Liputan6.com, Jakarta Sekelompok ilmuwan dari Universitas Cambridge mengungkap penemuan mencengangkan yang bisa mengubah pandangan manusia tentang kehidupan di luar angkasa.
Pada hari Jumat lalu, mereka mengumumkan bahwa Teleskop Luar Angkasa James Webb (JWST) berhasil mendeteksi kemungkinan adanya kehidupan di planet lain selain Bumi, berdasarkan hasil analisis atmosfer dari planet bernama K2-18b.
Advertisement
Baca Juga
Penemuan ini bermula dari cahaya yang dipantulkan oleh planet tersebut, yang kemudian dianalisis secara rinci oleh JWST. Hasil analisis atmosfer mengungkap keberadaan dua molekul penting: dimetil sulfida (DMS) dan dimetil disulfida (DMDS).
Di Bumi, DMS dikenal sebagai senyawa yang hanya dihasilkan oleh makhluk hidup, khususnya fitoplankton di laut, menjadikannya petunjuk kuat atas kemungkinan adanya kehidupan biologis di luar sana.
Planet K2-18b sendiri memiliki ukuran sekitar 2,5 kali lipat dari Bumi dan berada pada jarak sekitar 124 tahun cahaya dari tata surya kita, atau sekitar 1.178 triliun kilometer. Walaupun ditemukan indikasi kehidupan, jaraknya yang sangat jauh membuat misi ke planet ini masih mustahil dilakukan dengan teknologi saat ini.
Berikut ulasan lengkapnya yang dilansir Liputan6.com dari Siakap Keli, Senin (21/4/2025).
Dua Tahun Penelitian: Ilmuwan Pastikan Hasil Bukan Kesalahan Analisis
Proses untuk sampai pada kesimpulan tersebut tidaklah instan. Para ilmuwan membutuhkan waktu dua tahun penuh untuk memastikan bahwa sinyal DMS dan DMDS yang terdeteksi benar-benar berasal dari planet K2-18b dan bukan kesalahan instrumen atau gangguan lain dari luar angkasa.
Analisis lanjutan dilakukan untuk memperkuat temuan awal tersebut. Setiap tahapnya harus melalui validasi ketat dan pengujian ulang untuk memastikan tidak ada kesalahan pengukuran atau interpretasi.
Penemuan ini juga akan melalui proses peninjauan oleh komunitas ilmiah global untuk mendapatkan pengakuan resmi.
Meski demikian, temuan ini sudah cukup kuat untuk mendukung teori bahwa alam semesta tidak hanya menyimpan planet-planet kosong, tetapi juga planet yang memiliki potensi mendukung kehidupan.
Hal ini menambah panjang daftar kandidat planet yang patut dieksplorasi lebih jauh di masa depan.
Advertisement
Planet Baru Proxima: Dekat dengan Bumi, Tapi Tak Layak Huni
Sementara K2-18b menghadirkan harapan baru, ilmuwan juga baru-baru ini mengumumkan penemuan planet lain yang lebih dekat ke Bumi, dalam sistem bintang Proxima Centauri—bintang terdekat dari Matahari.
Planet ini merupakan planet ketiga yang ditemukan dalam sistem tersebut dan dikenal sebagai Proxima, serta menjadi planet paling ringan yang pernah terdeteksi, dengan massa hanya seperempat dari Bumi.
Meskipun lokasinya lebih dekat, planet ini ternyata memiliki tantangan tersendiri. Orbitnya terlalu dekat dengan bintangnya, sehingga ia menerima radiasi tinggi dan tidak mampu menahan cukup air di permukaannya.
Bahkan, satu tahun di planet ini hanya berlangsung selama lima hari di Bumi—terlalu singkat untuk mendukung stabilitas iklim yang dibutuhkan bagi kehidupan.
Temuan ini mengingatkan kita bahwa jarak bukan satu-satunya faktor yang menentukan kelayakan huni sebuah planet. Keseimbangan orbit, suhu permukaan, dan komposisi atmosfer menjadi bagian penting dari teka-teki besar dalam mencari "rumah kedua" bagi umat manusia di luar sana.
