Ada Keberkahan dalam Sahur, Bagaimana Adabnya?

Sahur merupakan salah satu sunah Rasulullah di bulan Ramadan.

oleh Liputan6.com diperbarui 28 Apr 2020, 00:40 WIB
Diterbitkan 28 Apr 2020, 00:40 WIB
Liputan 6 default 5
Ilustraasi foto Liputan 6

Liputan6.com, Jakarta Salah satu sunah ketika berpuasa adalah melaksanakan sahur. Dalam hadis Rasulullah Saw dijelaskan bahwa pada sahur terdapat berkah, sehingga rugi jika melewatkannya.

Seperti diriwayatkan dari Anas radhiyallahu‘anhu, Rasulullah Saw bersabda, “Makan sahurlah kalian karena sesungguhnya pada sahur itu terdapat berkah.” (HR Bukhari-Muslim)

Lantas, bagaimana adab sahur yang harus dilakukan umat Islam saat Ramadan?

Seperti dikutip dari Ayobandung.com, saat makan sahur, umat Islam disunahkan agar makan sahur dengan kurma atau makanan lain beserta kurma. Sebagaimana hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu‘anhu, Rasulullah Saw bersabda:

“Sebaik-baik sahurnya orang mukmin adalah kurma”. (HR Abu Daud dan HR Ibnu Hibban).

Namun, bagi umat Islam yang akan berpuasa saat Ramadan disunahkan untuk mengakhirkan makan sahurnya.

Diriwayatkan dari Anas, dari Zaid bin Tsabit, dia berkata: “Kami pernah makan sahur bersama Rasulullah Shallallahu‘alaihi wa sallam, setelah itu beliau langsung berangkat salat. Aku bertanya, ‘Berapa lama jarak antara azan dan sahur?’ Dia menjawab, ‘Kira-kira sama seperti bacaan 50 ayat.’” (HR Bukhari, Muslim, Tirmidzi)

Jika azan telah terdengar sedangkan makanan atau minuman masih di tangannya, maka boleh dia memakan atau meminumnya. Berdasarkan hadis Abu Hurairah radhiyallahu‘anhu, dia berkata:

“Rasulullah shallallahu‘alaihi wa sallam bersabda: Barangsiapa di antara kalian yang mendengar azan (Subuh) dan bejana (makanan) masih di tangannya, maka janganlah dia menaruhnya sebelum dia menyelesaikan makannya.” (HR Abu Dawud).

 

Saksikanlah Video di Bawah Ini


Adab Makan Sahur

Makan sahur - buka puasa (iStock)
Ilustrasi makan bersama sahur dan buka puasa (iStockphoto)

Sementara itu, dalam buku M. Quraish Shihab Menjawab dijelaskan, umat Islam yang akan melaksanakan puasa dianjurkan memperlambat imsak, yaitu penanda waktu berhentinya umat muslim menyantap makanan sahur.

Menurut ulama ahli tafsir ini, imsak disyariatkan karena ada kekhawatiran fajar telah menyingsing saat seseorang masih makan sahur. Namun, menurut dia, jika Anda yakin bahwa Subuh belum tiba, Anda masih bisa makan, minum, dan lain-lain sampai beberapa detik sebelum datangnya Subuh.

Pada masa Rasulullah Saw, azan sebenarnya dikumandangkan dua kali, pertama oleh Bilal bin Rabah dan kedua oleh Ibnu Ummi Maktum. Hal ini sebagaimana hadis berikut yang diriwayatkan penyusun al-Kutub as-Sittah (Enam Kitab Hadits Sahih), kecuali Abu Dawud.

Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya Bilal mengumandangkan azan dan saat itu masih malam. Maka, makan dan minumlah sampai Ibnu Ummi Maktum mengumandangkan azan. Dia seorang buta dan baru mengumandangkan azan bila diberitakan kepadanya, 'Sudah subuh, sudah Subuh'."

Artinya, umat Islam yang akan berpuasa masih boleh makan setelah waktu imsak, selama belum masuk waktu Subuh.

Namun, berhati-hatilah dan jangan terlalu mengandalkan jam atau suara azan. Sebab, dikhawatirkan jam Anda atau muazinnya terlambat.

 

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya