Liputan6.com, Jakarta King kobra menjadi ular berbisa terpanjang di dunia. Selama hampir 188 tahun, ular ini diklasifikasikan sebagai satu spesies, Ophiophagus hannah. Namun, penelitian ekstensif selama beberapa dekade terakhir telah mengungkapkan bahwa sebenarnya ular ini terdiri dari empat spesies yang berbeda.
Baca Juga
Advertisement
Penelitian ini dipimpin oleh ahli biologi satwa liar P. Gowri Shankar dan didukung oleh ilmuwan dari berbagai negara, termasuk Inggris, Swedia, Malaysia, dan India. Mereka menggunakan analisis genetik dan morfologi untuk mengidentifikasi perbedaan di antara ular king kobra di berbagai wilayah geografisnya.
Temuan ini dipublikasikan baru-baru ini pada tahun 2025 dan menantang keyakinan lama bahwa semua ular king kobra termasuk dalam satu spesies meskipun memiliki perbedaan visual.
Dilansir Liputan6.com dari India Times, Minggu (9/2/2025), hasil penelitian mereka mengonfirmasi bahwa ular-ular ini memiliki perbedaan genetik yang signifikan, sehingga diklasifikasikan menjadi empat spesies yang terpisah.
Spesies King Kobra yang Baru Diidentifikasi
King Kobra, yang dulunya merupakan satu spesies, kini diklasifikasikan menjadi empat: Northern, Sunda, Western Ghats, dan Luzon King Cobra. Sebuah penelitian selama 20 tahun mengungkapkan perbedaan genetik, habitat unik, dan ciri-ciri perilaku.
Klasifikasi ulang ini membantu dalam konservasi dan meningkatkan pengobatan gigitan ular dengan antivenom spesifik wilayah.
Nama Spesies: Kobra Raja Utara, Nama Ilmiah: Ophiophagus hannah, Habitat: India Utara, Nepal, Bhutan, Tibet, Tiongkok.
Nama Spesies: Kobra Raja Sunda, Nama Ilmiah: Ophiophagus hannah, Habitat: Thailand Selatan, Malaysia, Singapura, Indonesia.
Nama Spesies: Kobra Raja Western Ghats, Nama Ilmiah: Ophiophagus hannah, Habitat: Hutan hujan India dan daerah perbukitan Western Ghats.
Nama Spesies: Kobra Raja Luzon, Nama Ilmiah: Ophiophagus salvatana, Habitat: Pulau Luzon, Filipina.
Advertisement
Klasifikasi Ulang Kobra Raja: Dampak terhadap Upaya Konservasi
Penemuan ini penting bagi konservasi karena setiap spesies memiliki kebutuhan habitat dan ancaman yang berbeda. Selain itu, setiap spesies king kobra yang baru diidentifikasi memiliki perilaku dan preferensi habitat yang unik.
King Kobra Western Ghats, menghadapi risiko kepunahan yang tinggi akibat perusakan habitat di hutan hujan India. Hidup di hutan hujan lebat dan daerah perbukitan.
King Kobra Luzon, yang hanya ditemukan di Pulau Luzon, rentan terhadap deforestasi. Beradaptasi dengan kondisi ekologi unik di Pulau Luzon.
King Kobra Sunda terancam oleh urbanisasi yang cepat di Asia Tenggara. Lebih menyukai hutan dataran rendah dan hutan bakau.
King Kobra Utara dapat beradaptasi dengan berbagai lingkungan tetapi masih menghadapi risiko akibat aktivitas manusia. Beradaptasi dengan hutan, lahan pertanian, dan pinggiran kota.
Bagaimana Penemuan Ini Membantu Pengobatan Gigitan Ular?
Bisa king kobra sangat neurotoksik, yang berarti dapat memengaruhi sistem saraf. Para ilmuwan menemukan bahwa komposisi bisa bervariasi di antara keempat spesies. Ini berarti bahwa antibisa harus dikembangkan secara khusus untuk setiap jenis kobra raja guna meningkatkan pengobatan gigitan ular.
Untuk diketahui, king kobra (Ophiophagus hannah) adalah ular berbisa terpanjang di dunia. Biasanya tumbuh antara 3,18 hingga 4 meter (10,4 hingga 13,1 kaki), tetapi ukuran terpanjang yang pernah tercatat adalah 5,85 meter (19,2 kaki). Ular ini ditemukan di Asia, mulai dari anak benua India hingga Asia Tenggara dan Tiongkok selatan.
Kobra raja hidup di hutan, rumpun bambu, dan hutan bakau, terutama di dekat sungai dengan udara yang lembap. Mereka terdaftar sebagai Rentan (Vulnerable) dalam Daftar Merah IUCN karena habitat mereka semakin berkurang akibat perusakan dan ancaman lain dari aktivitas manusia.
Advertisement
![Loading](https://cdn-production-assets-kly.akamaized.net/assets/images/articles/loadingbox-liputan6.gif)