Bola.com, Kudus - Dalam beberapa tahun belakangan, perkembangan sepak bola wanita di Indonesia mengalami fluktuasi. Ada saat di mana Timnas Putri Indonesia mendapatkan banyak dukungan yang memicu lahirnya kompetisi, namun kemudian seolah menghilang tanpa jejak.
Beberapa nama pesepak bola wanita mulai dikenal, seperti Shafira Ika Putri, Sheva Imut, Zahra Musdalifah, dan Claudia Scheunemann. Namun, Liga 1 putri yang sempat diselenggarakan kini tampak tidak aktif lagi.
Baca Juga
All-Stars Kudus Perkasa Puncaki Klasemen, Petik Dua Kemenangan Beruntun di MSC 2025
Perang Bintang di Kudus, 112 Pesepakbola Incar Juara MilkLife Soccer Challenge All-Stars 2025
Puluhan Ribu Siswi Ikuti Ajang MilkLife Soccer Challenge 2024, Jadi Bekal untuk Pesepak Bola Putri Masa Depan Timnas Indonesia
Banyak pemain yang kini berada di level Timnas Indonesia harus mendapatkan pengalaman berkompetisi dengan tim putra saat masih muda. Biasanya, terdapat satu atau dua pemain putri dalam tim SSB yang berkompetisi di tingkat dasar.
Advertisement
Asosiasi yang mengurus sepak bola wanita di Indonesia bahkan belum berusia satu dekade. "Kongres pertama Asosiasi Sepak Bola Wanita Indonesia (ASBWI) digelar pada 7 Desember 2017," yang menandai lahirnya organisasi sepak bola wanita di Indonesia.
Diharapkan, perkembangan sepak bola putri di Indonesia dapat lebih terarah dengan adanya lembaga khusus. Turnamen-turnamen mulai diadakan, dan Liga 1 Putri pertama kali diselenggarakan pada 2019, namun kemudian kembali menghilang.
Bakti Olahraga Djarum Foundation dan MilkLife berupaya mempopulerkan sepak bola wanita sejak 2023. Hampir dua tahun berjalan, jumlah peserta yang mengikuti kegiatan MilkLife Soccer Challenge terus meningkat.
Dalam acara MilkLife Soccer Challenge All Stars di Kudus, Jawa Tengah, Bola.com memperoleh berbagai pandangan tentang sepak bola putri dari mereka yang terlibat, mulai dari pemain muda, pelatih tim putri, orang tua pemain, jurnalis olahraga, hingga pemain Timnas Indonesia Putri saat ini.
Kompetisi Junior, Sarana untuk Mengembangkan dan Meningkatkan Bakat
Memiliki waktu bertanding yang cukup merupakan faktor penting dalam perkembangan seorang pemain sepak bola. Kompetisi berperan utama dalam meningkatkan bakat serta kemampuan para atlet.
Jika kompetisi tersebut belum tersedia, maka berbagai turnamen dapat menjadi alternatif agar para pemain, khususnya sepak bola putri, dapat terus mengasah kemampuan mereka di lapangan.
"Senang sekali dengan adanya turnamen seperti ini, karena ketika saya masih bermain, belum ada yang seperti ini," ujar Maya Susmita, pelatih Solo All Stars yang menjadi runner-up MilkLife Soccer Challenge All Stars.
Dengan adanya turnamen ini, para pemain putri sekarang memiliki wadah untuk berkembang, dan diharapkan kegiatan ini dapat menjadi tempat bagi banyak bakat muda untuk tumbuh dan menjadi masa depan Timnas Indonesia," lanjut pelatih wanita berlisensi C AFC itu.
"Ini merupakan wadah untuk anak-anak kami yang berbakat di sepak bola. Apalagi sempat dikatakan bahwa ke depannya, turnamen seperti ini akan berjenjang, tentu akan sangat bagus sekali untuk perkembangan pemain," ujar Widya, ibu dari pemain Kudus All Stars, Renanthera Aluna Addya Putri.
Wina Setyawati, seorang jurnalis olahraga yang sudah lama memantau perkembangan sepak bola putri, menegaskan pentingnya keseriusan dari semua pihak agar bakat-bakat sepak bola putri bisa merata. Menurutnya, "Kita tahu bibit-bibit sepak bola wanita itu tidak terlalu banyak, itu pun masih banyak yang mentah. Jadi dengan adanya turnamen, mereka bisa lebih mengenal seperti apa sepak bola wanita itu," ujar Wina.
"Sekarang catatannya adalah bagaimana memeratakan sepak bola wanita itu sendiri di banyak daerah. Butuh keseriusan karena memang tidak semua pihak bisa fokus dan serius di sepak bola wanita," lanjutnya.
Pemain Timnas Indonesia Putri, Sheva Imut dan Shafira Ika Putri, juga mengungkapkan harapannya agar lebih banyak turnamen usia muda untuk sepak bola putri diselenggarakan. Menurut mereka, konsistensi dalam mengadakan turnamen sangat diperlukan agar bakat-bakat tersebut dapat terus terasah dan terlihat.
"Dengan adanya turnamen, sepak bola putri bisa semakin maju. Harapan saya tidak hanya satu atau dua kali saja ada turnamen seperti ini, tetapi harus konsisten dan lebih banyak lagi," ujar Sheva Imut.
"Para pemain ini butuh jam terbang juga, agar adik-adik ini juga terbiasa untuk bermain di turnamen, sehingga mentalitasnya bisa terus terjaga dengan baik," ujar Shafira Ika.
Advertisement
Orang Tua Telah Memberikan Dukungan
Â
Perkembangan sepak bola putri di Indonesia menghadapi tantangan besar, salah satunya adalah anggapan bahwa olahraga ini hanya untuk pria. Akibatnya, banyak orang tua pada awalnya enggan melibatkan putri mereka dalam kegiatan sepak bola putri.
Tantangan ini diungkapkan oleh Timo Scheunemann, seorang pelatih sekaligus pencari bakat di MilkLife Soccer Challenge.
Pelatih yang lahir di Kediri dan memiliki darah Jerman tersebut menjelaskan bahwa pada mulanya sangat sulit untuk meyakinkan orang tua dan sekolah agar anak-anak putri dapat mengembangkan bakat mereka di bidang sepak bola.
"Waktu itu sekolah-sekolah sulit untuk diajak ikut serta. Guru-guru olahraga kesulitan mencari pemain sepak bola putri. Ada banyak orang tua yang tidak setuju, kepala sekolahnya pun tidak setuju," kisah Timo Scheunemann kepada Bola.com.
"Namun, ketika mereka melihat bahwa program ini positif, mereka ikut di seri selanjutnya. Itu terjadi di setiap kota," lanjut pelatih yang senang melempar senyum melihat bakat-bakat sepak bola putri itu memperlihatkan kemampuan di lapangan.
Beberapa orang tua pemain yang ditemui Bola.com memang mengakui bahwa pada awalnya mereka melarang keras putri mereka untuk ikut serta dalam sepak bola.
Namun, yang mereka hadapi adalah tekad dan keinginan kuat anak-anak mereka untuk beraksi di lapangan hijau hingga akhirnya dukungan pun mengalir.
"Terus terang saya enggak mendukung awalnya. Saya mendukung anak saya menjadi penari. Namun, dia ngotot sampai marah," ujar Mela Damayanti, ibu dari kapten tim Surabaya All Stars, Locita Waranggani.
"Melihat motivasinya, semangatnya yang luar biasa, setiap hari latihan, akhirnya saya luluh. Saya mantap dan restu saya akhirnya membawa putri saya sampai ke titik ini. Sekarang saya mendukung penuh dia," lanjutnya.
Diperlukan Kompetisi yang Terstruktur
Â
Turnamen seperti MilkLife Soccer Challenge yang diinisiasi oleh Bakti Olahraga Djarum Foundation, menyelenggarakan pertandingan bagi anak-anak berusia di bawah 10 dan 12 tahun, dan tentunya dibutuhkan langkah lanjutan bagi mereka yang sudah melewati batas usia tersebut.
Menurut Teddy Tjahjono, selaku Program Director MilkLife Soccer Challenge, beberapa waktu lalu, memang direncanakan kompetisi berjenjang untuk kelompok usia yang lebih tinggi, seperti U-14 dan U-16. Namun, semua ini masih dalam tahap diskusi dengan PSSI.
Keinginan agar kompetisi tersebut benar-benar terwujud juga disampaikan oleh para penggiat sepak bola putri. Hal ini juga menjadi perhatian Mannisa Elfira, seorang jurnalis olahraga dari Solo yang hadir di acara MilkLife Soccer Challenge All Stars di Kudus.
"Harapannya tentu ini berkelanjutan. Anak-anak di sini usianya masih muda banget, baru U-10 dan U-12. Artinya untuk menuju ke level yang lebih senior masih butuh beberapa tahun lagi," pandangan Mannisa.
Wina Setyawati juga menyampaikan pandangan serupa. Menurutnya, jika memang belum bisa diadakan kompetisi berjenjang, setidaknya perlu lebih banyak turnamen sepak bola putri yang diadakan setiap tahunnya, bahkan lebih dari satu kali dalam setahun.
"Oke kalau kita belum bisa bikin kompetisi, tapi setidaknya ada banyak turnamen. Kompetisi minimal tiga bulan, tapi dengan banyak turnamen, tidak akan ada jeda kosong yang otomatis memberikan jam terbang kepada para pemain. Skill dan talenta mereka tidak ada artnya jika tidak diasah dalam pertandingan," tegas Wina.
"Jadi meski secara global Indonesia tidak beda jauh levelnya dengan sepak bola putri di Singapura dan Filipina, tapi mereka menang dalam urusan kompetisi. Apa yang mereka miliki jadi terasah, sementara kita yang belajar tapi tidak dicoba di pertandingan, percuma," lanjutnya.
Advertisement
Agar Dapat Terus Maju dan Berprestasi
Para pemain sepak bola putri merasa perlunya diadakan turnamen atau kompetisi untuk mereka. Situs Bola.com menanyakan hal ini kepada dua pemain yang tampil mengesankan di ajang MilkLife Soccer Challenge All Stars di Kudus.
Kedua pemain tersebut menyatakan bahwa adanya kompetisi sangat penting untuk terus berprestasi dan mengasah kemampuan, dengan tujuan utama membela Timnas Indonesia Putri di masa depan.
"Saya berharap sepak bola putri di Indonesia bisa berkembang lagi. Jadi nantinya saya bisa menjadi pemain Timnas Indonesia," ungkap Alya Putri, kiper Kudus All Stars yang juga dinobatkan sebagai penjaga gawang terbaik di MilkLife Soccer Challenge All Stars.
Di sisi lain, Adinda Resti Widayati, pemain dari Solo All Stars yang meraih posisi runner-up di MilkLife Soccer Challenge All Stars, memberikan saran. Menurutnya, turnamen sepak bola putri sangat penting terutama ketika kompetisi putri masih belum dimulai.
"Saya senang dengan adanya turnamen seperti ini, karena liga putri belum juga bergulir. Jadi turnamen-turnamen seperti ini yang bisa membantu pemain sepak bola putri mengembangkan talenta dan prestasi mereka," katanya.
Setelah banyak talenta bermunculan di sepak bola putri, kini dibutuhkan dukungan dari berbagai pihak untuk bekerja sama dalam mengembangkan potensi ini menjadi prestasi yang membanggakan.
"Jadi ayo join, kita kembangkan sepak bola putri Indonesia bersama-sama," ajak Timo Scheunemann.