Liputan6.com, Jakarta Hari Guru diperingati tiap tanggal 25 November. Tahun 2023 ini, tema Hari Guru adalah “Bergerak Bersama Rayakan Merdeka Belajar”.
Kemendikbudristek RI mengimbau instansi pusat, daerah, satuan pendidikan, serta kantor perwakilan Republik Indonesia di luar negeri menyelenggarakan upacara Hari Guru 2023.
Advertisement
Baca Juga
Peringatan Hari Guru tidak semata seremonial belaka. Ada nilai lain yang mesti dijunjung tinggi, yakni terkait kedudukan, keutamaan dan kemuliaan guru.
Guru adalah orang-orang mulia yang mendedikasikan hidupnya untuk mendidik generasi mendatang.
Dalam Islam, guru memiliki posisi yang terhormat. Mereka adalah alim yang mengalimkan orang lain, atau mengajarkan ilmunya.
Mengutip laman NU, sebagai agama yang mulia, Islam mendorong umatnya menjadi seorang pendidik yang berilmu, menyuruh kepada kebaikan, mencegah dari keburukan.
Dalam Islam, mereka digolongkan sebagai orang-orang beruntung, baik di dunia maupun di akhirat. Hal itu seperti tercermin dalam salah satu ayat Al-Quran,
"Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung,: (Surat Ali ‘Imran ayat 104).
Simak Video Pilihan Ini:
Guru dalam Al-Qur'an dan Hadis
Ayat itu juga didukung oleh pesan Rasulullah saw. kepada Abu Darda, “Jadilah engkau sebagai orang berilmu, atau pembelajar, atau penyimak ilmu, atau pecinta ilmu. Namun jangan jadi yang kelima, niscaya engkau celaka,” (HR Al-Baihaqi).
Di mana ada anjuran, pasti ada keutamaan. Demikian halnya anjuran menjadi orang yang berilmu. Berikut adalah ayat-ayat yang menyebutkan keutaman orang-orang berilmu:
Allah menyatakan bahwa tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan demikian), (Surat Ali ‘Imran ayat 18).
Perhatikanlah ayat ini. Allah menyandarkan pernyataan-Nya kepada diri-Nya, kemudian kepada para malaikat, dan kepada orang-orang berilmu. Cukup mulialah mereka yang disandingkan dengan yang mulia, apalagi Yang Maha Mulia.
Ayat yang cukup populer dan mengangkat kedudukan orang berilmu adalah, "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat, (Surat Al-Mujadilah ayat 11).
Kaitan dengan ayat ini, Ibnu ‘Abbas menambahkan, “Orang-orang yang berilmu memiliki kedudukan tujuh ratus derajat di atas orang-orang mukmin.” Sebab, keunggulan mereka salah satunya karena takut kepada Allah, Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah orang yang berilmu(ulama), (Surat Fathir ayat 28).
Tak hanya itu, orang-orang berilmu juga diberi amanah untuk menyampaikan pesan-pesan-Nya dan menjadi tempat bertanya, sebagaimana dalam ayat, Berkatalah orang-orang yang dikaruniai ilmu, “Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh, dan tidak diperoleh pahala itu kecuali oleh orang- orang yang sabar," (Surat Al-Qashash ayat 80); Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai ilmu pengetahuan, (Surat An-Nahl [16-34).
Advertisement
Kedudukan dan Keutamaan Orang Berilmu
Masih banyak lagi ayat yang menunjukkan kedudukan dan keutamaan mereka. Sementara dalam hadis, kedudukan dan keutamaan orang berilmu dapat kita jumpai dalam puluhan, bahkan mungkin ratusan sabda Rasulullah saw. Antara lain adalah:
“Para ulama itu pewaris para nabi.”
Bayangkan, betapa tingginya kedudukan orang berilmu, hingga menyandang gelar sebagai pewaris para nabi. Sedangkan tidak ada kedudukan yang lebih tinggi di atas para nabi dan rasul. Keunggulan lainnya adalah orang berilmu juga dimintakan ampunan oleh semua yang ada di langit dan bumi.
Di antaranya oleh para malaikat. Bahkan, dalam hadits lain, disebutkan, “Siapa saja yang dikehendaki Allah menjadi orang baik, maka ia mulai diberi pemahaman dalam urusan agama (ilmu).”
Kemudian kematian mereka dianggap sebagai duka yang sangat mendalam, bahkan menjadi pertanda kian dekatnya hari Kiamat, “Di antara pertanda Kiamat adalah hilangnya ilmu.” (HR. Abu Dawud).
Sementara hilangnya ilmu, menurut hadits lain, terjadi dengan kematian orang-orang yang berilmu. Di alam kubur mereka juga mendapat pahala yang terus mengalir. Hal itu sebagaimana yang diungkap dalam hadits, “Jika seorang insan meninggal, maka terputuslah amalnya kecuali tiga amal: sedekah yang mengalir, ilmu yang bermanfaat, dan anak yang selalu mendoakan,” HR. Al-Tirmidzi).
Surga Tanpa Hisab dan Bisa Memberi Syafaat
Sebagai orang yang merintis dan mengajak kebaikan, guru dan orang berilmu juga berhak mendapat balasan sebagaimana yang digambarkan dalam sabda Rasulullah saw, “Siapa saja yang menempuh jalan kebaikan, maka dia mendapat pahalanya, sekaligus pahala orang yang turut mengikutinya, tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun,” (HR. Ibnu Abi Syaibah).
“Demi Allah, jika Allah memberi petunjuk kepada satu orang berkat ajakanmu maka itu jauh lebih baik (bagimu) daripada kekayaan paling berharga,” (H.R. al-Bukhari dan Muslim).
Di akhirat, orang yang berilmu dan mengajarkan ilmunya juga mendapat perlakuan istimewa dibanding yang lain. Salah satunya masuk surga tanpa hisab. Hadits riwayat Ibnu ‘Abdil Barr juga menyatakan, “Pada hari Kiamat, tinta orang-orang yang berilmu ditimbang dengan darah para syuhada.”
Sementara menurut hadits lain, golongan yang diberi kesempatan memberikan syafaat, di samping para nabi dan para syuhada, adalah orang-orang berilmu. Demikian sebagaimana yang diriwayatkan Ibnu Majah.
Demikian kemuliaan dan keutamaan guru dan orang berilmu di mata Allah dan rasul-Nya. Selamat hari guru kepada para guru! Semoga Allah membalas setiap tetes keringatmu dengan pembalasan yang berlipat-lipat. Wallahu a’lam.
Advertisement