Kenali Dorongan Belanja Emosional dan 3 Hal Ini Sebelum Terapkan Frugal Living

Gaya hidup hemat atau frugal living lebih dari sekadar jeli melihat diskon atau mengumpulkan kupon.

oleh Dyah Puspita Wisnuwardani Diperbarui 24 Apr 2025, 21:38 WIB
Diterbitkan 24 Apr 2025, 21:38 WIB
Ilustrasi celengan, tabungan
Ilustrasi celengan, tabungan. (Photo created by awesomecontent on www.freepik.com)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Pernah mendengar tentang frugal living? Dalam bahasa Indonesia, frugal living bisa diterjemahkan sebagai gaya hidup hemat.

Meningkatnya biaya hidup di tengah ketidakpastian ekonomi serta sulitnya mencari kerja akhir-akhir ini, menerapkan gaya hidup hemat atau frugal living tampaknya bisa menjadi solusi. Namun, sebelum menerapkannya dalam keseharian, penting untuk lebih dulu memahami apa itu frugral living.

Gaya hidup frugal atau hemat lebih dari sekadar jeli melihat diskon atau mengumpulkan kupon. Ini adalah pendekatan holistik terhadap kehidupan yang menekankan pada pengeluaran yang cermat, akal, dan kesederhanaan. Dengan memahami dan mempraktikkan gaya hidup hemat, Anda tidak hanya dapat menghemat uang tetapi juga menjalani kehidupan yang lebih memuaskan.

Memahami Hidup Hemat

Mengutip laman Mirage News, hidup hemat adalah tentang memprioritaskan nilai dan kualitas daripada kuantitas dan biaya. Ini tentang membuat keputusan yang bijaksana tentang pengeluaran, menghilangkan pemborosan, dan memanfaatkan sumber daya yang Anda miliki sebaik-baiknya. Jauh dari kehidupan yang kekurangan, hidup hemat mendorong gaya hidup yang kaya akan pengalaman dan nilai-nilai daripada harta benda.

Hidup hemat mendorong perubahan dari pola pikir konsumen ke pola pikir produsen. Ini mungkin melibatkan menanam makanan Anda sendiri, memperbaiki barang alih-alih menggantinya, atau mempelajari keterampilan baru untuk mengurangi ketergantungan pada layanan berbayar.

 

Manfaat Frugal Living

Lalu, apa manfaat hidup hemat selain bisa memiliki tabungan? Mengutip laman Seattle Medium, frugal living menawarkan banyak manfaat, termasuk kebebasan finansial, mengurangi stres, dan meningkatkan tabungan.

Menerapkan gaya hidup sederhana mendorong fokus pada pengalaman daripada barang, yang mendorong pertumbuhan pribadi dan akal sehat. Dengan menghindari utang yang tidak perlu dan menghargai nilai kesederhanaan, individu dapat mencapai cara hidup yang lebih terarah, puas, dan aman secara finansial.

Buat Prioritas

Dalam menerapkan hidup hemat, dimulai dengan memahamai nilai-nilai dan prioritas Anda, serta mencari tahu apa yang benar-benar penting. Dengan pemahaman yang jelas mengenai priortas, Anda dapat mengalokasikan dana pada apa-apa yang menjadi kebutuhan utama dan menghindari pengeluaran yang tidak perlu.

Prioritas utama termasuk:

  • Keamanan finansial (mengurangi utang, hidup sesuai kemampuan, menabung untuk pembelian besar)
  • Kesehatan dan kesejahteraan
  • Hubungan pribadi
  • Hubungan keluarga
  • Mengurangi dampak lingkungan
  • Menjalani gaya hidup yang lebih sederhana dan minimalis
  • Berfokus pada pengalaman daripada harta benda

 

Terapkan Minimalisme

Minimalisme bukan sekadar estetika desain. Ini adalah pilihan gaya hidup yang menumbuhkan rasa tenang melalui ruang yang tertata rapi dan kehidupan yang disederhanakan.

Anda akan sering menemukan peningkatan kepuasan, konsumsi yang penuh kesadaran, dan hubungan yang lebih dalam dengan lingkungan sekitar dengan berfokus pada apa yang benar-benar penting dan melepaskan barang-barang yang berlebihan. Rapikan ruang tempat tinggal Anda, lepaskan barang-barang yang tidak lagi berguna, dan hargai kebebasan minimalis.

 

Belanja dengan Penuh Kesadaran

Sebelum melakukan pembelian, tanyakan pada diri sendiri apakah pembelian tersebut sesuai dengan prioritas Anda. Pertimbangkan nilai jangka panjang suatu barang daripada kepuasan langsungnya.

Mengadopsi pendekatan "tunggu dan lihat" memberi Anda waktu untuk menilai apakah pembelian tersebut perlu dilakukan.

 

Kenali Dorongan Belanja Emosional

Salah satu tantangan dalam mengadopsi gaya hidup hemat adalah mengatasi pemicu belanja emosional. Luangkan waktu untuk merenungkan kejadian-kejadian ketika Anda melakukan pembelian impulsif yang didorong oleh emosi seperti stres, kebosanan, atau tekanan sosial.

Memahami pemicu ini memungkinkan Anda mengembangkan mekanisme penanganan yang lebih sehat, seperti berolahraga atau berhubungan dengan orang lain, dan memutus siklus pengeluaran yang tidak perlu.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya