Kepala Lapan: Penentuan Lebaran 1 Syawal 1436 H Mungkin Serentak

Mengenai penetapan 1 Syawal 1436 H, Thomas mengungkapkan, posisi bulan di Indonesia pada Magrib 16 Juli 2015 secara umum terlalu rendah.

oleh Liputan6 diperbarui 16 Jul 2015, 16:38 WIB
Diterbitkan 16 Jul 2015, 16:38 WIB
Petugas menggunakan teropong untuk melihat posisi bulan saat dilakukan rukyatul hilal untuk menentukan 1 Ramadhan 1430 Hijriyah, di Pantai Ambat, Pamekasan, Madura, Jatim, Kamis (20/8). (Antara)

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian agama sore ini akan menggelar sidang isbat untuk menentukan 1 Syawal 1436 Hijriah. Sebelum sidang, terlebih dulu dilakukan rukyatul hilal (melihat bulan).

Kepala Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (Lapan), Thomas Djamaluddin, mengatakan, pengamatan hilal sering terkendala. Tidak melulu masalah cuaca, tapi cahaya yang sangat tipis juga menjadi ganjalan dalam pengamatan hilal untuk menentukan 1 Syawal 1436 H.

Kondisi ini, lanjut Thomas, menyebabkan hilal yang terlalu rendah atau terlalu dekat dengan matahari sulit diamati karena kalah terang.

"Masalah utama rukyat atau pengamatan hilal selain cuaca adalah masalah kontras cahaya hilal yang sangat tipis dan redup dengan cahaya senja. Hilal yang terlalu rendah atau terlalu dekat dengan matahari, sulit teramati karena kalah terang," ujar Thomas kepada Antara di Jakarta, Kamis (16/7/2015).

Menurut dia, selama ini para pengamat hilal menggunakan teleskop yang berpandu dengan komputer dan dilengkapi kamera digital untuk memperjelas hilal.

"Teleskop yang berpandu komputer dan dilengkapi kamera digital serta sistem olah citra sudah banyak digunakan oleh para pengamat hilal," ungkap Thomas.

Namun, alat ini tidak bisa meningkatkan kontras, sedangkan penggunaan filter untuk meningkatkan kontras cahaya terkendala, karena ada kemiripan pancaran cahaya hilal dan cahaya senja.

Mengenai penetapan 1 Syawal 1436 H, Thomas mengungkapkan, posisi bulan di Indonesia pada Magrib 16 Juli 2015 secara umum terlalu rendah sehingga hilal kalah terang dari cahaya senja.

"Tingginya kurang dari 3 derajat dan terlalu dekat matahari dengan jarak bulan-matahari kurang dari 6 derajat dengan umur 9,5 jam. Posisi itu menyebabkan hilal kalah terang dari cahaya syafak (cahaya senja)," ungkap dia.

Keadaan ini memunculkan dua kemungkinan. Pertama, ada saksi yang melihat dan bersedia disumpah. Secara astronomi kesaksian ini ditolak, namun secara syar'i mungkin sidang menerimanya.

"Bila disepakati dalam sidang, Menteri Agama akan memutuskan 1 Syawal 1436 H jatuh pada Jumat 17 Juli 2015," kata Thomas.

Kemungkinan kedua, tidak ada kesaksian hilal atau jika kesaksian ditolak. Bila hal ini terjadi, Menteri Agama akan memutuskan 1 Syawal 1436 H jatuh pada Sabtu 18 Juli 2015.

Thomas menambahkan, penentuan 1 Syawal 1436 H saat ini baik oleh LAPAN, PBNU, Muhammadiyah kemungkinan akan seragam, karena masing-masing sudah menggunakan software astronomi yang sama. (Sun/Mut)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya