Wirid Lafadz Tasbihnya Malaikat, Hapuskan Dosa Sebanyak Buih di Lautan

Aktivitas tasbih malaikat, bisakah dijadikan wirid manusia. Bagaimana cara mengamalkan agar dosa bisa diampuni, meski banyak dosa bagai buih di lautan?

oleh Liputan6.com diperbarui 18 Mei 2024, 08:30 WIB
Diterbitkan 18 Mei 2024, 08:30 WIB
ilustrasi sayap malaikat (sumber: freepik)
ilustrasi sayap malaikat (sumber: freepik)

Liputan6.com, Jakarta - Malaikat adalah makhluk Allah SWT yang diciptakan dari cahaya dan senantiasa patuh kepada-Nya tanpa sedikit pun melakukan dosa atau pelanggaran.

Salah satu tugas utama malaikat adalah bertasbih atau memuji Allah SWT, yang mereka lakukan secara terus-menerus tanpa henti.

Hal ini ditegaskan dalam Al-Qur'an, di mana Allah berfirman, "Mereka (para malaikat) selalu bertasbih malam dan siang tanpa henti" (QS. Al-Anbiya: 20).

Tasbih ini merupakan bentuk pengabdian dan ketaatan total para malaikat kepada Sang Pencipta, menunjukkan bahwa mereka sepenuhnya tunduk dan memuliakan-Nya.

Aktivitas tasbih yang dilakukan oleh malaikat memiliki banyak bentuk dan terjadi di berbagai lapisan alam semesta. Bisakah tasbih malaikat ini dijadikan wirid oleh manusia? Apakah benar jika diwirid dalam hitungan tertentu bisa hapuskan dosa, meski dosanya bagaikan buih di lautan?

 

Simak Video Pilihan Ini:

Begini Kalimat Tasbih Malaikat

Intip Muslim Afghanistan Iktikaf Berburu Lailatul Qadar
Seorang muslim memegang tasbih saat wiridan. (AP Photo/Rahmat Gul)

Menukil voa-islam.com, Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman tentang mereka,

الَّذِينَ يَحْمِلُونَ الْعَرْشَ وَمَنْ حَوْلَهُ يُسَبِّحُونَ بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَيُؤْمِنُونَ بِهِ وَيَسْتَغْفِرُونَ لِلَّذِينَ آَمَنُوا

“(Malaikat-malaikat) yang memikul Arasy dan malaikat yang berada di sekelilingnya bertasbih memuji Tuhannya dan mereka beriman kepada-Nya serta memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Ghafir: 7)

وَمَنْ عِنْدَهُ لَا يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِهِ وَلَا يَسْتَحْسِرُونَ يُسَبِّحُونَ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ لَا يَفْتُرُونَ

“Dan malaikat-malaikat yang di sisi-Nya, mereka tiada mempunyai rasa angkuh untuk menyembah-Nya dan tiada (pula) merasa letih. Mereka selalu bertasbih malam dan siang tiada henti-hentinya.” (QS. Al-Anbiya’: 19)

Dari Abu Dzarr Radhiyallahu 'Anhu, bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam pernah ditanya, “perkataan apa yang paling utama?”

Beliau menjawab,

ما اصْطَفَى اللَّهُ لِمَلَائِكَتِهِ، أَوْ لِعِبَادِهِ: سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ

“Apa yang telah Allah pilihkan untuk para malaikat-Nya atau hamba-hamba-Nya: Subhanallahu Wabihamdihi.” (HR. Muslim)

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam mengabarkan kepada Abu Dzarr Radhiyallahu 'Anhu tentang perkataan zikir yang paling disukai Allah Subhanahu wa Ta'ala. Yaitu: Subhanallahu Wabihamdihi.

Beliau Shallallahu 'Alaihi Wasallam juga mengabarkan bahwa kalimat tasbih ini telah dipilihkan oleh Allah untuk dibaca para malaikat-Nya. Sehingga para malaikat yang senantiasa bertasbih kepada Allah tanpa bosan –di antaranya- membaca kalimat tasbih ini.

Bagaimana Cara Amalkan Wirid Ini?

Ilustrasi - Manusia dan malaikat. (Foto: SS YT Islam Populer)
Ilustrasi - Manusia dan malaikat. (Foto: SS YT Islam Populer)

Subhanallahu Wabihamdihi mencakup makna taqdis (menyucikan) dan sanjungan kepada Allah dengan berbagai pujian yang indah.

Subhanallah: menyucikan Allah dari segala sesuatu yang tidak layak dan tidak patut bagi Allah; seperti memiliki sekutu, memiliki pasangan, memiliki anak, butuh kepada selain-Nya, menyerupai makhluk-Nya, memiliki cacat dan aib, punya kekurangan, dan semisalnya. sedangkan segala kesempurnaan hanya milik Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Subhanallahu Wabihamdihi memiliki keutamaan yang banyak. Pahala membaca sangat besar. Setiap kita hendaknya memperbanyaknya, terlebih ketika berada di bulan puasa yang mulia.

Siapa membaca Subhanallaahu Wabihamdihi sehari sebanyak seratus kali maka akan dihapuskan dosa-dosa dan kesalahannya sebanyak apapun itu.

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, bahwasanya Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,

مَنْ قَالَ سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ فِي يَوْمٍ مِائَةَ مَرَّةٍ حُطَّتْ خَطَايَاهُ وَإِنْ كَانَتْ مِثْلَ زَبَدِ الْبَحْرِ

"Siapa yang mengucapkan: Subhanallah wa Bihamdihi (Maha suci Allah dan segala puji bagi-Nya) sebanyak seratus kali, maka dihapuskan segala kesalahan (dosa)-Nya walaupun sebanyak buih dilaut." (Muttafaq 'alaih)

Syaikh Abdullah bin Abdurrahman al-Bassam dalam Taudhih al-Ahkam menjelaskan tentang fadhilahnya, "Maka barangsiapa yang menyucikan Allah (bertasbih) dan memuji-Nya (tahmid) sebanyak 100 kali pada pagi dan petang hari, niscaya mereka akan memperoleh pahala yang sangat besar; berupa diampuninya seluruh dosa dan kesalahannya meskipun jumlahnya amat banyak seperti buih di lautan. Hal ini adalah merupakan keutamaan yang mulia dan pemberian yang melimpah."

Beliau melanjutkan, "Para ulama menyempitkan makna dari dosa-dosa yang akan diampuni dengan zikir ini, yaitu dosa-dosa kecil saja. Adapun dosa-dosa besar, tidak ada yang dapat menghapusnya kecuali taubat nasuha. Tetapi Imam al-Nawawi berkata: apabila seseorang tidak memiliki dosa-dosa kecil, maka diharapkan zikir tersebut dapat meringankan dosa-dosa besar yang telah ia lakukan."

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,

مَنْ قَالَ حِينَ يُصْبِحُ وَحِينَ يُمْسِى سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ مِائَةَ مَرَّةٍ. لَمْ يَأْتِ أَحَدٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِأَفْضَلَ مِمَّا جَاءَ بِهِ إِلاَّ أَحَدٌ قَالَ مِثْلَ مَا قَالَ أَوْ زَادَ عَلَيْهِ

"Siapa yang membaca di pagi dan sore hari Subhanallah Wa Bihamdmaihi (Maha suci Allah dan segala puji bagi-Nya) seratus kali, maka tak ada seorangpun yang datang pada hari kiamat yang membawa sesuatu lebih utama dari apa yang dibawanya kecuali seseorang yang membaca seperti yang ia baca atau menambahnya." (HR. Muslim)

Maksudnya apabila seseorang membaca Subhanallah Wa Bihamdmaihi di pagi hari seratus kali dan di sore hari seratus kali, maka tidak ada orang - nanti pada hari kiamat- yang membawa sesuatu yang lebih utama dari apa yang dibawanya kecuali orang yang mengamalkannya lebih banyak dari dirinya. (Disarikan dari Syarah Riyadhus Sh

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya