Jangan Sembarangan Nyanyi Lagu Joko Tingkir Ngombe Dawet, Ini Sebab Ulama Protes

Belakangan, lagu 'Joko Tingkir Ngombe Dawet' beranjak populer. Bahkan, lagu ini sempat akan dinyanyikan oleh penyanyi cilik, Farel Prayoga usai upacara peringatan kemerdekaan RI di Istana Negara

oleh Liputan6.com diperbarui 19 Agu 2022, 10:30 WIB
Diterbitkan 19 Agu 2022, 10:30 WIB
Potret Menggemaskan Penyanyi Cilik Farel Prayoga Goyang Istana Negara di HUT ke-77 RI dengan Lagu Viralnya
Pada kesempatan kedua Farel bernyanyi justru menarik sejumlah menteri untuk turun bergoyang di halaman menemani Farel. Farel yang semula gugup harus bernyanyi di hadapan Presiden begitu menikmati membawakan lagu viralnya. (Tangkapan layar YouTube Sekretariat Presiden)

Liputan6.com, Jakarta - Belakangan, lagu 'Joko Tingkir Ngombe Dawet' beranjak populer. Bahkan, lagu ini sempat akan dinyanyikan oleh penyanyi cilik, Farel Prayoga usai upacara peringatan kemerdekaan RI di Istana Negara, Rabu (17/8/2022).

Namun mendadak lagu itu batal dinyanyikan di detik-detik terakhir. Beberapa kalangan menduga, pembatalan itu terkait dengan protes sejumlah pihak karena menyeret nama Joko Tingkir.

Menurut pemrotes, lagu itu tak mencerminka budaya menghargai jasa tokoh besar terdahulu. Pasalnya, Joko Tingkir adalah ulama sekaligus raja.

Dari Joko Tingkir, sejumlah tokoh dan ulama besar lahir. Dua di antaranya adalah Kh Hasyim Asy'ari, pendiri NU dan Gus Dur atau Kh Abdurahman Wahid, ulama yang juga presiden Indonesia.

Pencipta lagu Joko Tingkir Ngombe Dawet dinilai tidak tahu sejarah. Karena itu, dengan sembarangan dia membuat lagu parikan dengan tokoh ini.

Lalu siapakah sebenarnya Joko Tingkir tersebut?

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

Silsilah hingga Gus Dur

Kisah Kesederhanaan Gus Dur Saat Foto Kepresidenan, Rela Tunggu Jas Disetrika
Kisah Kesederhanaan Gus Dur Saat Foto Kepresidenan, Rela Tunggu Jas Disetrika (Liputan6.com)

Mengutip NU Online, merujuk catatan Kiai Ishomuddin Hadziq atau Gus Ishom, muhaqiq kumpulan karya Hadratussyekh KH Muhammad Hasyim Asy’ari, Joko Tingkir adalah kakek ke-3 dari KH Muhammad Hasyim Asy’ari, pendiri Nahdlatul Ulama.

Itu berarti Gus Dur atau KH Abdurrahman Wahid adalah generasi ke-6. Nasab Joko Tingkir bertemu dengan Maulana Ishaq ayah Sunan Giri, salah satu Walisongo yang telah berjasa besar dalam mendakwahkan Islam di Nusantara.

التعريف بالمؤلف. اسمه ونسبه: هو محمد هاشم، بن أشعري، بن عبد الواحد، بن عبد الحليم الملقب بفاعيران بناوا، ابن عبد الرحمن الملقب بجاكا تيعكير سلطان هادي ويجایا، بن عبد الله، بن عبد العزيز، بن عبد الفتاح، بن مولانا إسحق والد رادين عين اليقين المشهور بسوتن كبري، التبوإيرنجي الجنباني

Artinya, “Mengenal Penulis kitab Adabul ‘Alim wal Muta’allim. Nama dan nasabnya: beliau adalah (1) Muhammad Hasyim bin (2) Asy’ari, bin (3) Abdul Wahid, bin (4) Abdul Halim yang bergelar Pangeran Benowo, bin (5) Abdurrahman yang berjulukan Joko Tingkir dan bergelar Sultan Hadiwijoyo, bin (6) Abdullah, bin (7) Abdul Aziz, bin (9) Abdul Fatah, bin (10) Maulana Ishaq ayahnya Raden Ainul Yaqin yang terkenal dengan gelar Sunan Giri, Tebuireng Jombang. (Ishomuddin Hadziq, Tahqiq Adabul ‘Alim wal Muta’allim, [Jombang, Maktabatut Turatsil Islami: 1415], halaman 3).

Catatan ini secara gamblang menginformasikan bahwa Joko Tingkir yang juga punya panggilan Mas Karebet ini bukan sembarangan. Jalur nasab ke atas sampai kepada Maulana Ishaq ayah Sunan Giri, sedangkan jalur nasab ke bawah sampai pada Hadratussyekh KH Muhammad Hasyim Asy'ari, KH Abdul Wahid Hasyim dan Gus Dur.

Mereka adalah tokoh-tokoh besar yang sangat dihormati oleh bangsa ini. Joko Tingkir juga adalah raja sekaligus pendiri kerajaan Pajang yang memerintah pada rentang tahun 1568 - 1582 dengan gelar Sultan Hadi Wijaya atau Adi Wijaya.

Jasanya sangat besar dalam mendakwahkan Islam di bumi Nusantara. Pun demikian anak cucunya terus berkiprah sampai sekarang.

Tim Rembulan

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya