Liputan6.com, Jakarta - Salah satu ulama kebanggaan Indonesia adalah Syekh Nawawi Al Bantani. Beliau menjadi ulama rujukan di Makkah dan menjadi imam Masjidil Haram.
Syekh Nawawi dilahirkan pada tahun 1230 H/ 1813 M di Tanara, Kabupaten Serang, Provinsi Banten dan wafat di Makkkah pada tahun 1314 H/ 1897. Makamnya terletak bersebelahan dengan makam Ummul Mukminin Sayyidah Khadijah ra, di Ma’la.
Advertisement
Advertisement
Baca Juga
Syekh Nawawi Al Bantani juga seorang cendekiawan muslim yang mumpuni. Beliau mengarang sejumlah kitab yang hingga kini banyak dikaji di berbagai pesantren dan lembaga pendidikan lainnya.
Di sisi lain, Syekh Nawawi juga seorang pengajar. Dua muridnya yang kelak membesarkan Islam di Indonesia adalah KH Hasyim Asy'ari, pendiri NU dan KH Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah.
Bagi umat Islam, Syekh Nawawi bukan sekadar ulama atau kiai. Beliau adalah seorang waliyullah atau wali Allah.
Lazimnya wali, Syekh Nawawi juga diberkahi karomah. Beberapa di antaranya bahkan langsung disaksikan oleh orang Arab.
Salah satunya yakni mendatangkan hujan. Padahal, Makkah adalah wilayah gurun dengan curah hujan yang amat minim. Lebih fenomenal lagi, hujan itu terjadi pada musim kemarau.
Simak Video Pilihan Ini:
Datangkan Hujan saat Makkah Kemarau Panjang
Kisah Syekh Nawawi Al Bantani mendatangkan hujan diceritakan oleh Katib Syuriyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Barat, KH Ade Fatahillah.
Syahdan, Makkah sedang mengalami musim kemarau. Masyarakat beserta ulama setempat berdoa memohon hujan.
Namun, hujan tak jua kunjung turun. Sementara, masyarakat sudah mengalami krisis air bersih. Kemarau panjang juga memunculkan potensi bencana lainnya, krisis pangan dan kelaparan.
Akhirnya, raja memanggil ulama asal Jawa, Syekh Nawawi Al Bantani untuk berdoa. Semula, banyak yang heran dan bahkan sangsi atas kealiman Syekh Nawawi.
Pasalnya, Syekh Nawawi bukan orang Arab. Selain itu, Syekh Nawawi juga berdoa di depan Ka'bah dengan bahasa Jawa, sebuah bahasa yang tidak mereka kenal.
"Syekh Nawawi lalu berdoa di depan ka’bah, tidak dengan bahasa arab fasehat tetapi dengan bahasa jawa, tidak lama sehari dua hari turunlah hujan, itulah namanya karomah,” terang Kiai Ade saat mengisi Halaqah Kebangsaan di Kantor PCNU Pangandaran, beberapa waktu lalu, dikutip dari laman jabar.nu.or.id, Senin (18/9/2023).
Tim Rembulan
Advertisement