Kiai Jujun Junaedi Kocok Perut ASN Garut Saat Silaturahmi Lebaran

Hari pertama silaturahmi Lebaran Aparatur Sipil Negara (ASN), Pemda Garut, Jawa, berlangsung ceria dengan kehadiran Kiai Jujun Junaedi.

oleh Jayadi Supriadin diperbarui 22 Jun 2018, 10:20 WIB
Diterbitkan 22 Jun 2018, 10:20 WIB
Acara halalbihalal lebaran ASN Pemda Garut
Silaturahmi Lebaran kalangan Aparatur Sipil Negara (ASN) Pemerintah Kabupaten Garut. (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Liputan6.com, Garut - Hari pertama silaturahmi Lebaran yang diikuti Aparatur Sipil Negara (ASN), Pemda Garut, Jawa Barat, usai Idul fitri 1439 Hijriah berlangsung ceria. Ulama kondang Kiai Haji Jujun Junaedi yang didapuk jadi dai, mampu mengocok perut jemaah, sekaligus menyadarkan mereka dengan dakwahnya yang dikenal kocak itu.

"Keluar dari bulan puasa itu harus seperti ulat yang menjadi kupu-kupu indah, bukan tetap menjadi ulat yang menjijikkan," ucapnya di hadapan ratusan ASN di halaman Kantor Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Garut, Kamis, 21 Juni 2018.

Dalam ceramahnya, Kiai Jujun yang biasa dipanggil dalam acara Damai Indonesiaku di salah satu televisi nasional itu mengatakan, pelajaran penting berpuasa Ramadan, harus mampu menjadi manusia yang bertakwa kepada Tuhan. Salah satunya menjadi manusia penyabar dalam melayani masyarakat.

"Yang paling sulit itu bukan yang masuk ke tenggorokan, tapi ucapan yang keluar dari mulut kita, benar enggak. Jangan nyakitin orang, apalagi ibu-ibu," kata dia disambut tawa bapak-bapak, sambil menoleh ke arah ibu-ibu ASN yang hadir di tenda tamu.

Menurut Kiai Jujun, sebagai pelayan masyarakat, sudah selayaknya seluruh pegawai ASN Garut memberikan pelayanan optimal tanpa dicampuri praktik curang seperti korupsi.

”Satu penyakit PNS kita itu masih tingginya korupsi, KPK sih disegani, tapi korupsi semakin menjadi,” ujar dia menyindir pejabat yang hadir saat silaturahmi Lebaran tersebut.

Ada tiga ciri manusia yang bertakwa setelah puasa Ramadan, yakni menjadi manusia dermawan dengan mengeluarkan harta untuk menyantuni fakir miskin. "Jika tidak punya harta ya sodakoh (sedekah) dengan senyuman pun jadi," tuturnya.

Kedua, menahan nafsu amarah dari hal yang merusak persaudaraan. "Tahan amarah, karena manusia yang perkasa itu bukan hanya pemberani, tetapi yang paling sulit bisa menahan amarahnya," dia mengingatkan.

Ketiga, menjadi manusia pemaaf kepada sesama. "Yang minta maaf itu banyak dan gampang, yang paling sulit itu memaafkan," katanya.

Acara kemudian dilanjutkan ramah tamah dan makan bersama, dengan konsumsi yang sudah dipersiapkan panitia kegiatan silaturahmi Lebaran kalangan ASN Garut tersebut.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya