Liputan6.com, Jakarta - Hingga saat ini capres PDIP Joko Widodo alias Jokowi belum memiliki cawapres. Ketua Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (SBSI) Muchtar Pakpahan menyarankan agar Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok bersedia kembali berduet dengan Jokowi di kancah nasional.
"Buruh butuh Ahok bersama Jokowi di Istana," jelas Muchtar di Jakarta, Minggu (30/3/2014).
Menurut Muchtar, masyarakat tak perlu pusing bila DKI Jakarta ditinggal Ahok. Sebab, dengan naiknya pasangan itu ke kursi RI 1 dan RI 2, justru dapat membantu menyelesaikan berbagai masalah Ibukota lebih cepat.
"Kan mereka tahu masalah-masalah di sini (Jakarta). Kalau diteruskan, malah DKI juga cepat selesai masalah-masalahnya. Kan selama ini dibilangnya kendala di pusat, kalau naik ke pusat lebih cepat dong," tegas Muchtar.
Pria yang juga menjadi salah seorang pendiri Barisan Relawan Jokowi for Presiden (Bara JP) ini juga meminta, agar Partai Gerindra --sebagai partai yang menaungi Ahok-- tak melarang bila PDIP punya cukup suara untuk mengusung cawapres sendiri.
"Kalau PDIP punya persentase cukup, ya terserah Ahok. Gerindra nggak bisa larang, kalau dipecat ya nggak apa-apa," ujar Muchtar.
Bila duet itu terwujud, Muchtar yakin, aksi blusukan Jokowi dan gaya koboi Ahok akan kembali terlihat. "Blusukan dengar aspirasi dan Ahok yang urusan di dalamnya untuk menata," ujarnya.
Bila Ahok menolak, Muchtar menyarankan, agar Jokowi berpasangan dengan Mahfud MD. Mahfud dinilai pantas, karena telah memiliki pengalaman menjabat sebagai mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK). Modal tersebut berguna untuk penegakkan hukum.
"Mahfud MD, saya pilih dia karena saya kenal semasa Gus Dur, saya lihat komitmennya tak beda jauh dari Gus Dur. Sebagai wakil, perlu dikawal sudut penegakan hukum, karena law enforcement (penegakan hukum) kita amburadul, dari polisi, pengadilan, sampai penjara," pungkas Muchtar.
(Shinta Sinaga)
Baca juga:
Advertisement
Pengamat: Jokowi Nyapres Buka Peluang Pilkada DKI 2015
Tanpa Sosok Ahok, Sukses Pilkada Jokowi Terulang Saat Pilpres?