Liputan6.com, Cilacap - Setelah selesai sholat, apa yang sebaiknya dilakukan? Mengucapkan alhamdulillah (hamdalah) atau astaghfirullah (istighfar).
Baca Juga
Advertisement
Ulama ahli Al-Qur’an tanah air yang juga Rais Syuriyah PBNU, KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha menjelaskan pilihan dua kalimat thayibah ini.
Menurut Gus Baha, setidaknya, terdapat dua pendapat ulama yang berbeda perihal apakah setelah sholat sebaiknya membaca hamdalah atau istighfar.
Dia mengungkapkan, terdapat keterangan dari ulama bahwa setelah sholat, sebaiknya mengucapkan hamdalah. Ada juga yang berpendapat bahwa setelah sholat seharusnya mengucapkan lafal istighfar, bukan hamdalah.
Menurut murid Mbah Moen ini, dua pandangan tersebut setidaknya dapat dikompromikan dengan pemahaman yang baik dan benar tanpa harus menyalahkan salah satunya. Pasalnya, pandangan ulama dalam hal ini sama-sama memiliki argumentasi yang kuat.
Simak Video Pilihan Ini:
Setelah Sholat Baca Hamdalah atau Istighfar?
Menurut Abu Hasan Asy-Syadzili, setelah sholat sebaiknya membaca hamdalah sebagai wujud syukur kita kepada Allah SWT. Sebab, kita telah diberikan kesempatan untuk ruku dan sujud.
“Abu Hasan Asy-Syadzili kalau mengajar ngaji itu santai, bahkan beliau itu marah jika ada orang selesai sholat itu mengatakan seperti ini itu akan marah: 'saya ini sudah sholat Syaikh Abu Hasan Asy-Syadzili, tapi entah diterima Tuhan atau tidak',” terang Gus Baha sebagaimana dikutip dari tayangan YouTube Short @AlGhifari27, Rabu (24/04/2024).
“Langsung dimarahi sama dia, 'bodoh! Diterima atau tidak itu tidak penting, bersyukurlah engkau telah ditakdirkan ruku dan sujud. Ayo bersyukurlah!',” sambungnya.
Lain halnya dengan Sayyid Abdullah bin Haddad memiliki pandangan yang bertolak belakang dengan Abu Hasan Asy-Syadzili. Menurutnya sehabis sholat mengucapkan hamdalah merupakan bentuk kesombongan. Pasalnya kita belum tahu sholat kita diterima atau tidak.
“Tapi kalau Sayyid Abdullah Al-Haddad jadi ada orang yang selesai sholat mengucapkan alhamdulillah, maka dia berkata, 'Emangnya sholat kamu diterima? Belum tentu!',” terang Gus Baha.
Advertisement
Bisa Dikompromikan
Meski terjadi perbedaan perbedaan pendapat di kalangan para ulama, namun menurut Gus Baha hal itu tetap bisa dikompromikan.
Menurut Gus Baha, menanggapi perbedaan ini kita bisa bertindak proporsional. Untuk menghilangkan kesombongan pada diri kita, maka sebaiknya memilih pendapat Abdullah Al-Haddad, sebaliknya untuk menambah rasa syukur, maka kita pilih pandangannya Abu Hasan Asy-Syadzili.
“Lha kita ini ya agak Syadzili dan juga agak Haddadi. Saya juga sebetulnya orang bingung, ikut yang mana?” terangnya.
“Tapi karena saya punya dua-duanya jadi santai, kalau menurut saya proporsional. Untuk menghilangkan ujub dan sombong, pilih pendapatnya Abdulllah Al-Haddad. Untuk menambah rasa syukur pilih Abu Hasan Asy-Syadzili. Sudah, kompromi ya? Paham ya?” pungkasnya.
Penulis: Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul