Pahala Bagi Pemberi Maaf Sebesar Apa? Simak 9 Cara Mudah Ikhlas Menurut Psikologi

Ketahui keutamaan memaafkan dalam Islam dan 9 cara mudah mencapai keikhlasan menurut psikologi untuk kedamaian batin.

oleh Laudia Tysara Diperbarui 20 Feb 2025, 21:30 WIB
Diterbitkan 20 Feb 2025, 21:30 WIB
Ilustrasi Sahabat dan Teman
Cara Memperkuat Koneksi dengan Teman Lama yang Terpisah Jarak/Copyright freepik... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Memaafkan, sebuah tindakan mulia yang dianjurkan dalam Islam, membawa pahala besar dari Allah SWT. Rasulullah SAW sendiri dikenal sebagai pribadi yang sangat pemaaf, menjadi teladan bagi kita semua. Namun, memaafkan bukan sekadar kewajiban agama, tetapi juga kunci menuju kedamaian batin.

Artikel ini akan membahas tentang besarnya pahala pemberi maaf dan bagaimana mencapai keikhlasan dalam memaafkan, baik dari perspektif agama maupun psikologi.

Pertanyaan tentang seberapa besar pahala pemberi maaf telah dijawab dalam Al-Qur'an dan hadis. Allah SWT menjanjikan pahala besar bagi mereka yang memaafkan dan berbuat baik.

Memahami besarnya pahala ini memotivasi untuk senantiasa mengutamakan pemaafan dalam kehidupan sehari-hari, menciptakan hubungan yang lebih harmonis dan damai.

Memaafkan bukanlah tanda kelemahan, melainkan bukti kedewasaan spiritual dan keimanan yang kuat. Keikhlasan dalam memaafkan membutuhkan proses dan usaha, melibatkan aspek spiritual dan psikologis.

Berikut Liputan6.com ulas lengkapnya, Kamis (20/2/2025).

Pahala Bagi Pemberi Maaf Sebesar Apa?

Dalam Islam, melansir dari Kemenag Kab. Magelang dan LPH LPPOM MUI, pahala memaafkan sangatlah besar dan tidak dapat diukur secara pasti.

Allah SWT berfirman dalam QS Asy-Syura (42):40: "Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang setimpal, tetapi barang siapa memaafkan dan berbuat baik (kepada orang yang berbuat jahat) maka pahalanya dari Allah. Sungguh, Dia tidak menyukai orang-orang yang zalim."

Hadits juga menyebutkan bahwa Allah akan menambah kemuliaan bagi orang yang memaafkan (HR. Ibnu Hibban). Memaafkan merupakan bagian dari akhlak mulia yang dianjurkan dalam Islam, mencerminkan keimanan dan kedewasaan spiritual seseorang.

Sejumlah ayat Al-Qur'an menekankan keutamaan memaafkan, seperti dalam surat An-Nisa (4):149: "Jika kamu menyatakan sesuatu kebajikan, menyembunyikannya atau memaafkan suatu kesalahan (orang lain), maka sungguh, Allah Maha Pemaaf, Maha Kuasa."

Memaafkan juga dikaitkan dengan sifat orang-orang bertakwa (QS Ali Imran (3):134): "(yaitu) orang-orang yang selalu berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, orang-orang yang mengendalikan kemurkaannya, dan orang-orang yang memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan." 

Mau memaafkan, kita meneladani Rasulullah SAW yang dikenal dengan akhlaknya yang mulia dan pemaaf.

Melansir dari Kemenag Kab. Magelang, memaafkan bukan berarti melupakan kesalahan yang telah terjadi. Lebih dari itu, memaafkan adalah proses melepaskan amarah dan dendam, membebaskan diri dari beban emosi negatif. Pahala yang diperoleh pun tidak terbatas, merupakan ganjaran agung dari Allah SWT. Oleh karena itu, berlatihlah untuk memaafkan, karena itu adalah investasi akhirat yang sangat berharga.

Hadits-hadist Rasulullah SAW juga menekankan pentingnya memaafkan. Salah satunya adalah hadits riwayat Muslim yang menyatakan bahwa orang yang paling dibenci Allah adalah orang yang menaruh dendam kesumat.

Memaafkan adalah bentuk ketaatan kepada Allah SWT dan menunjukkan kedewasaan emosional seseorang. Mau memaafkan, kita membuka jalan menuju kedamaian batin dan hubungan yang lebih baik dengan sesama.

Memaafkan adalah proses yang membutuhkan kesabaran dan keikhlasan. Namun, pahala yang didapatkan sangatlah besar dan akan memberikan kedamaian hati. Oleh karena itu, marilah kita senantiasa berusaha untuk memaafkan dan memperbaiki hubungan dengan sesama.

Memaafkan Menurut Psikologi

Ilustrasi ucapan, salam perpisahan, berpisah
Ilustrasi ucapan, salam perpisahan, berpisah. (Photo by Zen Chung/Pexels)... Selengkapnya

Dari sudut pandang psikologi, memaafkan didefinisikan sebagai pengurangan atau pembatasan kebencian dan dendam yang mengarah pada pembalasan, menurut Everett Worthington Jr., Virginia Commonwealth University).

Ini adalah proses melepaskan amarah dan dendam yang disebabkan oleh pihak yang menyakiti, memungkinkan kita untuk menghilangkan pikiran dan perasaan negatif sehingga dapat hidup lebih tenang.

Memaafkan juga berperan penting dalam kesehatan mental. Penelitian menunjukkan bahwa memaafkan efektif dalam menyembuhkan masalah psikologis, mengurangi kemarahan dan rasa sakit hati, dikutip dari American Psychological Association, 2006.

Melansir dari berbagai sumber, pelatihan memaafkan bahkan terbukti meningkatkan rasa percaya diri pada pecandu narkoba dan meningkatkan kesejahteraan psikologis perempuan korban pelecehan seksual.

Forgiveness therapy, berasal dari teknik Gestalt, membantu individu mencapai kedewasaan dengan menemukan cara mereka sendiri dan menerima tanggung jawab. Terapi ini dapat dilakukan secara personal atau berkelompok, baik secara verbal maupun internal. Tujuannya bukan hanya memaafkan orang lain, tetapi juga diri sendiri.

Memaafkan penting untuk kedamaian diri sendiri, bukan hanya karena ajaran agama atau moral. Manfaatnya telah dibuktikan melalui berbagai penelitian yang menunjukkan dampak positifnya terhadap kesehatan mental dan kesejahteraan. Memaafkan, artinya membebaskan diri dari beban emosi negatif dan membuka jalan menuju kehidupan yang lebih damai dan bahagia.

Proses memaafkan melibatkan beberapa tahap, mulai dari mengungkapkan kemarahan hingga melepaskannya, dilansir dari buku Forgiveness Therapy: An Empirical Guide for Resolving Anger and Restoring Hope karya Richard P. Fitzgibbons dan Robert Enright.

Memahami perspektif orang lain dan belajar dari kesalahan merupakan bagian penting dari proses ini. Ingatlah bahwa memaafkan bukan berarti melupakan, tetapi mengubah perspektif dan belajar dari pengalaman.

Cara Mudah Ikhlas Memaafkan Menurut Psikologi

  1. Memaafkan: Lepaskan rasa dendam dan amarah untuk mencapai kedamaian batin. Tips: Tuliskan perasaan Anda, kemudian bakar kertas tersebut sebagai simbol pelepasan.
  2. Menerima Ketidaknyamanan: Terima situasi yang tidak nyaman dengan lapang dada. Tips: Fokus pada hal-hal positif yang masih Anda miliki.
  3. Menghindari Ekspektasi Berlebihan: Fokus pada kebaikan itu sendiri, bukan pada hasilnya. Tips: Berbuat baik tanpa mengharapkan balasan.
  4. Melihat dari Berbagai Sudut Pandang: Kurangi prasangka negatif dengan memahami perspektif orang lain. Tips: Bayangkan diri Anda berada di posisi mereka.
  5. Bersabar dan Bersyukur: Kesabaran dan syukur membantu menghadapi kesulitan. Tips: Bersyukur atas apa yang Anda miliki dan berdoa untuk kesabaran.
  6. Menghadirkan Kebesaran Allah (Dimensi Transendensi): Serahkan segala sesuatu kepada Allah SWT. Tips: Berdoa dan memohon pertolongan kepada-Nya.
  7. Berdoa untuk Keikhlasan: Berdoa memohon keikhlasan kepada Allah SWT. Tips: Berdoa dengan khusyuk dan tulus.
  8. Keterpaksaan (dalam kebaikan): Memaksa diri berbuat baik menumbuhkan kebiasaan baik. Tips: Mulailah dengan hal-hal kecil dan konsisten.
  9. Fokus pada Kebaikan: Berfokus pada niat baik dan kebaikan yang ingin dicapai. Tips: Ingatlah niat baik Anda ketika merasa ragu.

Pahala bagi pemberi maaf sangat besar, dan keikhlasan dapat dicapai melalui pendekatan spiritual dan psikologis. Kedua aspek ini saling melengkapi dalam mencapai kedamaian batin dan kehidupan yang lebih bermakna. Perjalanan menuju keikhlasan adalah proses berkelanjutan yang membutuhkan komitmen dan usaha konsisten.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya