Liputan6.com, Jakarta - Mitos calon presiden (capres) Indonesia mesti mendapat restu dari Amerika Serikat (AS) hampir dipercaya masyarakat Indonesia. Namun, mantan Dubes RI untuk Amerika yang juga peserta konvensi capres dari Partai Demokrat, Dino Patti Djalal membenarkan mitos itu pernah jadi kenyataan.
"Mitos itu tidak benar," ujar Dino dalam bicang-bincang di Redaksi Liputan6.com, di Gedung SCTV Tower, Senayan, Rabu (2/4/2014).
"Yang jelas, ada yang berpikiran itu. Celetukan Indonesia seperti itu. Mungkin ini disulut waktu krismon (krisis moneter) 1998 waktu itu," jelas Dino.
Menurut Dino, waktu itu memang ada pergantian pemerintahan yang ketika itu didukung oleh AS. "Waktu itu memang ada unsur itu. Tapi sekarang ini Amerika sudah sangat netral. Ini kan masalah kedaulatan kita," ungkapnya.
Ia menuturkan, bahwa pada pemilu 1999 memang Indonesia sangat dimonitor dunia internasional. "Karena tingkat kepercayaannya masih rendah. Orang bilang ini benar nggak pemilunya?" ucap Dino.
Wajar, lanjutnya, karena itu merupakan pemilu pertama dari negara demokrasi yang mengalami transisi. Jadi selalu mendapat perhatian besar dari dunia Internasional. "Banyak international observers datang mengawasi pemilu kita," ujar dia.
"Setelah itu pada 2004 nggak lagi. Sangat berkurang. 2009 apa lagi. Saya yakin 2014, dunia internasional sudah menyatakan: ini kan urusan dalam negeri Indonesia tak perlu ada observers," bebernya.
Menurut pria kelahiran tahun 1966 itu, masalah kedaultan bangsa, tidak boleh ada campur tangan negara yang lain atau intervensi. "Mereka harus menghormati dan mengakui apapun yang diputuskan Indonesia secara demokratis," urainya.
Ditanya bagaimana jika mitos itu berlaku padanya, Dino pun tersenyum. "Saya percaya dunia internasional nyaman dan positif melihat saya," pungkas Dino. (Raden Trimutia Hatta)
Baca Juga: