat (fast fashion), di mana produksi massal dan penggunaan bahan murah seperti polyester sangat mendominasi. Selain itu, bahan ini sangat sulit terurai secara alami. Limbah polyester dapat tetap ada di lingkungan selama ratusan tahun, mengakibatkan pencemaran yang meluas, baik di darat maupun di laut. Limbah mikroplastik yang berasal dari serat polyester yang terlepas saat pencucian juga ikut mencemari perairan dan berpotensi merusak ekosistem laut. Proses pewarnaan dan pemberian bahan tambahan pada kain polyester juga berperan dalam pencemaran lingkungan. Zat pewarna dan bahan kimia lain yang digunakan dalam industri tekstil sering kali dibuang ke perairan tanpa pengolahan yang memadai, mencemari air dan tanah serta merusak kehidupan ekosistem lokal. Dengan skala produksi polyester yang begitu besar, dampak pencemaran ini semakin meluas dan sulit dikendalikan.
Jenis-Jenis Bahan Polyester
Polyester adalah salah satu jenis bahan tekstil sintetis yang banyak digunakan karena sifatnya yang serbaguna, dan dapat dipadukan dengan berbagai bahan lain untuk menciptakan berbagai jenis kain. Selain dibagi ke dalam tiga tipe utama, polyester juga memiliki beberapa varian yang merupakan hasil kombinasi dengan bahan-bahan alami seperti katun atau bahkan sutra. Kehadiran variasi ini memungkinkan polyester untuk digunakan dalam berbagai macam produk dengan karakteristik yang berbeda.
Berikut penjelasan mengenai jenis-jenis bahan polyester yang umum ditemui:
1. Bahan Lacoste CVC Pique
Jenis pertama dari variasi polyester adalah bahan Lacoste CVC Pique. Jenis ini merupakan hasil kombinasi dari katun dan polyester, sehingga menggabungkan keunggulan dari kedua bahan tersebut. Bahan Lacoste CVC Pique memiliki daya serap yang baik seperti katun, yang membuatnya nyaman digunakan terutama di iklim yang panas dan lembap. Sifat katun yang mudah menyerap keringat membuat kain ini ideal untuk pakaian sehari-hari. Namun, kehadiran polyester dalam campuran tersebut memberikan tambahan kekuatan dan daya tahan, sehingga kain ini lebih awet dibandingkan bahan katun murni. Kain Lacoste CVC Pique sering kali digunakan untuk membuat kaos atau pakaian olahraga yang membutuhkan keseimbangan antara kenyamanan dan ketahanan.
2. Bahan Lacoste PE Pique
Bahan Lacoste PE Pique merupakan jenis bahan polyester yang memiliki tampilan unik dengan lubang pori-pori berukuran seragam di permukaan kainnya. Karakteristik ini tidak hanya memberikan tampilan yang menarik, tetapi juga membantu meningkatkan sirkulasi udara, membuat pakaian yang terbuat dari bahan ini terasa lebih sejuk saat dipakai. Karena kelebihan ini, bahan Lacoste PE Pique sering digunakan untuk membuat pakaian berkerah seperti polo shirt. Polo shirt yang terbuat dari bahan ini sangat cocok untuk dikenakan dalam kegiatan sehari-hari, olahraga, atau acara santai, karena menawarkan kenyamanan sekaligus gaya yang kasual. Kombinasi daya tahan polyester dengan desain yang fungsional membuat Lacoste PE Pique menjadi pilihan populer di kalangan produsen pakaian.
3. Bahan PE (Polyester 100%)
Bahan PE atau polyester murni adalah kain yang sepenuhnya terbuat dari serat polyester tanpa campuran bahan lain. Karena tidak ada campuran serat alami, bahan ini cenderung lebih tahan lama dan tidak mudah kusut. Sifat ini menjadikannya ideal untuk produksi pakaian massal, terutama dalam industri pakaian yang memprioritaskan biaya produksi yang rendah. Selain itu, kain PE juga dikenal lebih cepat kering setelah dicuci, menjadikannya praktis untuk perawatan sehari-hari. Meskipun bahan ini tidak sehalus katun atau bahan alami lainnya, kelebihannya dalam hal kekuatan, biaya rendah, dan efisiensi membuatnya sangat populer, terutama untuk produk pakaian yang diproduksi dalam jumlah besar.
4. Bahan Woven
Bahan Woven adalah jenis polyester yang memiliki tekstur permukaan yang tampak lebih kasar dibandingkan dengan jenis kain lainnya. Namun, ketika disentuh, kain ini sebenarnya terasa cukup halus. Bahan Woven sering digunakan untuk membuat label pakaian, karena ketahanannya dan kemampuannya untuk menahan cetakan atau tulisan dalam jangka waktu yang lama. Meskipun teksturnya tidak sehalus bahan lain yang digunakan langsung untuk pakaian, bahan ini menawarkan keunggulan dalam hal ketahanan terhadap keausan, menjadikannya ideal untuk aplikasi seperti label dan aksesoris yang memerlukan daya tahan lebih lama.
Advertisement