Liputan6.com, Jakarta Aktor asal Amerika Bruce Willis dikabarkan mengidap penyakit demensia frontotemporal atau FTD yang dideritanya. Kabar duka tersebut disampaikan mantan istri Bruce Willis, Demi Moore dalam unggahan Instagram, Kamis 16 Februari 2023.
“Sejak kami mengumumkan diagnosis afasia Bruce pada musim semi 2022, kondisi Bruce telah berkembang dan kami sekarang memiliki diagnosis yang lebih spesifik: demensia frontotemporal (dikenal sebagai FTD),” kata Demi Moore.
Lantas, apa itu demensia frontotemporal atau FTD? Bagaimana gejala dan penyebabnya? Berikut ini Liputan6.com ulas mengenai demensia frontotemporal atau FTD beserta gejala dan penyebabnya yang telah dirangkum dari berbagai sumber, Jumat (17/2/2023).
Advertisement
Apa Itu Demensia Frontotemporal
Dikutip dari laman Mayo Clinic, demensia frontotemporal atau FTD adalah istilah umum untuk sekelompok gangguan otak yang terutama mempengaruhi lobus frontal dan temporal otak. Area otak ini umumnya terkait dengan kepribadian, perilaku, dan bahasa. Pada demensia frontotemporal, bagian dari lobus ini menyusut (atrofi) dan berbeda dengan otak normal pada umumnya.
Demensia frontotemporal dapat salah didiagnosis sebagai masalah kejiwaan atau sebagai penyakit Alzheimer. Tetapi demensia frontotemporal cenderung terjadi pada usia yang lebih muda daripada penyakit Alzheimer. Demensia frontotemporal sering dimulai pada lansia antara usia 40 dan 65 tahun.
Melansir dari Webmd, demensia frontotemporal adalah jenis demensia yang terjadi karena kerusakan pada lobus frontal dan temporal otak. Penyakit ini termasuk salah satu penyebab paling umum dari demensia dini. Orang dewasa yang mengidap FTD bisa saja masih menjalani pekerjaan sehari-hari, memiliki anak, dan menafkahi keluarga hingga kondisinya semakin memburuk.
Advertisement
Gejala Demensia Frontotemporal
Dikutip dari laman Mayo Clinic, tanda dan gejala bervariasi, tergantung pada bagian otak mana yang terpengaruh. Beberapa orang dengan demensia frontotemporal mengalami perubahan dramatis dalam kepribadian mereka dan menjadi tidak pantas secara sosial, impulsif atau acuh tak acuh secara emosional, hingga akan kehilangan kemampuan untuk menggunakan bahasa dengan benar.
Melansir dari My Cleveland Clinic, gejala FTD tergantung pada bagian otak yang terkena. Bahkan di antara kembar identik, tidak ada dua otak yang sama, sehingga FTD memengaruhi setiap orang secara berbeda. Banyak dari gejalanya serupa, tetapi sering terjadi dalam kombinasi yang berbeda, atau mungkin lebih atau kurang parah. Gejala FTD termasuk dalam enam kategori:
1. Hilangnya hambatan, artinya seseorang yang mengidap FTD akan kelihangan kreativitasnya.
2. Apati, artinya seseorang yang mengidap FTD akan kehilangan minat pada berbagai hal, emosional dan menarik dari orang lain.
3. Kehilangan empati.
4. Perilaku kompulsif.
5. Perubahan pola makan atau perilaku yang berpusat pada mulut.
6. Hilangnya fungsi eksekutif, artinya dapat memengaruhi perilaku dan kepribadian.
7. Kesulitan berbicara.
8. Kejang otot.
Penyebab Demensia Frontotemporal
Pada demensia frontotemporal, lobus frontal dan temporal otak menyusut. Selain itu, zat tertentu menumpuk di otak. Apa yang menyebabkan perubahan ini biasanya tidak diketahui. Ada mutasi genetik yang dikaitkan dengan demensia frontotemporal. Tetapi lebih dari separuh orang yang mengalami demensia frontotemporal tidak memiliki riwayat demensia dalam keluarga.
Baru-baru ini, para peneliti telah mengkonfirmasi genetika bersama dan jalur molekuler antara demensia frontotemporal dan amyotrophic lateral sclerosis (ALS). Namun, masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk memahami hubungan antara kondisi ini. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sejak saat ini belum diketahui secara pasti penyebab demensia frontotemporal.
Seseorang yang mengidap FTD sulit untuk dideteksi lebih dini. Biasanya membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk menegakkan diagnosis. Sulitnya diagnosis karena kondisi ini sering mencerminkan gangguan lain, seperti parkinson, alzheimer, depresi, dan skizofrenia.
Advertisement
Cara Mendiagnosis Demensia Frontotemporal
Tenaga medis seperti ahli saraf, akan mendiagnosis FTD berdasarkan riwayat medis Anda dan pemeriksaan fisik dan neurologis (di mana tenaga kesehatan akan mencari tanda dan gejala masalah). Beberapa tes laboratorium juga memungkinkan, dan tes pencitraan penting karena dapat menunjukkan area otak Anda yang mengalami kerusakan. Selain pemeriksaan neurologis, tenaga kesehatan sering meminta Anda melakukan penilaian neurokognitif. Dalam tes ini, Anda akan mengerjakan tugas atau menjawab pertanyaan.
Perbedaan Demensia Frontotemporal dan Alzheimer
Penyakit demensia frontotemporal berbeda dengan alzheimer atau pikun. Penyakit alzheimer akan membuat penderita mengalami kesulitan dalam mengingat peristiwa yang baru terjadi. Meskipun pasiennya kemungkinan akan mudah mengingat hal-hal yang terjadi bertahun-tahun yang lalu. Seiring berjalannya waktu, gejala lain dari alzheimer yang dapat muncul adalah sebagai berikut:
1. Kesulitan fokus.
2. Sulit melakukan aktivitas biasa.
3. Merasa bingung atau frustrasi, terutama di malam hari.
4. Perubahan suasana hati yang dramatis, seperti ledakan kemarahan, kecemasan, dan depresi.
5. Merasa bingung dan mudah tersesat.
6. Masalah fisik, seperti cara berjalan yang aneh atau koordinasi yang buruk.
7. Kesulitan berkomunikasi.
Seseorang yang mengidap alzheimer mungkin melupakan orang yang mereka cintai. Bahkan mereka mungkin lupa cara berpakaian sendiri, makan sendiri, menggunakan toilet, dan hal-hal sederhana lainnya.
Advertisement