Tanjung Priok Macet Parah, Simak Sederet Potensi Kerugiannya

DPR RI menilai kemacetan yang terjadi di Tanjung Priok dalam beberapa hari terakhir tak hanya mempengaruhi aktivitas industri

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana Diperbarui 21 Apr 2025, 20:45 WIB
Diterbitkan 21 Apr 2025, 20:45 WIB
Petugas Gabungan Berjibaku Urai Kemacetan Panjang di Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta
Sebelumnya, kemacetan total dan panjang terjadi di Jalan Yos Sudarso, Jakarta Utara, arah Pelabuhan Tanjung Priok pada Kamis (18/4/2025) pagi. (Liputan6.com/Angga Yuniar)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Anggota Komisi VII DPR RI, Fraksi Gerindra, Bambang Haryo Soekartono menilai kemacetan yang terjadi di Tanjung Priok dalam beberapa hari terakhir tak hanya mempengaruhi aktivitas industri, tapi akan berdampak pada masyarakat sebagai pengguna produk.

Ia menyatakan, kemacetan itu terjadi sebagai akibat dari kebijakan pembatasan angkutan barang tiga sumbu saat libur Lebaran 2025 lalu. Yang terekspose ke dunia industri dan pelayaran terutama internasional, yang menuju manca negara, terbanyak ke Singapura.

"Ini akibat pembatasan kemarin, pabrik dan angkutan laut kan menyesuaikan pada kebijakan tersebut. Mereka baru aktif melakukan aktivitas pada minggu ini, sehingga terjadi peningkatan signifikan. Baik dari pabrik yang secara serentak pengiriman produk dan juga kapal-kapal yang ingin menurunkan kontainernya di Pelabuhan, hingga mencapai 4.300 Teus. Peningkatan ini dua kali lipat dari hari biasa," kata Bambang Haryo, Senin (21/4/2025).

Ditambah, pabrik-pabrik di sekitaran Jakarta pun mulai mengirimkan barang-barang untuk tujuan Sumatera maupun wilayah lainnya di Indonesia.

"Peningkatannya ganda. Ini yang tidak diantisipasi oleh regulator. Apalagi ditambah dengan berakhirnya WFA, yang menyebabkan penumpukan juga pada akses lintas Tanjung Priok. Hal ini juga terjadi di beberapa jalur tol di Jawa Tengah. Ke depannya, pihak regulator harus lebih memperhatikan pengaturan lalu lintas untuk semua kendaraan ini," pintanya.

Sebaran Kendaraan

Bambang Haryo kembali menyampaikan, terkait penggunaan lintas selatan, lintas tengah, lintas tol, dan lintas utara di Pulau Jawa sebagai jalur kendaraan.

"Pihak regulator seharusnya bisa mengatur lintas kendaraan ini. Bukan hanya berdasarkan jumlah, tapi juga berdasarkan waktu dan muatan. Dan pengaturan lintas ini harus secara masif diinformasikan kepada publik," ungkapnya.

Untuk penyebaran informasi ini, ia mendorong Kementerian Perhubungan dan Kepolisian untuk bersinergi dengan Kementerian Perindustrian, Kementerian Perdagangan serta Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) dan lembaga publikasi pelat merah.

"Komdigi bisa melakukan blasting informasi melalui SMS. Sehingga publik bisa mengetahui lokasi macet dan bisa mengetahui jalur alternatifnya lewat mana. Pihak regulator harus bersinergi untuk memberikan informasi terkini dan alternatif jalur. Sehingga, walaupun liburan panjang, tidak akan terjadi penumpukan di satu lintas," tuturnya.

 

Tak Perlu Pembatasan

FOTO: Neraca Dagang RI Mei 2021 Surplus USD 2,36 Miliar
Suasana aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Rabu (16/6/2021). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia pada bulan Mei 2021 kembali surplus sebesar USD 2,36 miliar dan menjadi tertinggi sepanjang tahun 2021. (Liputan6.com/Johan Tallo)... Selengkapnya

Jika hal ini dilakukan, ia menyatakan tak perlu lagi dilakukan pembatasan yang berpotensi akan menimbulkan lonjakan pergerakan secara bersamaan di akhir waktu libur.

"Kalau terjadi kemacetan, yang dikorbankan bukan hanya waktu tapi juga kapasitas angkut. Buntutnya, akan terjadi peningkatan harga produk yang membebani masyarakat, sebagai dampak dari peningkatan biaya logistik. Pemilik industri dan pelaku logistik akan mengalami beban ganda, sudah mengalami rugi waktu karena kemacetan, terkena juga beban biaya tambahan," ungkapnya.

Kejadian kemacetan sektor transportasi logistik ini, lanjutnya, akan semakin memperburuk indeks logistik Indonesia (Logistics Performance Index-LPI), yang saat ini terburuk dibandingkan negara-negara ASEAN. Dengan menduduki posisi 63 dengan nilai indeks 3,0 pada laporan tahun 2023.

"Kejadian ini harus menjadi catatan bagi semua pihak yang terkait, agar tidak kembali terulang. Saya tekankan sekali lagi, harus ada koordinasi antara Kemenhub dan Kepolisian dengan Komdigi. Jangan sampai, saat Tanjung Priok mengalami peningkatan kapasitas, yang menurut data meningkat sekitar 11 persen per tahun, tidak ada perubahan pengaturan lintas, kemacetan yang terjadi pasti lebih parah," tuturnya.

 

Tanjung Priok Tak Hanya untuk Kontainer

Petugas Gabungan Berjibaku Urai Kemacetan Panjang di Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta
Pihak kepolisian menyebut antrean kendaraan besar ini dipicu meningkatnya aktivitas bongkar muat di kawasan Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta pasca libur panjang Idul Fitri 1446 Hijriah dan cuti Bersama Lebaran 2025. (Liputan6.com/Angga Yuniar)... Selengkapnya

Ia pun mengingatkan bahwa Tanjung Priok tidak hanya mengakomodir kontainer, tapi juga ada penumpang dan muatan curah, baik cair maupun kering.

"Pihak regulator harus bisa memproyeksikan pertumbuhan Tanjung Priok dan mulai merencanakan untuk membangun akses jalan khusus angkutan barang. Jadi akan terpisah antara kendaraan pribadi dan kendaraan publik massal dengan angkutan barang. Kalau kita mau mendorong pertumbuhan ekonomi, ya arus logistik harus lancar," pungkasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya