Teks Khutbah Jumat: Keutamaan Ibadah Kurban pada Idul Adha

Teks Khutbah Jumat: Keutamaan Ibadah Kurban pada Idul Adha

oleh Liputan6.com diperbarui 22 Jun 2023, 15:30 WIB
Diterbitkan 22 Jun 2023, 15:30 WIB
Ilustrasi ibadah kurban dalam Islam, kambing
Ilustrasi ibadah kurban dalam Islam, kambing. (Image by Freepik)

Liputan6.com, Jakarta - Pada awal bulan mulia Dzulhijah ini, redaksi mengetengahkan teks khutbah Jumat mengenai keutamaan ibadah kurban pada momen Idul Adha.

Banyak sekali fadhilah berkurban. Di antaranya bentuk syukur dan kepasrahan kepada Allah dan berbagi kebahagiaan dengan yang membutuhkan. 

Khutbah Jumat ini bersumber dari Khutbah Nahdliyin (Kumpulan Materi Khutbah Jum’at Setahun dan Hari-hari Besar LBM-NU Kota Kediri & LBM PP Lirboyo via nukotakediri.or.id.

Semoga naskah khutbah Jumat ini bermanfaat. Amin.

 

Khutbah I

اَلْحَمْدُ ِللّٰهِ الَّذِيْ خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَاْلأَرْضَ . وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إَلاَّ اللّٰه وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ . وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَفْضَلُ مَنْ صَلَّى وَنَحَرَ وَحَجَّ وَاعْتَمَرَ ، وَوَقَفَ بِعَرَفَةَ وَاْلمَشْعَرِ . نَبِىٌّ مَا طَلَعَتِ الشَّمْسُ عَلَى أَجْمَلَ مِنْهُ وَجْهًا وَلاَ اَنْوَرَ . وَلاَ أَرْفَعَ قَدْرًا مِنْهُ وَلاَ أَكْبَرَ . نَبِيٌّ خُصَّ  بِبِعْثَتِهِ إِلَى اْلأَسْوَدِ وَاْلأَحْمَرِ . نَبِىٌّ خَصَّهُ اللّٰه تَعَالَى بِالشَفَاعَةِ الْعُظْمَى يَوْمَ اْلفَزَعِ اْلأَكْبَرِ. نَبِيٌ غَفَرَ اللّٰه لَهُ مَا تَقَدَّمَ وَمَا تَأَخَّرَ . الَلَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلهِ وَأَصْحَابِهِ الَّذِيْنَ أَذْهَبَ اللّٰه عَنْهُم الرِّجْسَ وَطَهَّرَ اللّٰه أَكْبَرُ ( أما بعد ) فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ ، اِتَّقُوا اللّٰه تَعَالَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ يَوْمَكُمْ هَذَا يَوْمٌ فَضِيْلٌ ، وَعِيْدٌ جَلِيْلٌ . فَقَدْ وَرَدَ فِي الْخَبَرِ عَنْ سَيِّدِ اْلبَشَرِ صَلىَّ اللّٰه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ زَيِّنُوْا أَعْيَادَكُمْ بِالتَّكْبِيْرِ . إِنَّ اَحْسَنَ مَا تَلاَهُ التَّالُوْنَ كَلاَمُ مَنْ أَدَلَّ وَأَعَزَّ وَقَدَّمَ وَأَخَّرَ بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ . اِنَّا اَعْطَيْنٰكَ الْكَوْثَرَۗ فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْۗ اِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْاَبْتَرُ . باَرَكَ اللّٰه لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ . وَتَقَبَّلَ بِتِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ . أُوْصِيْكُمْ عِبَادَ اللّٰه وَإِياَّيَ بِخُسْنِ الطَّاعَةِ واَلتَّقْوَى لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ . وَاسْتَغْفِرُ اللّٰه الْعَظِيْمَ لِي وَلَكُمْ فَيَا فَوْزَ الْمُسْتَغْفِرِيْنَ وَيَا نَجَاةَ التَّائِبِيْنَ

Hadirin Jama’ah Jum’at yang dirahmati Allah…

Pada kesempatan khutbah Jum’at ini, setelah memuji kepada Allah SWT, bershalawat kepada Baginda Nabi Agung Muhammad Saw, keluarga, serta sahabatnya, saya mengajak kepada diri saya sendiri dan saudara-saudara sekalian, marilah kita tingkatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT. Yakni dengan menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya, dalam kondisi apapun, saat sehat, sakit, kaya, miskin, bahagia, ataupun derita. Karena hanyalah orang-orang yang bertakwa yang memiliki kemuliaan di sisi-Nya. Kekayaan itu tidak akan abadi, kemiskinan pun tidak akan selamanya. Bahagia dan derita, pun juga demikian adanya, datang silih berganti. Hanyalah amal shalih dan ketakwaan seorang hamba, yang dapat mengantarkannya meraih kebahagiaan yang abadi selamanya, hidup bahagia di surga kelak.

Hadirin Jama’ah Jum’at yang dirahmati Allah…

Bulan ini merupakan bulan yang agung bagi kita semua, bulan di mana umat Islam menunaikan ibadah haji di Baitullah dan berkurban. Seluruh umat Islam berkumpul untuk menjalani sunnah Nabi Ibrahim AS, menyembelih kurban, serentak mengumandangkan takbir, tahmid, dan tahlil, mendekatkan diri kepada Allah SWT. Kita ingat sebuah peristiwa suci pada bulan ini, yakni Nabi Ibrahim AS mendapat perintah dari Allah SWT untuk menyembelih putra kesayangannya, Nabi Ismail AS. Beliau melaksanakan perintah tersebut dengan sabar dan tabah walaupun harus menukar dengan nyawa anaknya. Demikian juga putranya, ia berkata; “Wahai ayah, laksanakanlah apa yang diperintahkan kepada engkau, insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”.

Patut kita jadikan i’tibar (tauladan), di mana seorang hamba Allah SWT mendapat perintah menyembelih putra kesayangannya, dihadapi dengan ketabahan dan kesabaran menjalaninya. Akhirnya Allah SWT menggantinya dengan kambing gibas yang gemuk. Begitulah Allah memberi balasan bagi orang-orang yang taat. Kisah ini diabadikan dalam surat As-Shooffat ayat 102-105.

Hadirin Jama’ah Jum’at yang dirahmati Allah…

Seabad kehidupan Nabi Ibrahim AS penuh dengan perjuangan, jihad, perang melawan kebodohan dan kefanatikan kaumnya yang menyembah berhala. Sebagai nabi yang menyerukan tauhid, Nabi Ibrahim AS melaksanakan tugas-tugas yang berat di dalam sistem sosial  yang carut marut. Seabad lamanya Nabi Ibrahim AS menanggung segala macam siksaan, ancaman  dan segala jenis teror. Namun ia  berhasil menanamkan kesadaran dan keimanan dalam diri umatnya. Ada satu hal yang belum berhasil bagi Nabi Ibrahim AS, yaitu hingga umur seabad ia belum dikaruniai anak. Sebagai manusia normal tentu ia ingin mempunyai anak, sedang istrinya mandul dan ia sendiri telah berusia seabad lebih.

Allah SWT Maha Mengetahui atas penderitaan Nabi Ibrahim AS, maka Allah SWT memberikan hadiah melalui seorang istri keduanya bernama Hajar, seorang putra bernama Ismail. Ismail bukan hanya seorang putra bagi ayahnya, lebih dari itu Ismail adalah buah hatinya yang sangat dicintainya, dan diharapkan kelak menjadi penerus perjuangan dakwahnya.

Di tengah-tengah kegembiraan Nabi Ibrahim AS, tanpa diduga, Allah SWT menurunkan wahyu untuk menyembelih Ismail dengan tangannya sendiri. Betapa goncangnya jiwa Nabi Ibrahim As ketika menerima wahyu itu, sebagai hamba Allah yang paling patuh dan taat, gemetar dan goncang batinnya.  Nabi Ibrahim As mengalami konflik batin, menghadapi perintah Allah Swt tersebut. Siapakah yang lebih disayang, Allah atau Ismail? Inilah keputusan yang paling sulit diambil.

Hadirin Jama’ah Jum’at yang dirahmati Allah…

Nabi Ibrahim AS dihadapkan kepada dua pilihan, mengikuti perasaan hatinya dengan menyelamatkan Ismail yang paling disayang atau mentaati perintah Allah SWT dengan mengorbankan Ismail. Ia harus memilih satu di antara keduanya, cinta atau kebenaran. Cinta merupakan tuntutan hidupnya dan kebenaran merupakan tuntutan agamanya. Sadar bahwa Allah Swt adalah Yang Maha Penguasa dan Pemilik segala-galanya di alam ini, dan yakin bahwa Allah Tuhan Yang Maha Bijaksana, tidak akan menyengsarakan hambanya, maka Nabi Ibrahim AS memilih taat dan patuh terhadap perintah Allah SWT, siap menyembelih anaknya, Ismail. Allah Swt berfirman:

وَعَسٰٓى اَنْ تَكْرَهُوْا شَيْـًٔا وَّهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۚ وَعَسٰٓى اَنْ تُحِبُّوْا شَيْـًٔا وَّهُوَشَرٌّ لَّكُمْ ۗ وَاللّٰهُ يَعْلَمُ وَاَنْتُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ

Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (QS. Al-Baqarah: 216)

Demikianlah betapa berat pengorbanan Nabi Ibrahim AS, dalam kondisi konflik batinnya dan pertempuran hebat tadi. Nabi Ibrahim As tampil sebagai pemenang, ia dengan rela mengorbankan yang sangat ia cintai, yaitu Ismail. Meskipun setan al-khannas menggoda dengan membisikbisikkan dan membuat was-was dalam hatinya, untuk tidak melaksanakan perintah Allah Swt tersebut, Nabi Ibrahim AS berketetapan untuk  melaksanakan perintah Allah SWT. Maka dipanggilah anaknya, sebagaimana tersebut dalam Al-Qur’an:

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يٰبُنَيَّ اِنِّيْٓ اَرٰى فِى الْمَنَامِ اَنِّيْٓ اَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرٰىۗ قَالَ يٰٓاَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُۖ سَتَجِدُنِيْٓ اِنْ شَاۤءَ اللّٰهُ مِنَ الصّٰبِرِيْنَ فَلَمَّآ اَسْلَمَا وَتَلَّهٗ لِلْجَبِيْنِۚ وَنَادَيْنٰهُ اَنْ يّٰٓاِبْرٰهِيْمُ ۙ قَدْ صَدَّقْتَ الرُّءْيَا ۚاِنَّا كَذٰلِكَ نَجْزِى الْمُحْسِنِيْنَ

Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, “Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!” Dia (Ismail) menjawab, “Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.” Maka ketika keduanya telah berserah diri dan dia (Ibrahim) membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (untuk melaksanakan perintah Allah). Lalu Kami panggil dia, “Wahai Ibrahim! ٍungguh, engkau telah membenarkan mimpi itu.” Sungguh, demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. ) Ash-Shaffat: 102-105).

Ternyata puteranya, Ismail pun dengan tabah dan sabar  memberikan kepatuhan terhadap ayahnya, dan siap pula menerima perintah Allah SWT. Demikian pula ibunya, Sayyidah Hajar, tabah dan sabar menerima perintah Allah SWT, dengan keyakinan bahwa Allah Swt tak akan menzalimi hamba-Nya.

Allah SWT memang Maha Bijaksana, perintah tersebut rupanya hanya untuk menguji keimanan dan keteguhan Nabi Ibrahim As, dan akhirnya diganti dengan seekor kambing gibas yang gemuk. Peristiwa tersebut kini disyariatkan bagi kita sekalian baik dalam ibadah haji maupun  ibadah kurban.

Hadirin Jama’ah Jum’at yang dirahmati Allah…

Allah Maha Besar telah memberikan sebuah pelajaran, dan pada hari yang mulia ini marilah kita ambil pelajaran dari kisah suci tersebut. Pertama, bahwa Allahlah Tuhan Yang Maha Agung, Penguasa dan Pemilik alam ini. Sedangkan kita manusia adalah hamba Allah Swt, yang sangat kecil di hadapan-Nya. Karena itu, sudah selayaknya kita taat dan patuh kepadanya, serta siap melaksanakan perintah Allah SWT, dan mampu mengorbankan kepentingan sendiri, meskipun itu yang kita cintai.

Allah SWT Berfirman:

لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتّٰى تُنْفِقُوْا مِمَّا تُحِبُّوْنَ ۗوَمَا تُنْفِقُوْا مِنْ شَيْءٍ فَاِنَّ اللّٰهَ بِهٖ عَلِيْمٌ

Kamu tidak akan memperoleh kebajikan, sebelum kamu menginfakkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa pun yang kamu infakkan, tentang hal itu sungguh, Allah Maha Mengetahui. (QS. Ali Imron: 92)

Dalam ayat di atas ditegaskan bahwa, seseorang belum mencapai tingkat pengabdian yang tinggi, sehingga ia mampu menginfakkan miliknya yang disenanginya.

Kedua, untuk menjadi orang yang patuh dan taat kepada Allah Swt, atau untuk  melaksanakan perintah Allah Swt, tentu banyak godaan dan gangguan, setan akan membisik-bisikkan dalam hati kita sehingga menjadi waswas dan ragu-ragu. Di sinilah kita diuji, apakah kita bisa mengalahkan gangguan setan, atau malah kita yang kalah dan tak mampu membebaskan diri dari godaan setan. Kalau kita kalah terus, maka bisa jadi kita malah akan menjadi kawan setan. Bulan Dzulhijjah ini mengingatkan kita agar jangan sampai kita kalah terus, sebaliknya kita harus mampu menang sebagaimana  Nabi Ibrahim AS dan keluarganya.

Ketiga,  kita perlu terus berupaya untuk menjadikan keluarga kita sebagaimana keluarga Nabi Ibrahim As. Nabi Ibrahim As sebagai ayah yang sangat patuh dan taat kepada Allah Swt, namun tidak otoriter, diajaknya Nabi  Ismail As berdialog terlebih dahulu, “Bagaimana pendapatmu, wahai anakku, terhadap perintah Allah ini?” Ternyata hasil didikan Nabi Ibrahim As luar biasa, yaitu Ismail memiliki keimanan   yang tinggi. Demikian pula ibunya, walaupun dengan rasa berat, ia ikhlaskan Nabi Ibrahim As melaksanakan perintah Allah SWT. Keyakinan bahwa Allah Swt tidak akan menzalimi hamba-Nya inilah yang membuat dia rela dan patuh.

Karena Nabi Ibrahim As telah lulus dalam menghadapi ujian berat tersebut, maka Allah Swt akan memberikan apapun yang dia minta kepada-Nya. Nabi Ibrahim As hanya meminta tiga hal: Pertama, memohon agar negeri Mekah dijadikan negeri yang aman dan penduduknya banyak rizkinya; kedua, Ka’bah yang mereka bangun bersama Nabi Ismail As, dikunjungi banyak orang agar mereka mau mengingat  peristiwa di zamannya; ketiga agar anak cucunya dijadikan pemimpin bagi orang yang bertakwa. Tidak ada doa untuk kepentingan sendiri, semua untuk kepentingan umat  manusia.

Setiap hari raya Idul Adha, kita diingatkan akan peristiwa Nabi Ibrahim As ini, agar kita sadar bahwa kita adalah hamba Allah Swt yang harus selalu taat dan patuh kepadanya, senang berkurban untuk kepentingan orang lain, bukan sebaliknya, mengorbankan kepentingan orang lain untuk kepentingan diri sendiri.

Hadirin Jama’ah Jum’at yang dirahmati Allah…

Kurban dalam bahasa Arab artinya pendekatan diri, kita menjalankan perintah menyembelih hewan kurban tiada lain bertujuan mendekatkan diri kepada Allah Swt. Nilai lebih dari bulan yang berbahagia ini kita bisa memperoleh ridla Allah Swt dengan menyisakan sebagian harta kita untuk membantu fakir miskin. Karena hikmah dari berbagai bentuk ibadah adalah peningkatan takwa, berusaha menjadi hamba paling mulia di sisi Allah SWT. Allah SWT dalam Al-Qur’an surat Al-Hajj ayat 37:

لَنْ يَّنَالَ اللّٰهَ لُحُوْمُهَا وَلَا دِمَاۤؤُهَا وَلٰكِنْ يَّنَالُهُ التَّقْوٰى مِنْكُمْۗ كَذٰلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمْ لِتُكَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰىكُمْ ۗ وَبَشِّرِ الْمُحْسِنِيْنَ

Daging (hewan kurban) dan darahnya itu sekali-kali tidak akan sampai kepada Allah, tetapi yang sampai kepada-Nya adalah ketakwaan kamu. Demi-kianlah Dia menundukkannya untuk-mu agar kamu mengagungkan Allah atas petunjuk yang Dia berikan kepadamu. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik. (QS. AL-Hajj: 37)

Nabi Muhammad SAW Bersabda:

عَنْ اِبْنِ عَباَّسٍ رضي الله عَنْهُمَا قاَلَ : قَالَ رَسُوْلُ اللّٰهِ صَلىَّ اللّٰه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَا مِنْ عَمَل ابْنِ آدَمَ يَوْمَ النَّخْرِ عَمَلاً أَحَبَّ إِلىَ اللّٰهِ مِنْ إِرَاقَةِ دَمٍ . وَإِنَّهُ لَيَأْتِي بِقُرُوْنِهَا وَأَظْفَارِهَا وَأَشْعَارِهَا . وَأَنَّ الدَّمَ لَبَقَعُ مِنَ اللّٰهِ بِمَكَانٍ قَبْلَ أَنْ يَقَعَ فِيْ الأَرْضِ فَطَيِّبُوْهَا نَفْسًا

Tiada amal anak Adam pada hari Nahr (Idul Adha) yang lebih disenangi Allah melainkan mengalirkan darah (menyembelih hewan kurban). Dan sesungguhya ia akan datang (kelak di Hari Kiamat) dengan membawa tanduknya, kukunya, dan bulu-bulunya. Dansesungguhnya darah kurban itu  akan berada di sisi Allah sebelum jatuh ke bumi.

وَعَنْهُ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم أُخْضُرُوْهَا إِذَا ذَبَحْتُمْ فَإِنَّهُ يُغْفَرُ لَكُمْ عِنْدَ أَوَّلِ قِطْرَةٍ

Hadirlah penyembelihan kurban ketika kalian semua menyembelih. Sesungguhnya dosamu akan di ampuni ketika darahnya menetes .

وَاللّٰهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى يَقُولُ , وَبِقَوْلِهِ يَهْتَدِي الْمُهْتَدُوْنَ : وَإِذَا قُرِئَ الْقُرْآنُ فَاسْتَمِعُوْا لَهُ وَأَنْصِتُوْا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ . أَعُوْذُ بِاللّٰهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ . بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْم : اِنَّا اَعْطَيْنٰكَ الْكَوْثَرَۗ فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْۗ اِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْاَبْتَرُ . جَعَلَنَا اللّٰهُ وَاِيَّاكُمْ مِنَ اْلأَمِنِيْنَ الْفَائِزِيْنَ وَأَدْخَلَنَا وَإِيَّا كُمْ فِيْ زُمْرَةِ عِبَادِهِ الصَّالِحِيْنَ وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّحِميْنَ

Khutbah II

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَاأَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ، وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌاَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اَللّٰهُمَّ  ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ. اَللّٰهُمَّ  صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَاةً تُبَلِّغُنَا بِهَا حَجَّ بَيْتِكَ الْحَرَامِ، وَزِيَارَةَ حَبِيْبِكَ مُحَمَّدٍ عَلَيْهِ أََفْضَلُ الصَّلَاةِ وَالسَّلاَمِ، فِي صِحَّةٍ وَعَافِيَةٍ وَبُلُوْغِ الْمَرَامِ وَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ . رَبَّنَا اٰتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ . وَالْحَمْدُ للَّهِ رَبِّ الْعالَمِينَعِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

Tim Rembulan

Simak Video Pilihan Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya