Liputan6.com, Jakarta Kondisi psikologis tentara Korea Utara yang dikerahkan ke Rusia dilaporkan mengalami kemerosotan drastis. Laporan dari sumber terpercaya mengungkapkan bahwa mereka menghadapi trauma perang, ketakutan terhadap kematian, dan ketidakstabilan ideologis. Meskipun telah menjalani persiapan intensif, pengalaman mereka di medan perang menunjukkan hasil yang jauh dari harapan. Para prajurit tampak kewalahan menghadapi tekanan mental yang terus meningkat.
Interaksi dengan pasukan Rusia menjadi salah satu tantangan besar. Prajurit Korea Utara, yang terbiasa dengan kontrol ketat di negaranya, merasa terintimidasi oleh kolega Rusia yang lebih percaya diri. Situasi ini diperburuk dengan kesenjangan budaya dan kendala bahasa yang signifikan. Kondisi ini bahkan memicu persepsi negatif dari pasukan Rusia terhadap rekan-rekan mereka dari Korea Utara.
Baca Juga
Dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber pada Jumat (17/1/2025), kekhawatiran tentang loyalitas dan moralitas prajurit menjadi perhatian utama otoritas Korea Utara. Dengan meningkatnya jumlah korban di medan perang, ketakutan terhadap potensi pengkhianatan semakin mencuat. Langkah-langkah untuk memperbaiki situasi sedang dipertimbangkan, termasuk pengiriman pejabat tinggi untuk mendukung moral pasukan.
Advertisement
Trauma Medan Perang dan Ketakutan Akan Kematian
Sejak Desember 2024, prajurit Korea Utara di Rusia menunjukkan tanda-tanda trauma psikologis. Meskipun telah menjalani penyaringan ideologis dan pelatihan fisik yang ekstensif, pengalaman mereka di medan perang memberikan tekanan mental yang berat. Ketakutan akan kematian menjadi perasaan dominan yang dialami oleh para prajurit.
Pejabat militer di Rusia melaporkan perbedaan besar antara pola pikir prajurit saat pertama kali tiba dan kondisi mereka saat ini. Ketidakpastian tentang kelangsungan hidup di medan perang semakin memperburuk keadaan. Para prajurit harus menghadapi situasi yang sangat berbeda dari latihan dan ekspektasi mereka di Korea Utara.
Kondisi ini memicu kekhawatiran dari otoritas Korea Utara. Trauma yang dialami prajurit dikhawatirkan dapat merusak loyalitas mereka terhadap negara dan Partai Pekerja, yang selama ini menjadi landasan utama kekuatan militer Korea Utara.
Advertisement
Kesulitan Adaptasi Budaya dan Bahasa
Sebagian besar prajurit Korea Utara belum pernah meninggalkan negaranya sebelumnya. Interaksi dengan pasukan Rusia yang dianggap lebih percaya diri menjadi tantangan besar. Perbedaan budaya, gaya komunikasi, dan kendala bahasa membuat para prajurit merasa kewalahan.
Mengutip Daily NK, para prajurit Korea Utara tampak canggung dan kalah di hadapan kolega mereka dari Rusia. Situasi ini bahkan membuat beberapa tentara Rusia memandang mereka sebagai pihak yang tidak kompeten. Ketidakmampuan untuk menjembatani kesenjangan ini menciptakan jarak yang semakin lebar antara kedua pihak.
Idealisasi terhadap pasukan Rusia, yang muncul akibat ketidakmampuan prajurit Korea Utara untuk menyesuaikan diri, menjadi perhatian serius. Otoritas Korea Utara khawatir bahwa hal ini dapat mengancam moral dan kesetiaan mereka terhadap negara asal.
Reaksi Pihak Berwenang Korea Utara
Menanggapi laporan yang mengkhawatirkan ini, otoritas Korea Utara mempertimbangkan langkah-langkah untuk memperbaiki situasi. Salah satunya adalah mengirim pejabat tinggi tambahan ke Rusia untuk mendampingi prajurit yang mengalami tekanan psikologis.
Kekhawatiran utama mereka adalah potensi desersi atau pengkhianatan terhadap Partai Pekerja. Ketidakstabilan ideologis yang mulai muncul di antara para prajurit dikhawatirkan dapat berdampak jangka panjang pada hubungan bilateral antara Rusia dan Korea Utara.
Langkah-langkah tambahan untuk meningkatkan moral dan kepercayaan diri para prajurit sedang direncanakan.
Advertisement
Meningkatnya Jumlah Korban di Medan Perang
Data terbaru menunjukkan peningkatan jumlah korban dari pasukan Korea Utara yang bertugas di Rusia. Jumlah korban mencapai ratusan, menambah tekanan pada prajurit yang tersisa. Situasi ini memperburuk ketakutan akan kematian di kalangan prajurit, yang sudah berada di bawah tekanan besar.
Korban yang terus bertambah memengaruhi tidak hanya moral pasukan, tetapi juga hubungan kerja sama militer antara Korea Utara dan Rusia. Ketidakpuasan di antara pasukan Rusia terhadap performa prajurit Korea Utara semakin mengemuka, menciptakan ketegangan tambahan. Kondisi ini mendorong otoritas Korea Utara untuk mengambil tindakan tegas.
Ancaman Terhadap Loyalitas dan Kerja Sama Militer
Ketakutan terbesar otoritas Korea Utara adalah potensi pengkhianatan. Trauma perang, tekanan mental, dan kesulitan adaptasi membuat para prajurit berada dalam kondisi yang rentan. Para pejabat khawatir bahwa situasi ini dapat menyebabkan ketidakstabilan lebih lanjut.
Kerja sama militer antara Korea Utara dan Rusia pun terancam. Frustrasi di antara pasukan Rusia terhadap prajurit Korea Utara menciptakan dinamika yang tidak kondusif di medan perang. Situasi ini dapat mengurangi efektivitas strategi militer gabungan yang dirancang oleh kedua negara.
Untuk mengatasi hal ini, otoritas Korea Utara mempertimbangkan langkah-langkah darurat, termasuk penguatan ideologis dan pendampingan intensif di lapangan.
Advertisement
Apa penyebab utama gangguan psikologis pada prajurit Korea Utara di Rusia?
Penyebab utamanya meliputi trauma perang, ketakutan akan kematian, kesulitan adaptasi budaya, dan kendala bahasa yang signifikan.
Bagaimana reaksi pasukan Rusia terhadap prajurit Korea Utara?
Beberapa pasukan Rusia menganggap prajurit Korea Utara tidak kompeten dan sulit beradaptasi, yang memicu frustrasi di medan perang.
Advertisement
Apa langkah yang diambil Korea Utara untuk mengatasi masalah ini?
Korea Utara sedang mempertimbangkan pengiriman pejabat tinggi tambahan dan langkah penguatan ideologis untuk mendukung moral prajurit di Rusia.
Bagaimana kondisi ini memengaruhi hubungan Rusia dan Korea Utara?
Ketegangan antara pasukan Korea Utara dan Rusia dapat mengancam kerja sama militer kedua negara di masa depan.
Advertisement