Persahabatan Lilie Wijayati dan Elsa Laksono, 2 Pendaki Meninggal di Cartensz yang Klop Sejak SMP

Kisah Lilie Wijayati dan Elsa Laksono yang meninggal dunia di puncak Cartensz saat pendakian masih meninggalkan duka di kalangan pendaki gunung. Rupanya keduanya merupakan sahabat yang sudah mencintai alam sejak masa remaja dan tetap klop hingga akhir hayat.

oleh Nurul Diva Diperbarui 03 Mar 2025, 10:45 WIB
Diterbitkan 03 Mar 2025, 10:45 WIB
Persahabatan Lilie Wijayati dan Elsa Laksono/Instagram Mamak Pendaki
Persahabatan Lilie Wijayati dan Elsa Laksono... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Persahabatan yang terjalin sejak bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP) antara Lilie Wijayati dan Elsa Laksono berakhir tragis di Puncak Carstensz, Papua. Kedua pendaki berusia 60 tahun ini ditemukan meninggal dunia akibat hipotermia saat menjalankan ekspedisi petualangan di puncak tertinggi di Indonesia tersebut. Kisah mereka tidak hanya mencerminkan ketangguhan, tetapi juga ikatan pertemanan yang mampu bertahan selama puluhan tahun.​

Perjalanan mereka menuju Puncak Carstensz bukanlah sekadar pendakian biasa. Bagi Lilie dan Elsa, ini adalah puncak terakhir dalam misi mereka menaklukkan tujuh puncak tertinggi di Indonesia. Sayangnya, cuaca ekstrem dan kondisi alam yang menantang menjadi ujian terakhir bagi kedua sahabat ini.​

Tragedi tersebut tidak hanya meninggalkan duka mendalam bagi keluarga dan kerabat, tetapi juga komunitas pendaki di Indonesia. Kisah persahabatan dan dedikasi mereka dalam dunia pendakian menjadi inspirasi bagi banyak orang, meskipun harus berakhir di tengah meraih mimpinya terhadap alam. Berikut perjalanan kedua penakluk gunung sejati itu, dirangkum Liputan6, Senin (3/3).

Awal Persahabatan Lilie dan Elsa Sejak SMP

Pendaki Lilie Wijayati Poegiono.
Pendaki Lilie Wijayati Poegiono. (Foto sebelah kiri, sumber: X @andreasharsono).... Selengkapnya

Sebelum gugur saat melakukan pendakian, Lilie Wijayati sempat menceritakan kisahnya yang hobi dalam dunia pendakian gunung. Ia kemudian turut menuliskan persahabatannya dengan Elsa Laksono di akun media sosial @mamakpendaki yang memiliki kesamaan hobi. Menurut Lilie, persahabatannya dengan Elsa bermula dari keduanya yang berasal dari sekolah yang sama di salah satu SMP, Malang, Jawa Timur.

Pertemanan mereka kemudian berlanjut hingga SMA, di mana keduanya mulai mengenal dunia pendakian. Gunung Bromo menjadi saksi tangguhnya dua perempuan yang saat itu berusia 18 tahun dan mulai menyukai alam. Meski sempat terputus lama karena kesibukan akan karier masing-masing, keduanya kembali bersatu berkat munculnya media sosial.

"Pertemanan Mamak Pendaki dan Mamak Gigi dimulai sejak bangku SMP, dan berlanjut ke SMA dan mulailah kami mendaki bersama. Persahabatan kami terputus tanpa kabar berita, aku melanjutkan kuliah dan karir di Telkom, dan Elsa melanjutkan kuliah kedokteran Gigi di Jakarta. Karena itulah dia dinamai Mamak Gigi. Komunikasi terbatas, dan hubungan terputus. Dan ketika Sosmed mulai marak, bertemulah kami dan teman-teman lainnya," tulis almarhumah Lilie Wijayati pada postingannya 8 November 2024 lalu.

 

Kembalinya Dua Sahabat ke Dunia Pendakian

Setelah bertahun-tahun terpisah, Lilie dan Elsa kembali bersatu melalui media sosial. Pada ulang tahun Elsa yang ke-50, ia mengungkapkan keinginannya untuk mendaki Gunung Semeru sebagai hadiah. Meskipun pendakian tersebut penuh tantangan dan tidak mencapai puncak, pengalaman itu membangkitkan kembali semangat mereka.

Dari perjalanan yang penuh drama dan perjuangan di Semeru, keduanya bersama seorang teman membentuk grup pendakian bernama "Kura-Kura Gunung". Grup ini terus berkembang dan aktif mendaki berbagai gunung di dalam dan luar negeri. Mereka mulai mengembangkan kebiasaan untuk menjelajahi alam sebagai bentuk kebersamaan dan tantangan pribadi.

Alam menjadi tempat bermain bagi Lilie dan Elsa. Mereka sering menggambarkan momen-momen mendaki sebagai tarian di antara bebatuan dan pepohonan. Meskipun mereka bercanda bahwa mereka bukan "Dancing Queen", mereka adalah "Hiking Queen" yang menikmati setiap langkah di gunung.

"Percaya atau tidak, Mak Gigi inilah biang kerok kami mendaki lagi. Saat itu dia berulang tahun ke 50, dan ketika ditanya mau hadiah apa? Jawabannya adalah hiking ke Gunung Semeru. Jadilah kami bersusah payah penuh drama mendaki gunung Semeru dan gagal," katanya

Misi Menaklukkan Tujuh Puncak Tertinggi Indonesia

Lilie dan Elsa memiliki impian besar untuk menaklukkan tujuh puncak tertinggi di Indonesia, dikenal sebagai "Seven Summits Indonesia". Misi ini membawa mereka ke berbagai gunung tertinggi di Nusantara, dari Jawa hingga Papua.

Mereka berhasil mencapai puncak Gunung Semeru, Rinjani, Kerinci, Bukit Raya, Latimojong, dan Binaiya. Setiap pendakian memiliki tantangannya masing-masing, tetapi mereka tidak pernah menyerah untuk melanjutkan perjalanan demi memenuhi impian mereka.

Puncak Carstensz di Papua menjadi target terakhir mereka dalam misi ini. Dengan semangat dan persiapan matang, mereka memulai ekspedisi menuju puncak tertinggi di Indonesia ini. Namun, perjalanan ini menjadi yang terakhir bagi kedua sahabat tersebut.

"Dari situlah kami berdua dan seorang teman membentuk grup Kura-Kura Gunung dan beranak pinak sampai sekarang. Mendaki puluhan gunung di dalam dan beberapa di luar negeri. Alam adalah playground kami. Entah mengapa kalau di alam kami bisa bergembira seperti menari-nari di trek, lupa semua masalah. Dan itulah kami, kami ga bisa menari, menarinya jelek karena bukan Dancing Queen tapi kami adalah Hiking Queen. Gunung adalah kerajaan kami……Kali ini kami mendaki di kerajaan kami Gunung Slamet via Guci Permadi. Perjalanan kami dikemas dengan apik oleh mas Aerul dari @mount_slamet_3428mdpl. Disclaimer: Hiking Queennya kidding ya gaes, mohon maaf kalau ada Hiking Queen yang bertahta, hahaha" katanya lagi.

Kisah Lilie dan Elsa yang Menginspirasi

Kisah Lilie dan Elsa meninggalkan jejak inspiratif bagi komunitas pendaki dan masyarakat luas. Dedikasi mereka dalam mengejar impian, meski di usia yang tidak lagi muda, menunjukkan bahwa semangat dan persahabatan sejati dapat mengatasi berbagai rintangan.

Meskipun perjalanan mereka berakhir tragis, keberanian dan keteguhan hati mereka akan terus dikenang sebagai teladan bagi generasi mendatang. Lilie dan Elsa bukan hanya sekadar pendaki, tetapi simbol dari keteguhan, kegigihan, dan persahabatan yang tidak tergantikan.

Tragedi yang mereka alami menjadi pengingat bagi para pendaki akan pentingnya persiapan, perlengkapan, dan kesadaran terhadap kondisi alam yang ekstrem. Perjalanan mereka boleh berakhir, tetapi inspirasi yang mereka tinggalkan akan selalu hidup di hati para pecinta alam.

 

Kronologi Tragedi di Puncak Carstensz

Pada akhir Februari 2025, Lilie dan Elsa bergabung dalam tim ekspedisi yang terdiri dari sepuluh pendaki, termasuk musisi Fiersa Besari, serta lima pemandu profesional. Mereka memulai perjalanan dengan helikopter menuju Lembah Kuning sebelum melanjutkan pendakian dengan berjalan kaki.

Setelah mencapai puncak pada 28 Februari 2025, cuaca buruk melanda saat perjalanan turun. Kondisi ekstrem tersebut menyebabkan Lilie dan Elsa mengalami hipotermia, yang akhirnya merenggut nyawa mereka pada 1 Maret 2025. Suhu dingin yang menusuk, ditambah dengan kelelahan ekstrem, membuat tubuh mereka tidak mampu bertahan.

Kondisi semakin memburuk, dan meskipun tim ekspedisi mencoba memberikan pertolongan, nyawa mereka tidak tertolong. Jenazah keduanya akhirnya dievakuasi pada 2 Maret 2025 menggunakan helikopter menuju Timika, sebelum dipulangkan ke keluarga masing-masing. Kabar meninggalnya Lilie Wijayati dan Elsa Laksono sebelumnya disampaikan oleh jurnalis Andreas Harsono yang merupakan rekannya. 

"Lilie Wijayati dan Elsa Laksono, keduanya berumur 60 tahun, meninggal dunia karena kedinginan di Puncak Cartens, dekat Timika, Papua. Lilie perancang busana di Bandung, Elsa dokter gigi di Jakarta. Mereka alumni SMA Dempo Malang tahun 1984," tulis Andreas.

Pertanyaan dan Jawaban Seputar Tragedi Lilie dan Elsa

1. Apa penyebab meninggalnya Lilie Wijayati dan Elsa Laksono?

Mereka meninggal akibat hipotermia saat turun dari Puncak Carstensz dalam kondisi cuaca ekstrem.

2. Berapa usia Lilie Wijayati dan Elsa Laksono saat meninggal?

Keduanya berusia 60 tahun saat melakukan pendakian terakhir mereka.

3. Apa saja puncak yang telah didaki oleh Lilie dan Elsa?

Mereka telah mendaki Gunung Semeru, Rinjani, Kerinci, Bukit Raya, Latimojong, dan Binaiya sebelum mencoba Carstensz.

4. Siapa saja anggota tim ekspedisi yang ikut dalam pendakian ini?

Tim terdiri dari 10 pendaki, termasuk Fiersa Besari, serta lima pemandu profesional.

5. Bagaimana proses evakuasi jenazah Lilie dan Elsa?

Jenazah dievakuasi dari Lembah Kuning ke Timika menggunakan helikopter sebelum dipulangkan ke keluarga mereka.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya