Kenapa Kucing Tidak Masuk Surga? Ini Penjelasannya Menurut Islam

Penjelasan lengkap tentang pandangan Islam mengenai kucing dan kehidupan akhirat; benarkah kucing tidak masuk surga? Simak penjelasannya!

oleh Woro Anjar Verianty Diperbarui 23 Mar 2025, 02:40 WIB
Diterbitkan 23 Mar 2025, 02:40 WIB
Ilustrasi kucing
Ilustrasi kucing. Photo by Freepik... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Kucing dikenal sebagai hewan kesayangan Nabi Muhammad SAW, namun banyak yang bertanya-tanya kenapa kucing tidak masuk surga dalam pandangan Islam. Meskipun kucing adalah hewan yang dicintai dan sering dijadikan peliharaan oleh umat Muslim, ternyata nasib kucing di akhirat berbeda dengan manusia. Pertanyaan tentang kenapa kucing tidak masuk surga menjadi hal menarik untuk dibahas karena berkaitan dengan bagaimana Islam memandang kedudukan hewan di akhirat.

Diskusi mengenai kucing tidak masuk surga bukan berarti kucing adalah hewan yang dibenci Allah SWT. Ketua Tanfidziyah PBNU, Ahmad Fahrurrozi menegaskan bahwa bukan hanya kucing, tetapi semua hewan memang tidak masuk surga. Hal ini terkait dengan perbedaan fundamental antara manusia dan hewan dalam hal tanggung jawab beribadah dan amal perbuatan. Meski demikian, pemahaman tentang kenapa kucing tidak masuk surga perlu diperjelas agar tidak menimbulkan kesalahpahaman.

Pembahasan tentang kucing tidak masuk surga mengarah pada konsep akhirat dalam Islam, di mana alam akhirat memiliki hukum dan kondisi yang berbeda dengan dunia. Dalam pandangan Islam, surga diperuntukkan bagi makhluk Allah SWT yang menjalankan ibadah dan dihisab amal perbuatannya, yaitu manusia dan jin. Sedangkan hewan, termasuk kucing, memiliki nasib yang berbeda di akhirat. 

Berikut ini telah Liputan6.com rangkum secara mendalam tentang kenapa kucing tidak masuk surga menurut pandangan Islam, disertai dengan dalil-dalil yang mendasarinya, pada Senin (17/3).

Promosi 1

Dalil dan Hadits tentang Nasib Hewan di Akhirat

Kucing Siamese
Kucing Siamese (Freepik)... Selengkapnya

Dalam Islam, terdapat beberapa dalil dan hadits yang menjelaskan tentang nasib hewan di akhirat, termasuk kucing. Salah satu hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah RA dalam kitab Tafsir Al Thabari menyebutkan:

إن الله يحشر الخلق كلهم، كل دابة وطائر وإنسان، يقول للبهائم والطيركونوا ترابًا

"Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan semua makhluk pada hari akhirat kelak. Yaitu setiap hewan, burung-burung, dan juga manusia. Lalu Allah berkata kepada hewan-hewan dan juga burung, 'Jadilah kamu tanah'."

Hadits ini menjadi dasar utama penjelasan mengapa hewan, termasuk kucing, tidak masuk surga. Pada hari kiamat, semua makhluk akan dikumpulkan, namun nasib mereka berbeda. Manusia akan dihisab, sementara hewan-hewan akan diperintahkan oleh Allah SWT untuk menjadi tanah atau debu.

Ulama Fiqih Syekh Muhammad bin Shalih al-'Utsaimin menjelaskan bahwa hadits tersebut mengindikasikan bahwa kucing tidak akan masuk surga seperti manusia bertakwa yang dihisab segala amal perbuatannya. Ini karena hewan, termasuk kucing, bukan merupakan makhluk Allah SWT yang dibebankan menjalankan syariat (mukallaf), sehingga mereka tidak akan dihisab seperti manusia.

Meskipun demikian, terdapat pula pendapat yang menyebutkan bahwa semua makhluk ciptaan Allah SWT akan mendapatkan balasan atas setiap perbuatan (qisas). Sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahih-nya dari Abu Hurairah RA bahwa Rasulullah SAW bersabda:

"Pada hari kiamat, semua hak akan diberikan kepada pemiliknya, bahkan dari binatang bertanduk kepada yang tidak bertanduk".

Hadits ini menunjukkan bahwa akan ada semacam "penyelesaian masalah" atau keadilan antar hewan sebelum mereka akhirnya diperintahkan menjadi tanah. Hal ini menegaskan bahwa Allah SWT adalah Maha Adil, bahkan terhadap makhluk-Nya yang tidak mukallaf.

 

Perbedaan Manusia dan Hewan dalam Pandangan Islam

Untuk memahami lebih baik mengapa kucing tidak masuk surga, kita perlu memahami perbedaan mendasar antara manusia dan hewan dalam pandangan Islam. Perbedaan utama terletak pada konsep taklif (pembebanan hukum syariat) dan kemampuan untuk beribadah dengan kesadaran penuh.

Allah SWT telah menciptakan manusia dengan akal dan kemampuan untuk memilih, serta membebani mereka dengan tanggung jawab untuk beribadah dan menaati perintah-Nya. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur'an Surah Adz-Dzariyat ayat 56:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku."

Ayat ini dengan jelas menyatakan bahwa manusia dan jin diciptakan untuk beribadah kepada Allah. Mereka memiliki kewajiban untuk menjalankan perintah dan menjauhi larangan Allah dengan kesadaran penuh, dan kelak akan dimintai pertanggungjawaban atas segala perbuatan mereka.

Berbeda dengan manusia, hewan tidak dibebani dengan kewajiban beribadah secara sadar. Meskipun dalam beberapa ayat Al-Qur'an disebutkan bahwa seluruh makhluk bertasbih memuji Allah, seperti dalam Surah Al-Isra ayat 44:

تُسَبِّحُ لَهُ السَّمَاوَاتُ السَّبْعُ وَالْأَرْضُ وَمَنْ فِيهِنَّ ۚ وَإِنْ مِنْ شَيْءٍ إِلَّا يُسَبِّحُ بِحَمْدِهِ وَلَٰكِنْ لَا تَفْقَهُونَ تَسْبِيحَهُمْ ۗ إِنَّهُ كَانَ حَلِيمًا غَفُورًا

"Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tidak ada suatu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun."

Namun, tasbih yang dilakukan oleh hewan berbeda dengan ibadah manusia yang dilakukan dengan kesadaran dan pilihan. Oleh karena itu, hewan tidak akan dihisab amal perbuatannya seperti manusia, yang menjadi alasan mengapa mereka tidak masuk surga.

 

Keistimewaan Kucing dalam Islam Meski Tidak Masuk Surga

20161228-tips usir hewan di atap-rumahcom-boy
Tikus yang berlarian di atap rumah bisa masuk dan merusak peralatan rumah, sementara kucing bisa bikin atap jebol.... Selengkapnya

Meskipun kucing tidak masuk surga, namun hewan ini memiliki tempat yang istimewa dalam ajaran Islam. Kucing dikenal sebagai hewan kesayangan Nabi Muhammad SAW, dan terdapat banyak kisah yang menunjukkan kecintaan Rasulullah terhadap kucing.

Salah satu kisah terkenal adalah ketika ada kucing yang tertidur di atas jubah Nabi SAW. Alih-alih membangunkan kucing tersebut, Nabi SAW memilih untuk memotong bagian jubahnya yang diduduki kucing agar tidak mengganggu tidurnya. Kisah ini menunjukkan betapa Nabi Muhammad SAW sangat menyayangi dan menghormati kucing.

Dalam bukunya "Nabi Muhammad Sang Penyayang", Syaifuddin al Indunisi menjelaskan bahwa sikap Nabi SAW terhadap kucing menunjukkan betapa beliau mencintai seluruh makhluk hidup. Inilah yang kemudian menjadi teladan bagi umat Islam untuk menyayangi dan memperlakukan hewan dengan baik.

Selain itu, kucing adalah salah satu hewan yang dianggap suci dalam Islam. Air liur kucing tidak dianggap najis, sehingga jika kucing minum dari wadah air, air tersebut tetap suci dan dapat digunakan untuk bersuci. Hal ini menunjukkan keistimewaan kucing dibandingkan beberapa hewan lainnya dalam ajaran Islam.

 

Kucing sebagai Sarana Mendapatkan Pahala atau Dosa

Meskipun kucing tidak masuk surga, namun perlakuan terhadap kucing dapat menjadi sarana bagi manusia untuk mendapatkan pahala atau dosa. Islam sangat menekankan pentingnya memperlakukan hewan dengan baik dan melarang keras menyiksa atau mengabaikan hewan.

Terdapat sebuah hadits yang menceritakan tentang seorang wanita yang masuk neraka karena menyiksa seekor kucing. Rasulullah SAW bersabda:

ذِّبَتِ امْرَأَةٌ فِي هِرَّةٍ حَبَسَتْهَا، حَتَّى مَاتَتْ جُوعًا، فَدَخَلَتْ فِيهَا النَّارَ ـ قَالَ فَقَالَ وَاللَّهُ أَعْلَمُ ـ لاَ أَنْتِ أَطْعَمْتِهَا وَلاَ سَقَيْتِهَا حِينَ حَبَسْتِيهَا، وَلاَ أَنْتِ أَرْسَلْتِيهَا فَأَكَلَتْ مِنْ خَشَاشِ الأَرْضِ

"Seorang perempuan diazab karena seekor kucing yang dia kurung sehingga dia mati kelaparan. Maka wanita tersebut masuk ke dalam neraka disebabkannya." (HR Bukhari).

Hadits ini menunjukkan betapa seriusnya Islam memandang penyiksaan terhadap hewan, bahkan hingga bisa menjadi penyebab seseorang masuk neraka. Sebaliknya, berbuat baik kepada hewan, termasuk kucing, dapat menjadi sarana mendapatkan pahala.

Dalam buku "Adab dan Doa Sehari-hari" karya Thoriq Aziz Jayana dijelaskan bahwa menyayangi dan berbuat baik kepada binatang merupakan perbuatan yang mulia. Sebab, binatang juga sama-sama makhluk Allah SWT yang berhak diperlakukan dengan baik.

Dari pembahasan di atas, dapat dipahami bahwa meskipun kucing tidak masuk surga dalam bentuk seperti di dunia, namun ini bukan berarti kucing adalah hewan yang tidak disukai Allah SWT. Sebaliknya, kucing memiliki tempat yang istimewa dalam ajaran Islam, sebagaimana ditunjukkan oleh kecintaan Nabi Muhammad SAW terhadap kucing.

Alasan kucing tidak masuk surga adalah karena perbedaan fundamental antara manusia dan hewan dalam hal tanggung jawab beribadah dan amal perbuatan. Surga diperuntukkan bagi makhluk Allah SWT yang menjalankan ibadah dan dihisab amal perbuatannya, yaitu manusia dan jin. Sedangkan hewan, termasuk kucing, memiliki nasib yang berbeda di akhirat.

 
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Produksi Liputan6.com

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya