Liputan6.com, Jakarta Siapa bilang putus cinta itu mudah? Banyak orang yang merasa kesulitan untuk benar-benar melanjutkan hidup setelah hubungan berakhir. Setelah putus cinta, masih ada banyak tantangan yang harus dihadapi.
Pada dasarnya, manusia tidak diciptakan untuk bisa menghapus ingatan tertentu. Fase relapse sering kali datang menghampiri setelah putus cinta, dan ini tentu sangat meresahkan, bukan?
Fase ini terjadi ketika seseorang merasa kembali teringat dan ingin mengulang hubungan yang sudah berakhir. Tentu saja, fase ini sangat mengganggu proses pemulihan emosional.
Advertisement
Lebih lanjut, simak dan kenali fase relapse setelah putus cinta yang telah dirangkum oleh Liputan6.com dari berbagai sumber, Selasa (24/9/2024).
Apa Itu Fase Relapse Setelah Putus Cinta?
Dalam bukunya yang berjudul Loving Wounded Soul (2019), Machdy mengungkapkan bahwa relapse adalah kembalinya gejala-gejala utama ketika seseorang hampir pulih. Saat kamu hampir melupakan mantan, kenangan dan harapan bisa kembali menyeruak.
Terkadang, perasaan ini disertai dengan harapan bahwa hubungan yang telah hancur masih bisa diperbaiki. Sayangnya, banyak yang justru berakhir dengan menyalahkan diri sendiri atas kegagalan hubungan tersebut.
Meskipun sudah berusaha move on sepenuhnya, fase ini bisa datang ketika rasa rindu memuncak. Bayangan kenangan masa lalu kembali hadir, membuatmu ingin mengulanginya.
Relapse ini dapat mendorong seseorang untuk kembali ke pola lama, seperti mencoba menghubungi mantan, menjalin komunikasi, dan mengulang hubungan yang tidak sehat meskipun sudah berusaha menjauh.
Advertisement
Penyebab Fase Relapse Terjadi
Ada banyak faktor yang bisa memicu fase relapse setelah putus cinta. Salah satu penyebab utamanya adalah rasa kesepian. Sering kali, seseorang merindukan kehadiran mantan sebagai sumber kenyamanan emosional, meskipun ia sadar bahwa hubungan tersebut tidak sehat.
Mengenang kembali momen-momen indah di masa lalu juga dapat memicu fase relapse. Kenangan manis ini sering kali mengaburkan ingatan tentang konflik dan alasan di balik perpisahan. Ketidakpastian mengenai masa depan, serta tekanan sosial dan lingkungan, juga bisa menjadi pemicu relapse. Selain itu, dorongan dari teman atau keluarga dapat membuat seseorang merasa perlu memberikan kesempatan kedua.
Tanda Kamu Sedang di Fase Relapse
Tanda utama bahwa kamu sedang berada di fase ini adalah sering memikirkan mantan. Apa pun yang kamu lakukan, bayangannya selalu muncul di pikiranmu. Bersamaan dengan itu, ada dorongan kuat untuk menghubunginya.
Awalnya, kamu mungkin hanya sekadar mengintip media sosialnya, namun lama-kelamaan, kamu akan memberanikan diri untuk menghubunginya lebih dulu. Sayangnya, pada tahap ini, kamu cenderung meromantisasi hubungan masa lalu, yang justru memperburuk kondisi relapse yang kamu alami.
Advertisement
Cara Mengatasi Fase Relapse
Untuk mengatasi fase relapse, kamu perlu memiliki tekad yang kuat dari dalam dirimu sendiri. Kurangi interaksi dengan mantan, termasuk meng-unfollow dia di media sosial jika itu bisa membantu proses pemulihanmu.
Alihkan perhatianmu dengan kegiatan positif agar bayangannya tidak terus mengganggu pikiranmu. Selalu ingat alasan mengapa kalian berpisah dan tanyakan pada dirimu sendiri apakah kamu benar-benar ingin merasakan sakit itu lagi.
Proses menuju kesembuhan dan keikhlasan memang tidak mudah, jadi carilah dukungan emosional dari keluarga, teman, atau orang lain yang dapat memahami situasimu dari sudut pandangmu. Fase relapse adalah hal yang umum dalam proses pemulihan emosional.
Ingatlah bahwa luka batin memerlukan waktu untuk sembuh. Tetaplah berkomitmen, terus melangkah maju, dan hindari kembali ke pola hubungan yang tidak sehat.