Penciptaan Alam Semesta, Membantah Teori Evolusi Darwin dengan Ayat-Ayat Al-Qur'an

Proses penciptaan alam semesta telah dijelaskan dalam Al-Qur'an dan beberapa di antaranya telah dijelaskan dengan sains modern. Ini membantah teori evolusi Darwin yang kerap dijadikan dasar

oleh Putry Damayanty diperbarui 01 Feb 2023, 14:30 WIB
Diterbitkan 01 Feb 2023, 14:30 WIB
Galaksi NGC 1961.
Galaksi NGC 1961. (NASA)

Liputan6.com, Jakarta - Terciptanya alam semesta ini telah dijelaskan dalam ayat Al-Qur’an. Begitupun secara sains dengan berbagai teori yang dikemukakan oleh para ilmuwan terdahulu.

Salah satunya menurut teori Charles Darwin, manusia berasal dari kera yang berevolusi atau suatu benda (bahan) yang mengalami perubahan dari yang tidak sempurna menuju kesempurnaan.

Namun, seperti dijelaskan dalam buku 'Alquran vs Sains Modern Menurut Dr Zakir Naik' karya Ramadhani dan kawan-kawan, teori Charles Darwin ini justru terbantahkan. 

Mengapa demikian? Sebab, ada beberapa jenis tumbuhan serta hewan seperti ganggang biru, komodo yang telah ada berjuta-juta tahun lalu, namun tidak mengalami evolusi. Ada pun yang dimaksud di antara massa tersebut yaitu Azoikum, Ercheozoikum, Protovozoikum, Palaeozoikum, Mesozoikum, dan Cenozoikum.

Menurut penelitian para ahli, setiap periode menunjukkan perkembangan serta perubahan secara bertahap, sesuai dengan susunan organisme dengan ukuran dan kadarnya masing-masing (tidak berevolusi).

 

Saksikan Video Pilihan ini:

Alam Semesta Diciptakan dalam Enam Masa

Sementara dalam Al-Qur’an telah dijelaskan dalam QS. Hud: 7

وَهُوَ الَّذِيْ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ فِيْ سِتَّةِ اَيَّامٍ وَّكَانَ عَرْشُهٗ عَلَى الْمَاۤءِ لِيَبْلُوَكُمْ اَيُّكُمْ اَحْسَنُ عَمَلًاۗ وَلَىِٕنْ قُلْتَ اِنَّكُمْ مَّبْعُوْثُوْنَ مِنْۢ بَعْدِ الْمَوْتِ لَيَقُوْلَنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْٓا اِنْ هٰذَٓا اِلَّا سِحْرٌ مُّبِيْنٌ ۝٧

Dialah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa serta (sebelum itu) ʻArasy-Nya di atas air. (Penciptaan itu dilakukan) untuk menguji kamu, siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya. Sungguh, jika engkau (Nabi Muhammad) berkata, “Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan setelah mati,” niscaya orang-orang kafir akan berkata, “Ini (Al-Qur’an) tidak lain kecuali sihir yang nyata.

Melansir dari Tafsir NU Online dalam ayat ini disebutkan "sittati ayyam", artinya "enam hari", akan tetapi pengertian hari di sini tidak dapat disamakan dengan hari seperti yang kita alami sehari-hari, tetapi disesuaikan dengan hari menurut perhitungan Allah.

Allah SWT berfirman dalam QS. al-Hajj: 47 

وَيَسْتَعْجِلُوْنَكَ بِالْعَذَابِ وَلَنْ يُّخْلِفَ اللّٰهُ وَعْدَهٗۗ وَاِنَّ يَوْمًا عِنْدَ رَبِّكَ كَاَلْفِ سَنَةٍ مِّمَّا تَعُدُّوْنَ ۝٤٧

Mereka (kaum musyrik Makkah) meminta kepadamu (Nabi Muhammad) agar azab itu disegerakan, padahal Allah tidak akan menyalahi janji-Nya. Sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun menurut perhitunganmu. 

Ayat tersebut menerangkan lamanya hari yang ada di bumi dengan hari yang ada langit.

Ulama ilmu falak telah menetapkan bahwa hari-hari yang ada hubungannya dengan peredaran bintang-bintang tidak sama dengan kadar hari yang berlaku di bumi ini. Kemudian Allah menjelaskan bahwa singgasana-Nya sebelum penciptaan langit dan bumi, berada di atas air. 

Arsy atau singgasana Allah itu termasuk alam gaib, yang tidak dapat ditangkap dengan panca indera, dan tidak mungkin pula dibayangkan atau dikhayalkan bentuk dan rupanya. Ayat ini menunjukkan bahwa yang berada di bawah Arsy Allah itu ialah air yang oleh Allah dijadikan unsur pokok dalam menciptakan makhluk yang hidup sebagaimana firman-Nya: 

“Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi keduanya dahulunya menyatu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya; dan Kami jadikan segala sesuatu yang hidup berasal dari air; maka mengapa mereka tidak beriman?” (QS. al-Anbiya': 30)

 

Tujuan Penciptaan Langit dan Bumi

Kemudian Allah menerangkan bahwa tujuan penciptaan langit dan bumi dalam enam masa, dan adanya 'Arsy di atas air, yang jadi unsur pokok dari semua makhluk yang hidup adalah untuk menguji siapa di antara manusia yang lebih baik perbuatannya.

Allah telah menyediakan semua yang berada di bumi ini untuk dimanfaatkan manusia, sebagaimana firman-Nya:

“Dialah (Allah) yang menciptakan segala apa yang ada di bumi untukmu.” (QS. al-Baqarah: 29) 

Semua manusia yang berada di atas permukaan bumi diperintahkan supaya berusaha dengan segala kemampuan dan kesanggupannya, untuk mengambil manfaat isi alam, untuk menggali manfaat alam semesta ini, yang ada di bumi, di lautan dan di udara seperti barang tambang yang terdapat di perut bumi, di dasar laut dan sebagainya, supaya digali manfaatnya semaksimal mungkin, untuk dimanfaatkan oleh seluruh umat manusia, sebagai anugerah dari Allah Rabbul 'alamin. 

Allah menciptakan langit dan bumi sebagai ujian bagi manusia siapakah di antara mereka yang paling kuat imannya dan paling baik amalannya, yang paling berjasa untuk kemanusiaan, siapa yang paling menonjol keterampilannya, siapa yang paling tinggi hasil produksinya, siapa yang paling jujur dan ikhlas dalam usahanya, dan sebagainya. Tentulah Allah tidak hanya menguji saja, akan tetapi akan memperhatikan pula hasil ujiannya, dan memberi pahala yang seimbang dengan jasanya. 

Balasan Allah itu diberikan setelah hari Kiamat. Akan tetapi, jika Nabi Muhammad berkata kepada kaum musyrikin di kota Mekah bahwa mereka akan dibangkitkan setelah mati untuk mempertanggungjawabkan segala amal perbuatannya ketika di dunia, maka mereka akan menjawab, "Apa yang kamu kemukakan dari Al-Qur'an itu hanyalah sihir belaka, untuk menekan kami dan untuk mencegah kami dari kenikmatan dan kelezatan dunia."

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya