Parkinson Adalah Penyakit Saraf, Ketahui Penyebab dan Cara Mengobatinya

Parkinson adalah penyakit neurodegeneratif yang paling umum setelah Alzheimer, menjadikannya salah satu kelainan saraf kronis yang banyak ditemui pada populasi usia lanjut.

oleh Silvia Estefina Subitmele diperbarui 29 Okt 2024, 21:15 WIB
Diterbitkan 29 Okt 2024, 21:15 WIB
Ilustrasi pengidap penyakit parkinson
Ilustrasi pengidap penyakit parkinson. (Photo Copyright by Freepik)

Liputan6.com, Jakarta Parkinson adalah salah satu gangguan sistem saraf yang berkembang secara progresif dan mempengaruhi gerakan tubuh. Penyakit ini biasanya menyerang orang yang berusia lanjut, di mana menyebabkan perubahan besar dalam kualitas hidup, karena gejala-gejalanya yang meliputi tremor, kekakuan otot dan kelambatan gerak.

Parkinson adalah kondisi yang tidak hanya memengaruhi fisik tetapi juga mental, sehingga memerlukan perhatian medis dan dukungan emosional yang berkelanjutan bagi penderitanya. Adapun gejala utama dari parkinson adalah penurunan produksi dopamin di otak, yaitu zat kimia yang berfungsi untuk mengontrol gerakan. Ketika dopamin menurun, komunikasi antara sel-sel saraf terganggu, menyebabkan gejala-gejala fisik yang khas pada penyakit ini.

Meskipun penyebab pasti belum sepenuhnya diketahui, penelitian menunjukkan bahwa paparan bahan kimia tertentu dapat meningkatkan risiko seseorang terkena Parkinson. Selain itu, usia lanjut dan jenis kelamin laki-laki juga dianggap sebagai faktor yang meningkatkan kemungkinan seseorang mengembangkan penyakit ini. Bagi mereka yang memiliki faktor risiko tersebut, memahami lebih dalam tentang apa itu Parkinson adalah langkah penting, untuk pencegahan dan deteksi dini.

Berikut ini penyebab dan cara mengatasi penyakit Parkinson yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Selasa (29/10/2024).

Apa Itu Penyakit Parkinson?

Penderita Penyakit Parkinson Sering Mengalami Tantangan Dalam Gerakan, yang Berdampak pada Kualitas Hidup Mereka (Ilustrasi by AI)
Penderita Penyakit Parkinson Sering Mengalami Tantangan Dalam Gerakan, yang Berdampak pada Kualitas Hidup Mereka (Ilustrasi by AI)

Dilansir dari laman resmi Kementerian Kesehatan (yankes.kemkes.go.id), Parkinson adalah suatu penyakit degeneratif otak yang progresif dan umumnya berkembang secara perlahan. Pada banyak kasus, gejala Parkinson bisa memakan waktu bertahun-tahun untuk muncul sepenuhnya, memungkinkan penderitanya untuk hidup cukup lama meskipun menghadapi berbagai keterbatasan dalam mobilitas dan aktivitas sehari-hari.

Berdasarkan data terbaru dari WHO, jumlah kasus Parkinson di seluruh dunia meningkat dua kali lipat dalam kurun waktu 25 tahun terakhir. Pada tahun 2019, diperkirakan lebih dari 8,5 juta orang di seluruh dunia mengidap penyakit ini. Sementara di Indonesia, data terkait Parkinson masih terbatas, namun insidensi Parkinson diestimasi mencapai 10 kasus baru setiap tahunnya.

Penyakit Parkinson sendiri mempengaruhi otak secara signifikan, dan mengganggu kemampuan saraf untuk mengontrol gerakan tubuh dengan lancar. Kondisi ini disebabkan oleh penurunan dopamin di otak, yaitu zat kimia yang berfungsi sebagai pengirim sinyal antar-sel saraf.

Dopamin yang berkurang mengakibatkan berbagai gejala motorik dan non-motorik yang khas pada Parkinson, seperti tremor atau gemetar, kekakuan otot dan kelambatan gerakan. Selain itu, seiring perkembangan penyakit, pasien sering kali mengalami masalah tambahan seperti gangguan keseimbangan, kesulitan tidur, nyeri kronis, serta gangguan kesehatan mental yang dapat memperparah kondisi mereka.

Sebagai penyakit neurodegeneratif, Parkinson sering digambarkan sebagai 'bayangan hitam' yang perlahan-lahan merusak sistem saraf pusat, terutama bagian otak yang mengatur gerakan tubuh. Dengan kondisi yang progresif ini, penderita Parkinson sering kali merasa terbatas dalam menjalankan aktivitas harian, serta memerlukan dukungan khusus dalam merawat kesehatan mereka.

Meski penyebab utama penyakit ini masih terus dipelajari, faktor usia lanjut, kecenderungan genetik, serta paparan toksin lingkungan diduga menjadi pemicu. Gejala-gejala yang muncul biasanya lebih intens dan berkelanjutan, dengan efek jangka panjang yang bisa merusak kualitas hidup.

 

Penyebab Penyakit Parkinson

Gejala Parkinson
Ilustrasi Gejala Parkinson Credit: shutterstock.com

Di dalam otak manusia, terdapat area penting yang dikenal sebagai substantia nigra yang berperan seperti pabrik produksi dopamin, zat kimia yang sangat penting dalam fungsi otak dan sistem saraf. Dopamin sendiri adalah neurotransmitter, yaitu zat yang berfungsi menghubungkan dan mengatur komunikasi antara sel-sel saraf.

Fungsi utama dopamin adalah mengendalikan koordinasi tubuh, pergerakan, serta keseimbangan. Tanpa dopamin yang cukup, kemampuan otak untuk mengatur gerakan menjadi terganggu, yang akhirnya menyebabkan gejala-gejala khas penyakit Parkinson, seperti gemetar, kekakuan otot dan gerakan yang melambat.

Pada penderita Parkinson, sel-sel saraf di area substantia nigra secara bertahap rusak dan mengalami kematian. Hilangnya sel-sel ini menyebabkan penurunan drastis produksi dopamin, yang kemudian berdampak pada gangguan komunikasi antara otak dan otot-otot tubuh. Akibatnya, sinyal yang seharusnya mengatur pergerakan tubuh menjadi kacau dan tidak terkontrol. Proses degenerasi ini terjadi secara perlahan dan menyebabkan munculnya berbagai gejala fisik yang khas pada penyakit Parkinson.

Penyebab pasti mengapa substantia nigra mengalami kerusakan hingga mengganggu produksi dopamin belum sepenuhnya dipahami, tetapi para ilmuwan menemukan beberapa faktor risiko yang diduga berperan dalam perkembangan Parkinson. Salah satu faktor tersebut adalah akumulasi protein abnormal yang dikenal sebagai alpha-synuclein dalam bentuk struktur yang disebut Lewy bodies.

Penumpukan Lewy bodies di dalam sel saraf dapat mengganggu fungsi normal sel-sel tersebut, dan diduga memicu kerusakan yang terjadi di otak penderita Parkinson. Selain itu, ada beberapa faktor lain yang diyakini dapat memengaruhi dan memperburuk kondisi sel-sel saraf, termasuk peradangan kronis di otak yang mengganggu fungsi normal sel-sel saraf dan stres oksidatif, yaitu ketidakseimbangan antara radikal bebas dan antioksidan di dalam tubuh.

Cara Mengobati Penyakit Parkinson

Ilustrasi pengidap penyakit parkinson
Ilustrasi pengidap penyakit parkinson. (Photo Copyright by Freepik)

Meskipun sampai saat ini belum ditemukan obat yang benar-benar dapat menyembuhkan penyakit Parkinson, berbagai metode pengobatan telah tersedia untuk membantu mengendalikan gejala, memperbaiki kualitas hidup, dan memperlambat perkembangan penyakit ini. Pengobatan Parkinson mencakup penggunaan obat-obatan, terapi khusus, perubahan gaya hidup, dan dalam beberapa kasus dilakukan tindakan bedah.

Berikut adalah beberapa langkah utama dalam mengelola penyakit Parkinson:

Obat-obatan

Obat-obatan menjadi bagian penting dalam pengelolaan gejala Parkinson, terutama karena penyakit ini terkait dengan penurunan kadar dopamin di otak. Berikut jenis-jenis obat yang umumnya digunakan:

  1. Obat-obatan seperti levodopa, carbidopa, dan dopamine agonists berfungsi untuk meningkatkan kadar dopamin di otak atau meniru efek dopamin, membantu memperbaiki gangguan gerakan pada penderita Parkinson. Levodopa sering kali menjadi pilihan utama dalam terapi, karena sangat efektif dalam meredakan gejala.
  2. Antikolinergik dan Amantadine membantu mengurangi tremor dan kekakuan otot pada penderita Parkinson, terutama bagi mereka yang gejalanya tidak terlalu parah.
  3. Obat untuk menangani gejala non-motorik, seperti depresi, kecemasan, gangguan tidur, dan nyeri, juga penting untuk memastikan kesejahteraan pasien secara menyeluruh.

Terapi

Selain pengobatan, terapi fisik dan psikis memainkan peran besar dalam membantu pasien Parkinson mempertahankan mobilitas, kemandirian, dan kemampuan berbicara.

  1. Fisioterapi: Terapi fisik ini membantu meningkatkan kekuatan otot, fleksibilitas, keseimbangan, dan koordinasi tubuh. Terapi ini sangat penting untuk menjaga kemampuan motorik pasien agar dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan lebih baik.
  2. Terapi Okupasi: Terapi ini memberikan pelatihan agar pasien bisa melakukan berbagai aktivitas sehari-hari secara lebih mudah dan mandiri, misalnya cara berpakaian, makan, dan melakukan aktivitas rumah tangga lainnya.
  3. Terapi Wicara: Terapi ini membantu pasien yang mengalami kesulitan berbicara atau menelan, masalah yang sering muncul pada Parkinson. Terapi wicara meningkatkan kejelasan bicara serta memperkuat otot-otot yang terlibat dalam proses menelan.

Perubahan Pola Hidup

Menjaga pola hidup yang sehat sangat penting bagi penderita Parkinson, mengingat penyakit ini dapat memengaruhi tubuh secara menyeluruh. Langkah-langkah pola hidup yang dianjurkan antara lain:

  1. Membatasi asupan gula dapat membantu mengendalikan fluktuasi kadar gula darah. Kadar gula darah yang stabil dapat mengurangi tremor atau getaran berlebih yang sering dialami penderita Parkinson.
  2. Kafein dan alkohol dapat memperburuk tremor serta mengganggu pola tidur. Mengurangi atau menghindari konsumsi kedua zat ini membantu pasien merasa lebih tenang dan tidur lebih nyenyak.
  3. Mengonsumsi makanan yang kaya protein, asam lemak omega-3, dan serat dapat membantu regenerasi sel dan mengurangi peradangan dalam tubuh, yang berkontribusi pada kondisi kesehatan yang lebih baik secara keseluruhan.

Tindakan Bedah

Pada beberapa kasus, terutama jika terapi dan obat-obatan tidak memberikan hasil yang memadai, prosedur bedah dapat dipertimbangkan. Salah satu metode yang sering digunakan adalah Deep Brain Stimulation (DBS). Dalam prosedur ini, elektroda ditanam di bagian otak tertentu untuk memberikan stimulasi listrik yang bertujuan untuk mengurangi gejala Parkinson. DBS tidak menyembuhkan Parkinson, namun dapat membantu mengendalikan gejala secara signifikan, khususnya tremor, dan meningkatkan kualitas hidup pasien.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya