Liputan6.com, Mekah - Bagi dua saudara dari Kota Bradford, Inggris, haji adalah impian seumur hidup mereka. Tatkala ayah mereka akhirnya membawa keduanya berhaji, puji syukur impian mereka jadi kenyataan.
Namun, tidak semua mimpi berakhir indah. Adakalanya, mimpi justru membawa tragedi dan mengubah hidup mereka selamanya.
Baca Juga
Bagi Marya Tabassum, haji adalah hadiah yang dijanjikan sang ayah setelah ia lulus dari perguruan tinggi awal tahun ini. Dia dan adiknya, Muhammad Haroon Akhtar, tiba di Mekah dengan ayah mereka pada 10 September, kurang dari dua minggu menjelang ibadah haji.
Advertisement
Apa yang terjadi hari berikutnya akan menguji iman mereka dengan cara-cara yang pernah mereka bayangkan. Marya mengatakan itu seperti "adegan dari film horor." Sementara Mohammed mengatakan bahwa apa pun bisa terjadi.
Badai yang begitu derasnya melanda Mekah pada Jumat 11 September, menderu begitu kencang hingga menjatuhkan crane besar yang menabrak dinding Masjidil Haram. Insiden itu menewaskan 111 orang dan melukai hampir 400, seperti dikutip dari USNews.com
Crane tersebut menembus atap masjid, membawa serta lembaran beton bertulang dan meninggalkan tubuh tergeletak di tengah genangan darah di lantai masjid. Teriakan "Astaghfirullah" dan "Allahu Akbar" serta teriakan panik lain bersahut-sahutan.
Marya dan Muhammad, yang pergi ke Masjidil Haram dengan ayah mereka, berada di tengah-tengah kekacauan. Mereka terluka tapi selamat. Ayah mereka, yang keberadaannya tidak diketahui selama beberapa hari, dipastikan meninggal.
Mereka mengelilingi Kabah hari itu. Marya meminta ayahnya jika mereka bisa lebih dekat, cukup dekat untuk menyentuhnya. Sang ayah setuju.
"Segera setelah kami membuat niat, seolah-olah Tuhan membuat jalan bagi kita untuk pergi langsung ke Kabah," katanya. "Kami berjalan lurus melalui kerumunan...menyentuh dinding dan kami hanya tinggal di sana...mencium Kabah, menangis."
Mereka mengitari Kabah beberapa kali sampai Mohammed, yang menderita asma, perlu istirahat. Mereka duduk, ayah mereka di tengah, di antara dua anaknya.
"Terima kasih banyak untuk membawaku ke Kabah," kenang Marya. Ia mengatakan kepada ayahnya sambil menarik janggut dan mencubit pipinya main-main. "Dia tidak mengatakan apa-apa. Dia hanya tersenyum."
Tiba-tiba, hujan mulai turun dan badai ganas mulai melecut. Beberapa orang berlindung di bawah langit-langit masjid, tapi Marya dan saudaranya melangkah lebih dekat ke Kabah, di bawah langit terbuka, merasakan hujan dan berdoa.
Ayah mereka tinggal di belakang, mengambil video anak-anaknya yang kehujanan.
"Aku melihat ke kiri dan aku hanya melihat dia tersenyum," katanya. Senyum itu adalah senyum terakhir kali Marya melihatnya.
Deru gemuruh diikuti hujan yang semakin lebat ditambah suara keras. Marya kemudian tahu bahwa itu adalah suara crane yang jatuh menimpa Masjidil Haram.
"Kami hanya mendengar ledakan besar. Kami melihat ke atas dan aku melihat barang-barang berjatuhan. Adikku menyambarku dan kami terjatuh di lantai," katanya. "Setelah semuanya berhenti jatuh, kami membuka mata dan hanya ada mayat sekitar kami ... Ayah tidak ada di sana."
Puing telah melukai kaki Muhammad, menyebabkan kerusakan jaringan lunaknya. Dokter mengatakan akan memakan waktu sekitar enam bulan untuk ia bisa berjalan normal. Kaki Marya yang terluka, membutuhkan pembedahan dan banyak jahitan.
Kedua bersaudara terus mencari ayah mereka tapi tidak bisa menemukannya. "Seolah-olah dia hanya menghilang," kata Marya.
Mega Proyek Perluasan Masjidil Haram
Crane yang diketahui milik keluarga Osama bin Laden adalah salah satu dari mega proyek perluasan Masjidil Haram.
Kiranya, perluasan komplek suci itu merupakan upaya pemerintah Saudi Arabia agar bisa menampung lebih banyak jemaah haji. Namun, Irfan al-Alawi dari Islamic Heritage Foundation, menepis 'perhitungan' pemerintahnya.
"Jalanlah Anda sekitar 3 kilometer keluar dari Masjidil Haram. Di sana terdapat gurun luas, tanah dan ruang yang cukup untuk membangun gedung pencakar langit sesukanya," tutur al-Alawi seperti dikutip dari BBC. "Janganlah membangun di kawasan Masjidil Haram!" ujarnya geram.
Mega proyek perluasan mesjid ini dimulai pada 2011 oleh almarhum Raja Abdullah. Lalu pada 2015, Raja Salman bin Abdulaziz menambah lima proyek konstruksi sebagai bagian dari perluasan masjid.
Akibat perluasan ini, pada tahun 2013, kuota jemaah haji asal Indonesia dikurangi hingga 20 persen. Ini berarti sekitar 40 ribu jemaah tidak bisa berangkat haji pada tahun itu.
Salah satu tujuan perluasan, menurut kantor berita Arab Saudi, SPA, adalah untuk menampung 1,6 juta jemaah.
Luas proyek itu mencapai 1,47 juta meter persegi termasuk pembangunan 78 gerbang baru yang digarap oleh Bin Laden Grup.
Sejumlah media Arab Saudi memperkirakan nilai mega proyek itu mencapai US$ 26,6 miliar.
Proyek perluasan memakan waktu tiga tahap. Tahap pertama, adalah perluasan dari Gerbang Al-Safa ke Al-Fatah. Tahap kedua adalah perluasan dari Gerbang Gerbang Al-Fatah ke Gerbang Al-Umrah. Tahap ketiga adalah perluasan dari Gerbang Raja Fahd ke Al-Safa.
Juli lalu, proyek tersebut akhirnya masuk ke tahap terakhir. Namun, karena bersamaan dengan musim haji, proyek terpaksa dihentikan terlebih dahulu. Sayangnya, pemimpin konsorsium proyek Bin Ladin Group memilih tak membongkar alat-alat berat yang ada.
Menurut Telegraph, terdapat sekitar 15 crane di sekitar Masjidil Haram saat insiden tersebut terjadi.
Pihak berwenang Arab Saudi menjatuhkan sanksi kepada kelompok usaha konstruksi Bin Laden, akibat kecelakaan ini. "Komisi Investigasi Kecelakaan memutuskan bahwa perusahaan itu tidak mengindahkan norma-norma keselamatan," tulis SPA.
Media setempat melaporkan, perusahaan Bin Laden untuk sementara akan dilarang beroperasi dan pemerintah mengambil alih pekerjaan. Sanksi ini berlaku hingga keseluruhan proses hukum terhadap kecelakaan ini selesai dan penyelesaian hukum dalam kasus musibah Mekah rampung.
Raja Saudi Salman bin Abdulaziz Al Saud juga mengumumkan setiap keluarga korban tewas dan cacat permanen dalam musibah Mekah pada 11 September, akan menerima santunan 1 juta riyal (sekitar $ 260.000) atau berkisar Rp 3,8 miliar.
Korban luka akibat terimpa crane jatuh, akan menerima 500 ribu riyal (sekitar $ 130.000) atau berkisar Rp 1,9 miliar.
Advertisement
Hilangnya Jejak-jejak Nabi
Di balik alasan membludaknya jemaah haji, banyak yang mempertanyakan benarkah situs suci itu harus diperluas. Sejumlah pemerhati situs suci ini sebagian membenarkan alasan itu. Namun, sebagian besar dari mereka menyesali dan mengutuk proyek tersebut.
"Pemerintah Arab Saudi buat banyak alasan ini dan itu yang katanya perluasan. Namun, nyatanya mereka justru merusak apa pun di Mekah yang berhubungan dengan kehidupan Nabi Muhammad SAW," terang Irfan al-Alawi lagi, kepada The Guardian.
"Mereka telah membuldozer rumah istri Nabi, rumah cucu dan pengikutnya. Sekarang pembangunan mulai merambah tempat lahirnya. Buat apa? Buat hotel berbintang 7!" ketus pemimpin organisasi yang berbasis di London itu.
Rumah Khadijah, istri Nabi Muhammad SAW kini sebagai pusat toilet umum dengan jumlah 1.400 WC. Wilayah sekitarnya dipersiapkan untuk parkiran bawah tanah dan perluasan jalan umum.
Proyek perluasan Masjidil Haram sendiri dilengkapi dengan berbagai proyek pendukung lain. Total pembesaran wilayah haji di Mekah sendiri diperkirakan mencapai 1,47 juta meter persegi. Mulai dari jembatan layang, lorong darurat, sampai saluran pembuangan air dibangun dengan panjang ribuan meter. Belum lagi, 4.524 pengeras suara dan 6.635 kamera yang terpasang di segala penjuru.
Di antara semua pembangunan itu, proyek Hotel Abraj Kudai menyedot perhatian paling besar. Bangunan yang dirancang dengan ketinggian 600 meter atau 45 lantai dan kapasitas 10 ribu kamar itu menghabiskan SAR 13 miliar atau sekitar Rp 49 triliun. Hotel mewah ini tadinya adalah rumah khalifah pertama, Abu Bakar Sidiq.
Bangunan tersebut nanti akan terdiri dari 12 menara yang menyimpan berbagai fasilitas. Mulai 70 restoran, lahan parkir bus, hingga, pusat perbelanjaan, termasuk pendaratan helikopter.Â
"Bekas-bekas jejak sejarah jaman Rasulullah sudah tidak ada. Tempat di mana Nabi Muhammad dilahirkan juga sudah hilang. Habis semua sudah. Kalau dilihat dari sudut pandang arkeologi, Nabi Muhammad seolah-olah tidak pernah ada. Kenapa? Karena jejak arkeologinya sudah tidak ada," tutup al-Alawi. (Rie/Yus)*