Penelitian Ungkap Dugaan Elon Musk Ubah Algoritma X Demi Dukung Trump

Penelitian dari Queensland University of Technology (QUT) dan Monash University menemukan bahwa akun Musk mengalami lonjakan tampilan dan interaksi yang signifikan setelah perubahan algoritma tersebut.

oleh Fitriyani Puspa Samodra diperbarui 27 Nov 2024, 12:38 WIB
Diterbitkan 27 Nov 2024, 12:00 WIB
Ditemani Elon Musk, Donald Trump Saksikan Peluncuran Uji Terbang Roket SpaceX Starship
Ini menjadi kunjungan pertama Presiden terpilih Amerika Serikat (AS), Donald Trump ke peluncuran Starship. (Brandon Bell/Getty Images North America/Getty Images via AFP)

Liputan6.com, Jakarta Media sosial seharusnya berfungsi sebagai ruang terbuka untuk berbagai perspektif. Sayangnya, kini adi tantangan besar terkait keberpihakan algoritma. X (sebelumnya Twitter), yang kini dimiliki oleh Elon Musk, diduga telah mengubah algoritmanya untuk meningkatkan visibilitas postingan pribadinya, terutama setelah ia mengumumkan dukungannya pada Donald Trump pada Juli 2024. 

Penelitian dari Queensland University of Technology (QUT) dan Monash University menemukan bahwa akun Elon Musk mengalami lonjakan tampilan dan interaksi yang signifikan setelah perubahan algoritma tersebut. Perubahan ini menimbulkan kekhawatiran terkait potensi bias dalam algoritma media sosial yang seharusnya bersifat netral. 

Algoritma yang seharusnya memberikan informasi yang berimbang malah dipengaruhi oleh kepentingan pribadi pemilik platform, yang berpotensi memanipulasi opini publik. Dalam hal ini, hak pengguna untuk mendapatkan informasi yang objektif dan beragam menjadi terabaikan. Berikut ulasan lebih lanjut tentang penelitian yang menemukan dugaan adanya perubahan algoritma X demi kepentingan politik yang Liputan6.com rankum dari berbagai sumber, Rabu (26/11/2024).

Dugaan Perubahan Algoritma X oleh Elon Musk untuk Mendukung Kampanye Trump

Elon Musk Ingin Beli Twitter, Siapkan Uang Tunai Senilai Rp618 Triliun
Setelah menguasai sebagian saham, bos Tesla dan SpaceX Elon Musk ingin mengakuisisi seluruh saham Twitter. (Instagram/elonrmuskk).

Sebuah penelitian yang diterbitkan oleh Queensland University of Technology (QUT) menunjukkan dugaan adanya perubahan pada algoritma platform media sosial X (sebelumnya Twitter) yang dimiliki oleh Elon Musk. Penelitian ini menemukan bahwa sejak pertengahan Juli 2024, postingan Elon Musk mengalami lonjakan tampilan dan interaksi yang signifikan, yang bertepatan dengan dukungannya terhadap kampanye Presiden Donald Trump.

Penelitian ini dilakukan oleh Timothy Graham, seorang profesor media digital di QUT, dan Mark Andrejevic, profesor komunikasi dan studi media di Monash University. Mereka menganalisis pola interaksi pada akun Musk sebelum dan setelah dia memberikan dukungan terhadap Trump pada Juli 2024. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mulai 13 Juli 2024, postingan Musk mendapatkan 138 persen lebih banyak tampilan dan 238 persen lebih banyak retweet dibandingkan sebelum tanggal tersebut.

Para peneliti mencatat bahwa angka interaksi Musk "melampaui tren umum yang ada di platform," yang menunjukkan adanya perubahan algoritma yang mendukung akun Musk secara tidak proporsional. Temuan ini juga sejalan dengan laporan-laporan sebelumnya dari The Wall Street Journal dan The Washington Post yang mengungkapkan potensi bias sayap kanan dalam algoritma X.

Potensi Bias dan Dampaknya pada Diskursus Publik

Ilustrasi: Aplikasi X alias Twitter
Ilustrasi: Aplikasi X alias Twitter (Liputan6.com/ Agustin Setyo Wardani)

Selain Musk, penelitian ini juga mengamati akun-akun lain yang cenderung mendukung Partai Republik dan menemukan bahwa mereka juga mendapatkan lonjakan interaksi setelah bulan Juli, meskipun tidak sebesar yang diterima oleh Musk. Hal ini memperkuat dugaan adanya bias algoritmik yang mendukung konten dengan pandangan politik konservatif.

Temuan ini memunculkan pertanyaan tentang bagaimana perubahan algoritma dapat memengaruhi percakapan publik di media sosial. Dengan algoritma yang memprioritaskan konten tertentu, seperti yang terlihat dalam kasus Musk, ini bisa berdampak pada visibilitas suara-suara tertentu dalam diskursus politik. Peneliti juga mengingatkan bahwa meskipun data yang tersedia terbatas, dampak dari perubahan algoritma ini dapat memperburuk ketidaknetralan platform dalam menyajikan informasi ke publik.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya