Relawan Prabowo Mengaku Ditembak Polisi di MK dari Jarak Dekat

Penembakan tersebut dialami salah seorang relawan dari Gardu Prabowo, Jimmy.

oleh Ahmad Romadoni diperbarui 27 Agu 2014, 14:57 WIB
Diterbitkan 27 Agu 2014, 14:57 WIB
Rusuh massa Prabowo-Hatta
Rusuh massa Prabowo-Hatta (Reuters)

Liputan6.com, Jakarta - Aksi ribuan relawan pendukung Prabowo-Hatta di kawasan Patung Kuda, Jalan Medan Merdeka Barat, saat keputusan Mahkamah Konstutusi berakhir ricuh. Salah satu relawan mengaku ditembak polisi dalam insiden itu.

Penembakan tersebut dialami salah seorang relawan dari Gardu Prabowo, Jimmy. Kala itu dirinya berada di atas mobil komando bersama beberapa orang lainnya.

Sekitar pukul 14.00 WIB saat kondisi mulai memanas, dirinya menyaksikan petugas kepolisian ngeluarkan rotan dan memancing amarah massa.

"Dia keluar bawa rotan lalu bilang, 'ayo sini maju kalian'. Saya lihat sendiri," kata Jimmy di Rumah Polonia, Jakarta, Rabu (27/8/2014).

Setelah itu, ada beberapa massa pendukung Prabowo yang terpancing. Tapi langsung dibawa kebelakang barisan dan diamankan satgas intenal mereka.

Jimmy sempat menegur polisi yang mulai melakukan tindaka provokatif. Tapi, yang didapat justru tembakan peluru karet dari polisi.

"Nggak lama, tameng itu terbuka dan ada satu polisi membidik ke arah saya. Jaraknya sekitar 7 meter. Saya langsung kena di bagian bibir kiri," ungkap Jimmy.

Tak lama kemudian, tembakan gas air mata bertubi-tubi dilepaskan kepolisian. Mobil komando yang dinaikinya sontak mundur untuk mencari posisi aman. Saat itulah dirinya terjatuh dari atas mobil komando.

"Saya jatuh lalu berusaha lari ke arah Gedung ESDM. Di situ saya diminta masuk lobi gedung. Tapi, polisi datang dari luar dan mengejar saya. Saya lari sampai basement. Begitu niatnya mereka mengejar," papar Jimmy.

Akibat peristiwa itu, kaki Jimmy mengalami luka. Dirinya terpaksa harus dibantu tongkat saat berjalan.

Selain Jimmy, Roni juga mengalami hal serupa. Roni ditembak dengan peluru karet di bagian tangan kiri hingga bengkak. Dirinya mengaku saat itu berusaha melindungi seorang wanita yang juga ada di atas mobil komando.

"Mereka bidik saya, saya lihat ada ibu di belakang saya lalu saya tangkis dengan tangan saya. Ini masih bengkak," aku Roni.

Senasib dengan Jimmy, Roni pun jatuh di bagian belakang mobil. Saat mobil menuju Jalan Medan Merdeka Timur dirinya langsung bergelantungan di bagian belakang mobil lalu pindah ke bagian samping dengan kondisi sudah menghirup gas air mata sebanyak 3 kali.

"Satu jam setelah itu, saya dipinjami selendang dan balut tangan kiri saya. Lalu saya maju lagi ke depan untuk kembali berorasi," tegas Roni.

Jimmy pun menuntut Komnas HAM memanggil Kapolri Jenderal Sutarman untuk menjelaskan semuanya. "Sutarman jangan bikin statement tidak pakai peluru karet, bohong itu. Kita tidak takut mati sekarang. Polisi bilang mengurusi pengobatan, omong kosong," tegas Jimmy.

Kapolri Bantah

Sementara itu, Kapolri Jenderal Polisi Sutarman memastikan tak ada yang terluka karena tembakan peluru karet. "Saya tegaskan Polri baru melakukan step sampai penembakan gas air mata. Tembakan peluru karet tidak ada, saya tegaskan tidak ada," ujar Sutarman di Gedung Kemenkopolhukam, Jakarta, Jumat 22 Agustus lalu.

Tindakan pencegahan yang dilakukan oleh Polri baru sekadar menembakan gas air mata dan tembakan water cannon. Tembakan air itu sampai digunakan karena massa memaksa masuk dengan menggunakan mobil unimog.

Selain itu, Sutarman menjelaskan tidak hanya pihak demonstran yang jadi korban, pihak Polri pun juga ada yang menjadi korban. "Jumlah luka kemarin ada 46 massa luka ringan karena gas air mata, jumlah tersebut 39 sudah kembali. Tadi malam kembali 4, sisa 3 orang di RSPAD Gatot Subroto," terangnya.

3 Korban yang masih dirawat, 1 orang berasal dari demonstran dan 2 dari pihak Polri, yaitu 1 anggota Brimob dan 1 anggota Provost. "Pengobatan kita siap bantu mereka kalau diperlukan," tegas Sutarman.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya