Keistimewaan Bulan Rajab sebagai Momentum untuk Bertobat

Bulan haram salah satunya Rajab menjadi momentum yang diberikan Allah SWT agar manusia kembali menjaga kemuliaannya dan bertobat.

oleh Kartika diperbarui 19 Jan 2024, 12:30 WIB
Diterbitkan 19 Jan 2024, 12:30 WIB
Keistimewaan Bulan Rajab sebagai Momentum untuk Bertobat
Bukan Hanya Ramadan, Puasa Bulan Rajab Juga Tak Kalah Istimewa

Liputan6.com, Jakarta - Bulan Rajab berarti agung atau terhormat sehingga bulan ini menjadi salah satu dari bulan haram sebagaimana disebutkan dalam surat At Taubah ayat 36. Kesucian bulan ini pun perlu dijaga oleh umat muslim dengan menjauhi segala hal yang bisa 'mengotori' kehormatan bulan Rajab.

Ustaz Adi Hidayat, Lc, M.A mengatakan ibarat gerbong kereta, Rajab memiliki rangkaian panjang yang berkorelasi dengan keberkahan. Bulan-bulan haram ini dimuliakan, bukan tujuan untuk mengkultuskan suatu waktu dan tempat tetapi untuk mengambil aura kebaikan yang ada di dalamnya.

"Supaya dia bisa menyebar ke seluruh waktu yang lain dan tempat-tempat lainnya. Jadi kalau kita melihat Mekah, Madinah bagi umat Islam itu sangat mulia sehingga semua orang yang ada di Mekah dan di Madinah terjaga untuk berbuat baik diharapkan ketika kembali dari Mekah dari Madinah umumnya yang haji dan umrah bisa mendapatkan aura kebaikan," tuturnya dalam channel Youtube Adi Hidayat Official.

Harapannya, setelah melaksanakan haji atau umrah akan memberikan perubahan karakter moral pada seseorang dari salah menjadi saleh dan dari buruk menjadi baik. "Jadi haji itu latihan kita mendekat kepada Allah SWT yang pancarannya melahirkan perbaikan karakter moral," tambahnya.

Demikian juga amalan-amalan di bulan Rajab yang diharapkan bisa kembali dilakukan atau ditebar pada bulan-bulan lain dan menjadi kebiasaan. Meskipun setiap bulan mempunyai keistimewaan, kata UAH, namun empat bulan haram dikatakan dalam Al Quran dengan sebutan hurum yang berarti terhormat.

Maka ada rangkaian-rangkaian aturan yang jika manusia terjerumus dalam perbuatan yang mereduksi kehormatannya sehingga disebut haram. "Haram itu sejatinya diturunkan bukan ingin membatasi aktivitas manusia bukan, tapi spiritnya untuk menjaga kehormatan supaya tidak tereduksi dalam kehidupan," ungkap UAH.

Misalnya, minuman, pil, obat terlarang dan lain-lain yang bisa melemahkan fungsi akal dan memabukkan. Dilarang karena jika dikonsumsi akan membahayakan diri sendiri atau orang lain. Begitu juga dengan mencuri yang jika dilakukan akan meruntuhkan kehormatan seseorang atau selingkuh, zina yang dampaknya tidak hanya pribadi tapi juga ke keluarganya.

Simak Video Pilihan Ini:

Menjaga Kehormatan Pribadi

Seperti halnya di jalan raya, akan ada orang yang tidak bisa menaati rambu lalu lintas. Begitu juga dalam kehidupan ada beberapa individu yang bertindak kurang pantas. Meskipun tidak haram tapi bisa meruntuhkan kehormatan.

"Semua aspek dalam Al Quran pasti diarahkan ke hal baik, dari kepala sampai ujung kaki," ujarnya.

UAH menyebutkan dari mata misalnya, sesuai surat An Nur ayat 30 dan 31 untuk menjaga pandangan. "Bukan melarang untuk melihat, silahkan melihat tapi ketika yang dilihat enggak pantas palingkan pandangan. Kata Nabi kalau kita melihat sesuatu dan merasakan hati kita gelisah, takut diketahui orang banyak berarti ada potensi salah," sebutnya.

Jadi mata dalam Al Quran hanya boleh untuk memandang yang baik. Pun begitu dengan lisan, berkata kotor tidak diperkenankan seperti halnya dalam Surat Al Hujurat ayat 11 dan 12.

"Kalau engkau merasa beriman, lisanmu akan membimbing, imanmu akan membimbing, lisanmu dituntut untuk bertutur yang baik maka jangan sampai saling mencela, jangan bikin hoax, jangan gosip," kata dia.

Mengembalikan Kemuliaan dengan Bulan Haram

UAH menyebutkan Allah SWT ingin menempatkan manusia dalam posisi yang mulia sebagaimana seperti saat dilahirkan. Yakni dengan banyaknya rambu-rambu yang harus dipatuhi dan membuat manusia tetap dalam koridor kebaikan.

"Jadi saat pulang kembali kepada Allah pun jangan membawa sesuatu yang tidak baik karena terciptanya mulia masa pulangnya kemudian kotor," ungkapnya.

Karena itu,UAH mengatakan, Allah SWT memberikan satu momentum dalam 12 bulan dengan empat bulan untuk mengembalikan manusia pada keadaan yang terhormat. Yakni secara berurutan bulan 11 Zulkaidah, bulan 12 Zulhijah, Muharram dan bulan Rajab. "Bulan Rajab diharapkan ada latihan-latihan dan kesadaran pada posisi terhormat bukan hanya di depan manusia tapi di depan Allah SWT," sebutnya.

Lalu, bagaimana cara mengembalikan kemuliaan manusia di bulan haram termasuk Rajab? Dirangkum dari kajian UAH di chanel Youtubenya, yaitu menaati larangan Allah SWT untuk berbuat zalim , berperilaku menyimpang, dan menjadikan bulan Rajab untuk bercermin karakter moral masing-masing. Harapannya setelah itu akan melakukan evaluasi diri dan kemudian bertobat.

"Keistimewaan Rajab untuk berlatih tobat, sehingga saat Ramadan siap. Karena Allah SWT lebih menyukai pelaku maksiat yang gemar bertobat dibanding orang saleh yang enggak pernah merasa salah," ungkapnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya