Muhasabah Usai Gempa Cianjur-Turki, Bencana Tak Mesti Menyasar Kaum Ahli Maksiat

Gempa yang terjadi di Turki dan Suriah baru-baru ini, menurut dia, juga merupakan bukti bahwa bencana tidak menyasar kalangan ahli maksiat

oleh Liputan6.com diperbarui 20 Feb 2023, 10:30 WIB
Diterbitkan 20 Feb 2023, 10:30 WIB
warga korban gempa cianjur mengungsi seadanya
Warga mengungsi tanah lapang maupun halaman rumah dengan fasilitas seadanya setelah diguncang gempa berkekuatan magnitudo 5,6 di kawasan Cibeureum, Cianjur, Jawa Barat, Selasa (22/11/2022). Ratusan pengungsi gempa bumi saat ini masih bertahan di luar rumah dan mengharapkan bantuan. (merdeka.com/Arie Basuki)

Liputan6.com, Cianjur - Wakil Ketua Komisi Dakwah MUI, Habib Nabiel Al Musawwa, menegaskan bahwa korban bencana alam tidak selalu menimpa penduduk yang kurang beriman.

Hal itu dia sampaikan di depan ribuan warga Cianjur yang hadir dalam Muhasabah dan Istighosah Akbar MUI di Masjid Agung Cianjur, Jawa Barat, Ahad (19/02/2023).

Sebaliknya, kata dia, bencana alam justru menghantam beberapa wilayah yang dari sisi praktik ibadahnya bisa dikategorikan beriman. Tsunami 2004 misalnya justru menimpa Aceh dan Sumatera Barat yang warganya terkenal mempraktikan ajaran agama Islam secara tekun.

“Maka ketika masyarakat Cianjur disebut sebagian orang terkena musibah karena banyak melakukan maksiat, saya tegaskan tidak, menurut saya ini karena kesalehan masyarakat Cianjur sampai dipilih Allah SWT untuk dibersihkan sisa dosanya,” ujarnya, dikutip dari laman MUI.

Gempa yang terjadi di Turki dan Suriah baru-baru ini, menurut dia, juga merupakan bukti bahwa bencana tidak menyasar kalangan ahli maksiat. Baik Turki maupun Suriah, kata dia, sama-sama mempraktikkan ajaran Islam dengan baik.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

Musibah Menghapus Dosa

Pencarian Puluhan Korban Longsor Cijendil Usai Gempa Guncang Cianjur
Tim SAR gabungan mencari korban yang tertimbun longsor akibat gempa berkekuatan magnitudo 5,6 di Cijendil, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Rabu (23/11/2022). Puluhan warga di kawasan itu diperkirakan masih tertimbun longsor pascagempa yang mengguncang Cianjur pada 21 November 2022. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Dia melihat, musibah itu akan menghapus dosa yang tersisa dan mengangkat derajat manusia di hadapan Allah SWT. Kalau setiap musibah itu terjadi untuk orang-orang yang kurang beriman, kata dia, maka tentu saja tidak ada nabi yang diberikan musibah.

“Ada tidak nabi yang tidak dikasih musibah oleh Allah? Tidak ada. Nabi Aiyub bahkan diberikan cobaan sangat berat, apakah beliau ahli maksiat? bukan, beliau orang sholeh dan dalam keadaan sakit yang luar biasa beratnya, Nabi Aiyub berdoa penuh kesabaran sampai diabadikan di dalam Al Quran, ” katanya.

Nabi Aiyub, lanjut dia, mengalami penyakit yang merusak badannya, hartanya habis untuk berobat, dan keluarganya kabur meninggalkannya sendirian. Namun Nabi Aiyub tetap berdoa kepada Allah SWT dengan doa yang tulus.

“Beliau tidak bilang ya Allah sembuhkan saya, balikkan harta saya, kembalikan harta saya, tidak, beliau mengatakan wa anta arhamur rohimin, ya Allah indahnya doanya, dan engkau adalah yang maha penyayang dari yang maha penyayang. Doanya halus kepada Allah SWT, ” ungkapnya.

Untuk itu, Habib Nabiel berpesan agar masyarakat Cianjur senantiasa bersabar dengan terus mendekatkan diri kepada Allah SWT. Sementara umat Islam yang lain menjaga ucapannya dan merawat kepekaannya agar tidak menyakiti saudara sesama yang sedang tertimpa musibah. Sehingga kejadian seperti ini tidak malah jadi bahan untuk suudzon kepada Allah SWT.

Tim Rembulan

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya