Niat Zakat Fitrah untuk Suami dan Keluarga Lainnya, Pahami Hukumnya

Liputan6.com, Jakarta Zakat fitrah merupakan kewajiban bagi setiap Muslim, baik yang sudah dewasa maupun anak-anak, kaya ataupun kurang mampu. Dalam sebuah keluarga, kewajiban ini umumnya ditanggung oleh kepala keluarga, yaitu suami, yang berkewajiban membayarkan zakat fitrah untuk dirinya sendiri serta untuk istri dan anak-anaknya.

Namun, bagaimana jika seorang istri ingin membayarkan zakat fitrah atas nama suaminya? Dalam Islam, zakat fitrah memang dapat diwakilkan oleh orang lain, termasuk istri yang ingin membayarkan zakat fitrah suaminya. Akan tetapi, dalam pelaksanaannya, niat zakat fitrah yang dilafalkan harus disesuaikan agar sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Berikut ulasan lebih lanjut tentang niat zakat fitrah untuk suami, dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Senin (24/3/2025).

نَوَيْتُ أَنْ أُخْرِجَ زَكَاةَ الْفِطْرِ عَنْ زَوْجِي فَرْضًا لِلَّهِ تَعَالَى

Nawaytu an uḫrij zakātat al-fiṭr 'an zawji farḍan lillāhi ta'ālā.

Artinya: Aku niat mengeluarkan zakat fitrah untuk suamiku, fardu karena Allah Ta'ala.

Niat Zakat Fitrah untuk Istri

نَوَيْتُ أَنْ أُخْرِجَ زَكَاةَ الْفِطْرِ عَنْ زَوْجَتِي فَرْضًا لِلَّهِ تَعَالَى.

Nawaytu an uḫrij zakātat al-fiṭr 'an zawjati farḍan lillāhi ta'ālā.

Artinya:Aku niat mengeluarkan zakat fitrah untuk istriku, fardu karena Allah Ta'ala.

Niat Zakat Fitrah untuk Anak Laki-laki

نَوَيْتُ أَنْ أُخْرِجَ زَكَاةَ الْفِطْرِ عَنْ وَلَدِي ... فَرْضًا لِلَّهِ تَعَالَى.

Nawaytu an uḫrij zakātat al-fiṭr 'an waladī ... farḍan lillāhi ta'ālā.

Artinya: Aku niat mengeluarkan zakat fitrah untuk anak laki-lakiku.... (sebutkan nama), fardu karena Allah Ta'ala.

Niat Zakat Fitrah untuk Anak Perempuan

نَوَيْتُ أَنْ أُخْرِجَ زَكَاةَ الْفِطْرِ عَنْ بِنْتِي ... فَرْضًا لِلَّهِ تَعَالَى.

Nawaytu an uḫrij zakātat al-fiṭr 'an bintī ... farḍan lillāhi ta'ālā.

Artinya: Aku niat mengeluarkan zakat fitrah untuk anak perempuanku.... (sebutkan nama), fardu karena Allah Ta'ala.

Niat Zakat Fitrah untuk Keluarga

نَوَيْتُ أَنْ أُخْرِجَ زَكَاةَ الْفِطْرِ عَنِّي وَعَنْ جَمِيعِ مَا يَلْزَمُنِي نَفَقَاتُهُمْ شَرْعًا فَرْضًا لِلَّهِ تَعَالَى.

Nawaytu an uḫrij zakātat al-fiṭr 'annī wa 'an jamī'i mā yalzamunī nafaqātuhum šar'an farḍan lillāhi ta'ālā.

Artinya:Aku niat mengeluarkan zakat fitrah untuk diriku dan seluruh orang yang nafkahnya menjadi tanggunganku, fardu karena Allah Ta'ala.

Niat Zakat Fitrah untuk Diri Sendiri

نَوَيْتُ أَنْ أُخْرِجَ زَكَاةَ الْفِطْرِ عَنْ نَفْسِي فَرْضًا لِلَّهِ تَعَالَى.

Nawaytu an uḫrij zakātat al-fiṭr 'an nafsi farḍan lillāhi ta'ālā.

Artinya: Aku niat mengeluarkan zakat fitrah untuk diriku sendiri, fardu karena Allah Ta'ala.

Niat Zakat Fitrah untuk Mewakili Orang Lain

نَوَيْتُ أَنْ أُخْرِجَ زَكَاةَ الْفِطْرِ عَنْ (.....) فَرْضًا لِلَّهِ تَعَالَى

Nawaytu an uḫrij zakātat al-fiṭr 'an (...) farḍan lillāhi ta'ālā.

Artinya: Aku niat mengeluarkan zakat fitrah untuk... (sebutkan nama spesifik), fardu karena Allah Ta'ala.

Dalam Islam, kewajiban zakat fitrah dikenakan kepada setiap individu Muslim, termasuk yang sudah berkeluarga. Secara hukum, tanggung jawab pembayaran zakat fitrah bagi keluarga berada di pundak kepala keluarga, yakni suami. Suami berkewajiban menunaikan zakat fitrah untuk dirinya sendiri, istri, dan anak-anaknya. Namun, bagaimana jika istri yang membayarkan zakat fitrah suami?

Secara umum, Islam memperbolehkan seseorang membayarkan zakat atas nama orang lain dengan syarat niatnya harus sesuai. Dalam kasus istri yang membayarkan zakat fitrah suami, tindakan ini sah selama suami memberikan izin dan niatnya tetap ditujukan untuk suami.

Dalam sebuah riwayat, terdapat kisah yang menunjukkan kebolehan seorang istri memberikan sedekah kepada suaminya. Imam Nawawi dalam Riyadhus Shalihin meriwayatkan kisah Zainab Ats-Tsaqafiyah, istri Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu 'anhu. Zainab bertanya kepada Rasulullah SAW apakah ia boleh memberikan sedekah kepada suaminya yang kurang mampu. Rasulullah SAW menjawab bahwa sedekah yang diberikan kepada suami akan mendapatkan dua pahala: pahala sedekah dan pahala membantu kerabat.

Hadis ini menunjukkan bahwa seorang istri boleh membantu suaminya secara finansial, termasuk dalam hal pembayaran zakat fitrah. Namun, perlu diperhatikan bahwa dalam konteks zakat fitrah, suami tetap memiliki kewajiban utama, dan istri hanya bertindak sebagai wakil yang membayarkannya.

Jika seorang suami termasuk dalam golongan yang berhak menerima zakat, seperti fakir atau miskin sebagaimana dijelaskan dalam QS At-Taubah: 60, maka ia dapat menerima zakat dari siapa pun, termasuk istrinya. Ayat tersebut menyebutkan bahwa zakat diperuntukkan bagi delapan golongan penerima, termasuk fakir dan miskin.

Namun, ada syarat penting yang harus diperhatikan:

1. Suami benar-benar termasuk dalam kategori mustahik (orang yang berhak menerima zakat). Jika suami masih mampu menafkahi dirinya sendiri, maka tidak sah baginya menerima zakat dari istri.
2. Zakat tidak boleh diberikan kepada seseorang yang nafkahnya menjadi tanggungan muzakki. Sebagian ulama berpendapat bahwa seorang istri tidak boleh memberikan zakat kepada suami karena suami memiliki kewajiban menafkahi istri. Namun, jika suami memang dalam kondisi tidak mampu, zakat dari istri bisa diberikan sebagai bentuk bantuan.

Dalam kitab Al-Fiqhul Manhaji ‘ala Madzhabil Imamis Syafi’i disebutkan bahwa seorang muzakki boleh menyalurkan zakatnya kepada kerabat yang tidak wajib ia nafkahi, seperti saudara kandung, paman, atau bibi. Oleh karena itu, dalam kondisi tertentu, istri boleh memberikan zakat kepada suaminya jika suami memenuhi kriteria sebagai mustahik zakat.