Benarkah Pohon yang Tumbuh di Makam Meringankan Siksa Kubur?

Jangan Salah Kaprah, Ini Makna Pohon di Kuburan dalam Islam. Benarkah Pelepah Kurma Bisa Meringankan Siksa Kubur?

oleh Liputan6.com diperbarui 10 Feb 2024, 18:30 WIB
Diterbitkan 10 Feb 2024, 18:30 WIB
Ilustrasi pemakaman (pexels)
Ilustrasi pemakaman (pexels)

Liputan6.com, Jakarta - Kisah Nabi Muhammad SAW menancapkan pelepah basah di atas kuburan, agar ahli kubur tak mendapat siksa kubur sangat masyhur.

Kisah ini sangat populer dan diartikan dengan harfiah, bahwa tumbuh-tumbuhan (pelepah kurma) bisa meringankan siksa kubur. Pendapat lainnya adalah pohon yang tumbuh di tanah makam meringankan siksa kubur.

sehingga orang ramai-ramai menanam pohon di kuburan. Mereka berpendapat, pohon dapat meringankan siksa kubur.

 

 

Maka kita bisa melihat hari ini, komplek pekuburan banyak ditanami pohon rindang dan aneka bunga-bungaan.

Pertanyaannya, apakah benar pohon di makam bisa meringankan siksa yang dialami para ahli kubur?

 

Simak Video Pilihan Ini:


Bagaimana Kedua Ahli Kubur Disiksa?

Ilustrasi meninggal, kematian, makam, kuburan
Ilustrasi meninggal, kematian, makam, kuburan. (Photo by davide ragusa on Unsplash)

Mengutip Muslim.or.id. diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melewati dua buah kuburan. Lalu beliau bersabda:

إِنَّهُمَا لَيُعَذَّبَانِ وَمَا يُعَذَّبَانِ فِيْ كَبِيْرٍ،أَمَّا أَحَدُهُمَا فَكَانَ لاَ يَسْتَتِرُ مِنَ الْبَوْلِ، وَأَمَّا الآخَرُ فَكَانَ يَمْشِي بِالنَّمِيْمَةِ

“Sungguh kedua penghuni kubur itu sedang disiksa. Mereka disiksa bukan karena perkara besar (dalam pandangan keduanya). Salah satu dari dua orang ini, (semasa hidupnya) tidak menjaga diri dari kencing. Sedangkan yang satunya lagi, dia keliling menebar namiimah (mengadu domba).”

Kemudian beliau mengambil pelepah kurma basah. Beliau membelahnya menjadi dua, lalu beliau tancapkan di atas masing-masing kubur satu potong. Para sahabat bertanya, “Wahai, Rasulullah, mengapa Anda melakukan ini?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab:

لَعَلَّهُ يُخَفِّفُ عَنْهُمَا مَا لَمْ يَيْبَسَا

“Semoga keduanya diringankan siksaannya, selama kedua pelepah ini belum kering.” (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh al-Bukhari, no. 216 dan Muslim, no. 292)


Sabda Rasulullah SAW

Ilustrasi meninggal dunia, makam, kuburan, berziarah
Ilustrasi meninggal dunia, makam, kuburan, berziarah. (Image by Freepik)

Dalam redaksi lain disebutkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

وَمَا يُعَذَّبَانِ فِي كَبِيْرٍ، وَإِنَّهُ لَكَبِيرٌ

“Mereka berdua tidak disiksa karena perkara besar (dalam pandangan keduanya), namun sesungguhnya itu adalah perkara besar.” (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh al-Bukhari, no. 6055).

Berkaitan dengan lafadz ini, An-Nawawi rahimahullah mengatakan, “Para ulama telah menyebutkan dua tafsiran dalam hadits ini. Makna pertama. Itu bukanlah perkara besar dalam pandangan mereka berdua. Hal ini seperti firman Allah Ta’ala :

وَتَحْسَبُوْنَهُ هَيِّنًا وَهُوَ عِنْدَ اللهِ عَظِيْمٌ (15)

“Dan kamu menganggapnya suatu perkara yang ringan saja, padahal hal itu pada sisi Allah adalah perkara yang besar.” (QS. An-Nuur: 15)

Makna kedua. Meninggalkan kedua perkara ini bukanlah sesuatu yang besar (susah). Dengan kata lain, kedua perkara ini adalah perkara yang mudah dan ringan untuk ditinggalkan. (Syarah Shohiih Muslim, 3/201).


Penyebab Diringankan Siksa Dua Ahli Kubur Itu Sebenarnya

Ilustrasi meninggal, kematian, makam, kuburan
Ilustrasi meninggal, kematian, makam, kuburan. (Photo by Gabe Pierce on Unsplash)

Para ulama menjelaskan bahwa sebab diringankannya adzab bagi kedua penghuni kubur itu adalah syafa’at dan do’a dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Adapun pelepah basah yang ditancapkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas kedua kuburan itu hanyalah sebagai penanda batas waktu diterimanya syafa’at Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bagi kedua penghuni kubur itu agar adzab keduanya diringankan. Inilah pemahaman yang benar.

Imam Muslim rahimahullah menyebutkan di akhir kitab Shohiih-nya, sebuah hadits yang panjang dari sahabat Jabir radhiyallahu ‘anhu tentang dua penghuni kubur yang disiksa, bahwasanya shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنِّي مَرَرْتُ بِقَبْرَيْنِ يُعَذَّبَانِ، فَأَحْبَبْتُ بِشَفَاعَتِيْ أَنْ يُرَفَّهَ عَنْهُمَا مَا دَامَ الْغُصْنَانِ رَطْبَيْنِ

“Sesungguhnya aku melewati dua kuburan yang sedang disiksa. Maka dengan syafa’atku, aku ingin agar adzabnya diringankan dari keduanya selama kedua pelepah itu masih basah.” (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh Muslim, no. 3012).

Jadi, penyebab diringankannya adzab bukanlah adanya pelebah basah, akan tetapi karena syafa’at dan do’a dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Hal ini merupakan kekhususan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Syaikh Ibnu Bazz rahimahullah mengatakan, “Pendapat yang mengatakan bahwa hal itu merupakan kekhususan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam merupakan pendapat yang benar. Karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah menanamkan pelepah, kecuali di atas kuburan yang beliau ketahui penghuninya sedang disiksa. Dan beliau tidak melakukan hal itu kepada semua kuburan. Seandainya perbuatan itu Sunnah, tentu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam akan melakukannya kepada semua kuburan. Hal itu merupakan kekhususan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, dikarenakan para Khulafa’ur Rasyidin dan tokoh besar sahabat tidak pernah melakukan hal itu. Kalau, seandainya itu diperintahkan, tentu mereka akan segera melakukannya. (Ceramah syaikh Ibnu Bazz ketika menjelaskan kitab Fathul Bari, 3/223).

 


Bukan Pelepah Kurma yang Ringankan Siksa Ahli Kubur

20150718-Suasana Ziarah Kubur-Jakarta
Umumnya para peziarah membawa buku Surat Yasin saat melakuan ziarah kubur, Karet Bivak, Jakarta, Sabtu (18/7/2015). Ziarah kubur dilakukan umat muslim untuk mendoakan mendiang keluarga dan kerabat mereka yang telah meninggal. (Liputan6.com/JohanTallo)

Kaum muslimin rahimakumullah, ada sebagian muslim yang keliru dalam memahami hadits ini. Sebagian mereka mengatakan bahwa dianjurkan menanam pohon kurma atau pepohonan yang lain di atas kuburan.

Mereka mengatakan bahwa penyebab diringankan adzab kedua penghuni kubur itu ialah karena kedua pelepah yang masih basah itu senantiasa bertasbih kepada Allah Ta’ala. Adapun pelepah yang sudah kering, maka tidak lagi bertasbih. Oleh karena itulah, mereka menanam pohon di atas kuburan agar adzab penghuni kubur terus diringankan.

Pendapat seperti ini bertentangan dengan Firman Allah Ta’ala:

وَإِنْ مِّنْ شَيْءٍ إِلاَّ يُسَبِّحُ بِحَمْدِهِ وَلَكِنْ لاَّ تَفْقَهُوْنَ تَسْبِيْحَهُمْ (44)

“Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka.” (QS. Al Isra’: 44).

Sesungguhnya pelepah yang kering pun senantiasa bertasbih kepada Allah Ta’ala. Demikian pula debu, kerikil dan bebatuan di dalam tanah senantiasa bertasbih kepada-Nya. Seandainya penyebab diringankan adzab adalah tasbih, tentu tidak ada seorangpun yang mendapatkan siksa di dalam kuburnya, karena debu dan bebatuan yang berada di atas mayit juga bertasbih kepada Allah Ta’ala.

Maka, apakah pohon di kuburan dapat meringankan adzab? Tentu saja tidak. Seandainya pepohonan di atas kuburan dapat meringankan adzab, tentu orang yang paling ringan adzabnya adalah orang-orang kafir, karena kuburan mereka laksana taman yang besar disebabkan begitu banyaknya tanaman dan pepohonan yang mereka tanam di atas kuburan mereka.


Makna di Balik Pohon di Kuburan

Fakta-fakta Tentang Siksa Kubur Dan Ini Nyata!
Alam kubur

Jika ingin ditelaah, istilah "pohon di kuburan" sebenarnya sebagai sebagai metafora untuk merujuk pada kebaikan atau tindakan baik yang dilakukan seseorang setelah kematian.

Dalam konteks ini, pohon di kuburan bisa diartikan sebagai simbol tindakan positif atau amal yang dilakukan oleh orang yang telah meninggal, yang dapat membawa manfaat atau meringankan siksa di kehidupan akhirat.

Konsep ini ditemukan dalam beberapa tradisi agama dan kepercayaan spiritual yang meyakini bahwa perbuatan baik yang dilakukan oleh seseorang selama hidupnya dapat memberikan manfaat di dunia setelah mati.

Benarkah, pohon di kuburan dalam hal ini bisa menjadi simbol dari amal kebajikan yang terus tumbuh dan memberikan manfaat bahkan setelah seseorang meninggalkan dunia ini?

Dalam pandangan ini, tindakan baik seperti bersedekah, membantu sesama, atau menjalankan nilai-nilai moral dapat dianggap sebagai "pohon di kuburan" yang dapat meringankan siksa atau membawa berkah di kehidupan setelah mati.

Ide ini mencerminkan keyakinan akan pentingnya berbuat baik dan berkontribusi positif kepada masyarakat, bukan hanya selama hidup, tetapi juga setelah seseorang meninggal.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya