Liputan6.com, Jakarta - Agustus lalu, Habib Umar bin Hafidz datang ke Indonesia, menghadiri undangan tablig akbar di sejumlah daerah. Pengasuh pesantren Darul Musthafa di Kota Tarim, Yaman ini juga sempat mengimami salat subuh berjemaah di Masjid Istiqlal Jakarta.
Advertisement
Baca Juga
Advertisement
Belakangan, video Habib Umar saat mengimami salat subuh itu menuai banyak komentar negatif karena bacaan salatnya dinilai tidak fasih. Bahkan ada yang menilai tak sesuai kaedah dalam ilmu tajwid.
Video kritikan yang tersebar di berbagai platform media sosial itu umum diberi tanda air dengan nama lotus official.
Misalnya ketika Habib Umar membaca Ayat tiga Surah Al Fatihah yaitu kalimat Maliki Yaumiddin. Habib Umar membaca harokatnya dengan pendek. Sedangkan dalam bacaan umum masyarakat Indonesia harokatnya dibaca panjang.
Ada juga video yang mengkompilasi bacaan surah Al Fatihah Habib Umar dengan para imam di Masjidil Haram, tujuannya membandingkan lebih fasih mana bacaan Surat Al-Fatihah antar keduanya.
Meski banyak dikritik, banyak juga yang membela Habib Umar. Mereka menyebut para pengeritik itu justru menunjukkan dangkalnya ilmu yang dimiliki.
Akun Tiktok @bangbili misalnya menjelaskan kenapa Habib Umar membaca pendek harakat pada ayat tiga surat Al Fatihah.
Dia memulai jawabannya dengan menjelaskan tentang 7 macam cara membaca Al-Qur'an atau qiroah sab'ah. Tujuh cara ini merujuk pada 7 orang imam yaitu imam Nafi dari Madinah. Imam ibnu Katsir dari Makkah. Imam Ibnu Amir dari Damaskus. Imam Ibnu Am'r dari Basra dan tiga imam dari Kufah yaitu Imam Hamzah, Imam Al Kisai dan Imam Asim.
Imam Asim dan Imam Kisai adalah imam yang membaca panjang harakat ayat tiga Surat Al-Fatihah, seperti bacaan umum di Indonesia. Sedangkan Imam lainnya yaitu Imam Nafi, Ibnu Katsir, Ibnu Am'r dan Hamzah membaca pendek harakatnya seperti bacaan Habib Umar bin Hafidz.
Simak Video Pilihan Ini:
Kisah Sufi yang tak Fasih Baca Fatihah
Apa yang dialami Habib Umar ini, pernah dialami Syeikh Abu Said Abul Khoir, ulama Sufi dari negeri Persia.
Diceritakan, suatu kali Abul Khoir kedatangan seorang anak muda yang hendak berguru padanya. Setelah diterima sebagai murid, tibalah waktunya salat dan seperti biasa Abul Khoir menjadi imam.
Setelah mendengar bacaan Surah Al-Fatihah Abul Khoir, anak muda itu langsung mengurungkan niat untuk belajar kepada ulama Sufi yang juga seorang penyair itu. Karena menurutnya bacaan surah AlFatihah Abul Khoir tidak fasih dan tidak sesuai ilmu tajwid.
"Bagaiman mungkin, seorang yang masyhur tapi bacaannya tidak fasih. Bagaimana mungkin aku berguru padanya," Anak muda itu bergumam dalam hatinya.
Setelah salat selesai, anak muda itu langsung berdiri dan hendak pergi. Namun langkah kakinya terhenti karena tiba-tiba muncul dua ekor singa di depannya. Dia pun menjerit ketakutan karena akan diterkam.
Mendengar jeritan itu, Syeikh Abul Khoir bergegas keluar dan kemudian menatap mata kedua singa tersebut. Singa-singa yang beringas itu tiba-tiba duduk meringkuk di tanah dan kemudian pergi setelah Syeikh Abul Khoir mengelus-elus telinganya.
Melihat langsung karomah Syeikh Abul khoir saat menaklukkan singa. Membuat anak muda yang sebenarnya alim itu malu. Dia pun memantapkan hatinya untuk lanjut berguru pada Abul Khoir.
"Engkau tahu kekuranganmu, wahai anak muda?” tanya Abul Khair. “Tidak wahai guru,” jawabnya.
“Selama ini engkau sibuk memperhatikan hal-hal lahiriah hingga nyaris lupa memperhatikan hatimu, karena itu engkau takut kepada seluruh alam semesta. Bertahun-tahun aku berusaha menata hati, hingga aku tidak sempat berprasangka buruk kepada orang lain. Untuk kesibukanku menaklukkan hatiku ini, Allah SWT telah menaklukkan seluruh alam semesta kepadaku," ucap Abul Khoir dilansir dari situs laduni.id.
Advertisement