Liputan6.com, Cilacap - Abu Nawas tersohor karena kekocakannya dan tipu muslihatnya yang cerdas. Ia mempu menyelesaikan masalahnya dengan cara-cara yang tidak terduga oleh siapapapun. Baginda raja saja tidak mengetahui muslihatnya hingga ia sering dibuat kewalahan.
Baca Juga
Advertisement
Pernah suatu ketika, ia sangat sedih karena dirinya sedang di dalam penjara. Padahal, ketika itu di kampungnya sedang musim cocok tanam, sementara ladang-ladangnya belum selesai ia cangkul. Ia sangat sedih karena istrinya bakal kelaparan karena ia tidak bisa bercocok tanam.
Istrinya pun tentu saja tidak akan sanggup mencangkul dan mengurusi sendiri lading miliknya. Akhirnya di dalam penjara ia berfikir keras supaya di musim cocok tanam ini, ladang-ladangnya pun ditanami tumbuhan.
Ia pun berhasil panen kentang dari kebunnya meskipun ketika itu dirinya di dalam penjara. Kisah jenaka Abu Nawas ini terdapat dalam buku yang berjudul Kisah 1001 Malam: Abu Nawas Sang Penggeli Hati karya HB Rahimsyah.
Lalu muslihat apa yang ia gunakan sehingga ia berhasil panen kentang tanpa susah payah mengurus kebunnya?
Simak Video Pilihan Ini:
Ditangkap Prajurit Istana
Karena dianggap hampir membunuh Baginda maka Abu Nawas mendapat celaka. Dengan kekuasaan yang absolut Baginda memerintahkan prajurit-prajuritnya langsung menangkap dan menyeret Abu Nawas untuk dijebloskan ke penjara.
Waktu itu Abu Nawas sedang bekerja di ladang karena musim tanam kentang akan tiba. Ketika para prajurit kerajaan tiba, ia sedang mencangkul. Dan tanpa alasan yang jelas mereka langsung menyeret Abu Nawas sesuai dengan titah Baginda. Abu Nawas tidak berkutik. Kini ia mendekam di dalam penjara.
Beberapa hari lagi kentang-kentang itu harus ditanam. Sedangkan istrinya tidak cukup kuat untuk melakukan pencangkulan. Abu Nawas tahu bahwa tetangga-tetangganya tidak akan bersedia membantu istrinya sebab mereka juga sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing. Tidak ada yang bisa dilakukan di dalam 'penjara kecuali mencari jalan keluar.
Advertisement
Membuat Surat Rahasia untuk Istrinya
Seperti biasa Abu Nawas tidak bisa tidur dan tidak enak makan. la hanya makan sedikit. Sudah dua hari ia meringkuk di dalam penjara. Wajahnya murung.
Hari ketiga Abu Nawas memanggil seorang pengawal. "Bisakah aku minta tolong kepadamu?" kata Abu Nawas membuka pembicaraan.
"Apa itu?" kata pengawal itu tanpa gairah.
"Aku ingin pinjam pensil dan selembar kertas. Aku ingin menulis surat untuk istriku. Aku harus menyampaikan sebuah rahasia penting yang hanya boleh diketahui oleh istriku saja.”
Pengawal itu berpikir sejenak lalu pergi meninggalkan Abu Nawas. Ternyata pengawal itu menghadap Baginda Raja untuk melapor.
Mendengar laporan dari pengawal, Baginda segera menyediakan apa yang diminta Abu Nawas. Dalam hati, Baginda bergumam mungkin kali ini ia bisa mengalahkan Abu Nawas.
Isi Suratnya Sebabkan Prajurit Kerajaan Menggali Seluruh Ladangnya
Abu Nawas menulis surat yang berbunyi: "Wahai istriku, janganlah engkau sekali-kali menggali ladang kita karena aku menyembunyikan harta karun dan senjata di situ. Dan tolong jangan bercerita kepada siapa pun.”
Tentu saja surat itu dibaca oleh Baginda karena beliau ingin tahu apa sebenarnya rahasia Abu Nawas. Setelah membaca surat itu Baginda merasa puas dan langsung memerintahkan beberapa pekerja istana untuk menggali ladang Abu Nawas.
Dengan peralatan yarig dibutuhkan mereka berangkat dan langsung menggali ladang Abu Nawas. Istri Abu Nawas merasa heran. Mungkinkah suaminya minta tolong pada mereka?
Pertanyaan itu tidak terjawab karena mereka kembali ke istana tanpa pamit. Mereka hanya menyerahkan surat Abu Nawas kepadanya.
Advertisement
Menyuruh Istrinya Menanam Kentang di Ladangnya
Lima hari kemudian Abu Nawas menerima surat dari istrinya. Surat itu berbunyi: "Mungkin suratmu dibaca sebelum diserahkan kepadaku. Karena beberapa pekerja istana datang ke sini dua hari yang lalu, mereka menggali seluruh ladang kita. Lalu apa yang harus ku kerjakan sekarang?"
Rupanya istrinya Abu Nawas belum mengerti muslihat suaminya. Tetapi dengan bijaksana Abu Nawas membalas:
"Sekarang engkau bisa menanam kentang di ladang tanpa harus menggali, wahai istriku.”
Kali ini Baginda tidak bersedia membaca surat Abu Nawas lagi. Baginda makin mengakui keluarbiasaan akal Abu Nawas. Bahkan di dalam penjara pun Abu Nawas masih bisa melakukan pencangkulan.
Abu Nawas Bebas dan Gembira Melihat Tanaman Kentangnya yang Sebentar Lagi Bisa Dipanen
Abu Nawas masih mengeram di penjara. Namun begitu, Abu Nawas masih bisa menyelesaikan pekerjaannya dengan memakai tangan orang lain.
Baginda berpikir sejenak kemudian beliau segera memerintahkan sipir penjara untuk membebaskan Abu Nawas.
Baginda Raja tidak ingin menanggung resiko yang lebih buruk. Karena akal Abu Nawas tidak bisa ditebak. Bahkan di dalam penjara pun Abu Nawas masih sanggup menyusahkan orang.
Keputusan yang dibuat Baginda Raja untuk melepaskan Abu Nawas memang sangat tepat. Karena bila sampai Abu Nawas bertambah sakit hati maka tidak mustahil kesusahan yang akan ditimbulkan akan semakin gawat.
Kini hidung Abu Nawas sudah bisa menghisap udara kebebasan di luar. Istri Abu Nawas menyambut gembira kedatangan suami yang selama ini sangat dirindukan. Abu Nawas juga riang. Apalagi melihat tanaman kentangnya akan membuahkan hasil yang bisa dipetik dalam waktu dekat.
Penulis: Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul
Advertisement