Liputan6.com, Jakarta - Ramadan 1445 H tinggal menghitung hari. Biasanya menjelang puasa Ramadan kita sering menerima permintaan maaf dari teman, saudara, maupun keluarga.
Tradisi bermaafan sebelum Ramadhan sebenarnya hampir mirip dengan saat hari lebaran. Sehingga pada kedua momen itu kita banyak menerima pesan permohonan maaf baik melalui media sosial maupun secara langsung.
Advertisement
Kebiasaan seperti ini sudah menjadi hal yang lumrah di tengah masyarakat. Tak ada yang tahu kapan awal mulanya tradisi ini, namun yang terpenting adalah hal tersebut merupakan perbuatan baik.
Advertisement
Baca Juga
Akan tetapi, belakangan ada anggapan di sebagian kalangan yang menyebutkan bahwa jika tidak meminta maaf sebelum bulan suci Ramadan, maka puasanya tidak akan diterima.
Lantas, apakah benar adanya demikian? Berikut ulasannya merangkum dari laman laduni.id.
Saksikan Video Pilihan Ini:
Dalil yang Keliru Tentang Bermaafan Sebelum Ramadan
Ketika Rasullullah sedang berkhutbah pada Sholat Jumat (dalam bulan Sya’ban), beliau mengatakan Aamiin sampai tiga kali, dan para sahabat begitu mendengar Rasullullah mengatakan Aamin, terkejut dan spontan mereka ikut mengatakan Aamiin.
Tapi para sahabat bingung, kenapa Rasullullah berkata Aamiin sampai tiga kali. Ketika selesai sholat Jum’at, para sahabat bertanya kepada Rasullullah, kemudian beliau menjelaskan: “Ketika aku sedang berkhutbah, datanglah Malaikat Jibril dan berbisik, hai Rasullullah Aamin-kan doa ku ini,” jawab Rasullullah.
Do’a Malaikat Jibril itu adalah: Ya Allah tolong abaikan puasa umat Muhammad, apabila sebelum memasuki bulan Ramadan dia tidak melakukan hal-hal berikut:
1. Tidak memohon maaf terlebih dahulu kepada kedua orang tuanya (jika masih ada)
2. Tidak bermaafan terlebih dahulu antara suami istri
3. Tidak bermaafan terlebih dahulu dengan orang-orang sekitarnya.
Namun faktanya, hadis di atas tidak memiliki perawi yang jelas. Bahkan, dalam kitab-kitab hadis pun tidak ditemukan. Dengan begitu, hadis tersebut tidak bisa dijadikan dalil atau pegangan.
Advertisement
Dalil yang Benar tentang Bermaafan sebelum Ramadan
Dari Jabir RA, bahwasanya Nabi SAW naik ke mimbar. Ketika beliau naik ke anak tangga pertama, kedua, dan ketiga beliau mengucapkan, “Aamiin”. Lalu para sahabat bertanya: Wahai Rasulullah, kami semua mendengar engkau berkata: Aamiin, aamiin, aamiin. Beliau menjawab, ”Ketika aku menaiki tangga pertama, Jibril datang kepadaku dan berkata: Celakalah seorang hamba yang mendapati bulan Ramadan namun dosanya tidak diampuni. Maka Aku pun berkata: Aamiin.
Kemudian Dia (Jibril) berkata: Celakalah seorang hamba, jika mendapati kedua atau salah satu orang tuanya masih hidup, namun keberadaan kedua orang tuanya tidak membuatnya masuk ke dalam surga. Aku pun berkata: Aamiin.
Kemudian Dia (Jibril) berkata: Celakalah seorang hamba, jika namamu disebutkan dihadapannya tapi dia tidak bershalawat untukmu. Maka Aku pun berkata: Aamiin. (HR. Ibnu Khuzaimah, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam shahih al-Tirmidzi)
Hadis ini menjelaskan tentang doa malaikat Jibril terkait tiga amalan buruk yang balasannya diaminkan langsung oleh Rasulullah SAW.
Ungkapan “Celakalah seorang hamba” setidaknya memiliki dua makna, yaitu: ungkapan kebencian terhadap orang yang lalai memanfaatkan peluang meraih kebaikan berlimpah dan buruknya etika seorang muslim terhadap sosok atau sesuatu yang dimuliakan Allah SWT.
Obyek percakapan Malaikat Jibril AS dengan Rasulullah SAW dalam hadis ini adalah bulan Ramadan, kedua orang tua, dan Rasulullah SAW yang memiliki kemuliaan di sisi Allah SWT.
Melalui ulasan di atas, jelas sudah bahwa bermaaf-maafan sebelum puasa merupakan bukan merupakan syarat agar puasa Ramadhan diterima. Meskipun demikian, meminta maaf dan pemberi maaf menjelang puasa juga merupakan hal yang buruk.
Dalam agama islam, kita dianjurkan untuk segera meminta maaf ketika melakukan kesalahan kepada orang lain dan tidak harus menunggu momen seperti menjelang puasa Ramadan dan hari raya lebaran. Minta maaf fapat dilakukan kapan saja dan segera mungkin.
Keutamaan Bagi Orang Pemaaf
Adapun bagi mereka yang memberi maaf, diberi ganjaran yang sangat besar oleh Allah SWT. Hal ini sebagaimana firman-Nya:
وَسَارِعُوا إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ ﴿١٣٣﴾ الَّذِينَ يُنفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ ۗ وَاللَّـهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ ﴿١٣٤
Artinya: “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (QS. Ali Imran:133-134). Wallahu ‘Alam Bishowab.
Advertisement