Ucapan 'Saya Titip' Jokowi di Pilkada 2024, Analisis dari Sudut Pandang Pengamat Politik

Joko Widodo, yang sebelumnya berniat pensiun dari dunia politik Indonesia, justru kembali muncul di Pilkada 2024 dengan konsep 'open jastip' atau jasa titip dukungan bagi calon kepala daerah.

oleh Ricka Milla Suatin diperbarui 26 Nov 2024, 14:26 WIB
Diterbitkan 26 Nov 2024, 13:23 WIB
Jokowi Blusukan di Pasar Klitikan Notoharjo
Presiden ke-7 Jokowi didampingi pasangan calon nomor urut 2 Respati - Astrid blusukan di Pasar Klitikan Notoharjo, Solo pada Kamis (14/11).(Liputan6.com/Fajar Abrori)

Liputan6.com, Jakarta Joko Widodo, yang sebelumnya berniat pensiun dari dunia politik Indonesia, justru kembali muncul di Pilkada 2024 dengan konsep 'open jastip' atau jasa titip dukungan bagi calon kepala daerah.

Dalam sebuah video yang viral di media sosial, sejumlah calon kepala daerah dari berbagai kota dan kabupaten seperti Tegal, Kediri, Kupang, Lamongan, hingga Pringsewu terlihat berbondong-bondong mengunjungi kediaman Jokowi di Solo, Jawa Tengah. Mereka berharap mendapatkan dukungan dari Jokowi untuk memenangkan pemilihan tersebut.

Dengan pernyataan yang hampir seragam, Jokowi menyampaikan 'saya titip', termasuk untuk wilayah Jawa Tengah dan Jakarta, di mana ia secara pribadi terlibat dalam momen kampanye.

Menanggapi fenomena 'open jastip' Jokowi, Arifki Chaniago, seorang analis politik dan Direktur Eksekutif Aljabar Strategic, menyatakan bahwa presiden ke-7 ini sedang mengambil risiko dalam politik Indonesia. Ia tampaknya ingin menguji apakah pengaruhnya masih kuat meskipun sudah pensiun.

"2024 adalah pertaruhan efek Jokowi, apakah pengaruh Jokowi masih kuat atau tidak?" ujar Arifki kepada Liputan6.com melalui pesan suara yang diterima pada Senin (25/11).

 

Pertaruhan Besar Jokowi

Arifki menjelaskan bahwa hasil dari pertaruhan ini akan terlihat dari seberapa banyak calon kepala daerah yang didukung Jokowi dapat memenangkan kontestasi. Namun, pertaruhan terbesar Jokowi ada di dua provinsi besar di Pulau Jawa, yaitu Jakarta dan Jawa Tengah.

"Apakah Ridwan Kamil bisa menang di Pilgub Jakarta? Dan apakah Ahmad Luthfi juga bisa menang di Jawa Tengah? Keduanya akan menjadi barometer," jelas Arifki.

Arifki menambahkan bahwa jika dua provinsi tersebut justru dimenangkan oleh lawan, yaitu PDI Perjuangan (PDIP), maka itu menjadi bukti bahwa mesin politik PDIP lebih unggul dibandingkan efek Jokowi.

"Saya rasa ini pertaruhan yang menarik. Mengapa? Karena jika Pak Jokowi unggul, itu berarti beliau masih memiliki daya tawar politik ke depan meskipun sudah pensiun sebagai presiden," ungkap Arifki.

"Jika kalah, maka itu akan melemahkan basis politik Jokowi yang selama ini terwakili dari figur kepala daerah," tambahnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya